Harta Terpendam |
|
|
|
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 24 August 2012 11:13 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Kalau seseorang menemukan sesuatu yang diidam-idamkan pasti ada
reaksi dalam hidupnya. Reaksi ini mungkin membuat heran banyak orang.
Demikianlah seorang Kristen yang menemukan pengertian tentang Kerajaan
Surga, tentunya ada suatu reaksi dalam hidupnya, sehingga dalam hidupnya
mengalami perubahan yang besar. Dan dalam ayat bacaan di atas telah
diceritakan bahwa orang tersebut meninggalkan, bahkan meremehkan apa
yang pernah dimilikinya dan ia mulai menjualnya, untuk dapat mendapatkan
sesuatu yang lebih baik lagi.“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.” (Matius 13:44-46) Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita sudah menemukan harta Surgawi itu? Kalau kita sudah menemukannya, maka pasti ada suatu tindakan untuk memilikinya, dan kita tidak peduli terhadap orang-orang yang memandang kita menjadi sesuatu yang aneh. Dan perlu kita ketahui bahwa sebenarnya harta ini tidak jauh dari kita, malah harta itu ada dalam diri kita sendiri. 2 Korintus 4:7a berkata, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.” Harta itu ada dalam diri kita. Kita adalah rumah Roh Kudus dan ada meterai Roh Kudus di dalamnya. Saat seseorang menemukan Kerajaan Allah, maka Roh Kudus berkarya. Saat seseorang belum menemukan pengertian tentang Kerajaan Allah itu, maka Roh Kudus akan berdiam diri hingga suatu saat orang tersebut diperhadapkan pada suatu persoalan. Sehingga melalui hal inilah, maka Roh Kudus akan menyatakan karyaNya untuk menyelesaikannya. Kalau kita tidak mengerti fungsi kemampuan dan pengertian Roh Allah ini, maka ia akan berdiam diri saja dan kita tidak mengalami perubahan apa-apa. Kalau kita tidak mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh, maka Roh Kudus seperti halnya dipadamkan. Untuk itu betapa pentingnya pengertian dan hikmat Tuhan. Amsal 3:13-16 berkata, “Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.” Hikmat ini kalau kita dapatkan pasti ada perubahan dalam hidup kita. Galatia 5:18-21 berkata, “Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Selanjutnya baca ayat 22-23 tentang buah Roh. Banyak di antara kita yang datang kepada Tuhan untuk memohon agar doanya dijawab, tetapi tidak ada reaksi dalam hidupnya. Untuk itu, mari kita perhatikan (intropeksi) karakter kita. Nasib seseorang tidak akan melebihi karakternya. Kalau kita mengerti tentang karakter ini, maka itu akan melebihi emas dan harta lainnya. Dalam suatu pertemuan di Amerika, terdapat panel diskusi sambil memperhatikan keberhasilan beberapa rasul-rasul di dunia ini. Ada hamba Tuhan yang memiliki jemaat 60 juta. Dia adalah seorang ketua sebuah sinode. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah : “mengapa mereka dapat berkembang sedemikian rupa ?”. Ternyata hamba Tuhan tersebut memiliki karakter yang baik di dalam hidupnya. Mungkin saat ini kita kurang memperhatikan karakter kita, sehingga terkadang karakter kita sudah mengkristal dimana kita bekerja atau berada. Kalau karakter buruk itu sudah mengkristal dalam diri seseorang, maka orang itu sudah tidak dapat dipercaya, demikian juga dengan jalan hidup selanjutnya yang juga sudah mengkristal. Tetapi kita percaya, kalau kita menemukan hikmat ini dan bereaksi dengan meninggalkan semua yang tidak perlu dan memfokuskan mencari karakter yang baik, maka jalan hidup kita akan berubah. Jangan sampai kita hanya mendapatkan jamahan di gereja saja, sedangkan di rumah karakternya tidak baik lagi. Karakter sangat mempengaruhi jalan hidup kita, contohnya dalam keluarga. Apabila karakter seorang yang jelek sudah mulai mengkristal, maka kita akan disebut anak yang nakal. Demikian halnya sebagai seorang suami maupun seorang istri yang mana karakter jelek itu telah mengkristal di dalam hidupnya, maka rumah tangga itu akan kacau. Tetapi puji Tuhan bagi kita yang telah mengenal dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat; karena di dalam Dia ada pengampunann dosa, yang selanjutnya kita dapat meneladani karakter yang dimiliki oleh Yesus. Kalau kita memikirkan karakter yang baik, seperti dalam buah Roh, maka Roh Kudus akan bekerja. Tetapi kalau kita tidak memikirkan karakter yang baik, maka Roh Kudus juga tidak bekerja. Namun saat ini kita percaya bahwa Roh Kudus akan membentuk kita menjadi orang yang baik. Selain karakter, Tuhan juga memperlengkapi kita dengan “kharisma.” Tidak ada halangan Tuhan untuk memberikan kharisma kepada kita. Dalam 1 Korintus 12:4-10 terdapat karunia-karunia yang Tuhan berikan kepada seseorang. Untuk itu, karakter dan kharisma harus berjalan dengan seimbang, artinya jangan sampai seseorang mendapatkan karisma, tetapi karakternya tidak baik. Ada beberapa orang di luar Tuhan yang bisa menjadi kaya, tetapi karakternya tidak benar. Tentu roh yang ada dalam hidupnya itu adalah roh yang tidak benar. Kita percaya bahwa Roh yang benar akan muncul setelah karakternya juga benar. Tuhan menguji kita dengan beberapa peristiwa untuk mengetahui karakter kita. Jika dalam ujian itu kita gagal, maka akan terlihat karakter yang tidak baik. Dan kita tahu bahwa apabila kita setia dalam perkara kecil, maka Tuhan akan mempercayakan perkara yang lebih besar lagi. Oleh sebab itu, jadilah orang yang dipercaya Tuhan. Kalau kita tidak dipercaya Tuhan, maka Tuhan tidak menambah perkara yang lebih besar lagi. Tetapi kalau kita dipercaya Tuhan dan juga dipercaya sesama, maka perkara yang besar dapat kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |