Service Excellence
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Kejadian 18:6
=======================
"Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!"
Hari ini saya masih ingin bercerita mengenai pengalaman saya dalam berlibur ke pulau Penang beberapa waktu lalu. Pada suatu malam saya dan istri pergi ke sebuah gerai pujasera dengan banyak stal makanan berjejer di sekeliling tempat. Setelah kami kenyang makan, ternyata ada sebuah lagi pojok makanan yang kembali menarik perhatian istri saya. Lalu kami pun menuju kesana. Penjualnya adalah seorang bapak tua yang ternyata sangat menyenangi pekerjaannya. Dia dengan bersemangat menerangkan makanan yang dijualnya. Apa saja isinya, bumbunya, sampai rasanya. Ia bahkan memberi kami kesempatan untuk mencicipinya tanpa kami minta terlebih dahulu. Semangatnya menjual membuat kami kemudian memesan satu untuk dibungkus pulang. Kembali dengan bersemangat ia menyarankan kami untuk memakannya ditempat karena menurutnya akan jauh lebih nikmat untuk dimakan langsung ketimbang dibungkus dan dibawa ke hotel. Kami yang sudah kenyang pun kemudian menghabiskan sepiring berdua sambil ditemani oleh si bapak penjual yang terus bercerita macam-macam dengan ramahnya. Setelah selesai ia masih memberi diskon harga tanpa diminta. Untuk teman harga spesial, katanya sambil tertawa. Padahal kami baru saja mengenalnya kurang dari setengah jam. Bapak tua ini menunjukkan sebuah service excellence, going extra mile, yang semakin lama semakin jarang kita temui dalam bisnis modern terutama di negara ini.
Ada banyak strategi penjualan yang menawarkan berbagai kemudahan dan potongan harga. Tetapi banyak sekali diantaranya memiliki motivasi tersembunyi atau jebakan dibalik tawaran itu. Tidaklah heran jika kita mendapati begitu banyak keluhan tentang pelayanan atau penipuan di kolom surat pembaca setiap harinya. Jenis keluhan yang muncul di koran itu begitu beragam, mulai dari pelayanan purna jual yang buruk, merasa tertipu, dikasari dan sebagainya. Persaingan antar produsen pun berlangsung sengit bahkan cenderung kasar. Persaingan tidak lagi cukup berbicara mengenai mutu dan harga, tapi harus pula ke dalam zona pelayanan. Sebaik-baiknya sebuah produk, jika tidak didasari dengan pelayanan yang baik lama kelamaan akan ditinggalkan oleh pelanggannya. Kesigapan, kecepatan pelayanan, keramahan dan kepedulian dalam menangani konsumen menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan oleh penjual sebagai salah satu bagian penting dari pelayanan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Costumer Service yang siaga 24 jam dan cakap dalam menangani keluhan konsumen menjadi sesuatu yang wajib untuk dimiliki perusahaan-perusahaan besar hari ini. Pelayanan yang cepat, ramah dan cakap akan mampu memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya. Bapak tua itu bukan direktur perusahaan, ia hanya penjual makanan pinggir jalan. Tetapi "service excellence" yang diberikannya ternyata berkesan sangat baik bagi konsumen seperti saya. Dan saya pun belajar dari dirinya akan pentingnya memperhatikan sebuah pelayanan ekstra yang akan memberikan perbedaan signifikan dari keberhasilan menjual.
Sejak jaman dahulu sebenarnya Alkitab sudah menekankan akan pentingnya memberi pelayanan yang baik, setidaknya sejak jaman Abraham seperti yang bisa kita baca dalam Kejadian 18. Mari kita lihat bagaimana reaksi Abraham ketika mendapat kunjungan 3 "orang" di kala ia sedang duduk lelah kepanasan di depan kemahnya. Mendapat kunjungan 3 Sosok istimewa seperti itu, kita melihat gambaran kesigapan Abraham dalam memberi pelayanan yang terbaik bagi mereka. "Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." (Kejadian 18:4-5a). Abraham tengah melepas lelah ditengah teriknya matahari. Tapi ia tetap menunjukkan kesigapan dalam melayani. He showed one excellent service. Tidak cuma sekedar kata, tapi lihatlah ayat selanjutnya, bagaimana Abraham dengan cekatan langsung bergerak meminta Sara untuk menyediakan yang terbaik dengan secepat mungkin. "Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: "Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar!" (ay 6). Sementara Sara menyediakan roti, Abraham pun kemudian bergegas menyediakan yang lainnya. "Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya. Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu; dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan." (ay 7-8). Ini menunjukkan sebuah service excellence.
Kisah ini menunjukkan bagaimana kesigapan Abraham dalam melakukan pelayanan yang terbaik bagi tamunya. Ia memberikan bentuk respon yang sangat cepat lebih dari apa yang diharapkan. Kita tahu usia Abraham sudah lanjut pada saat itu, dan ia tengah lelah kepanasan. Jika ia bergerak lambat sekalipun mungkin kita bisa mengerti. Jika ia hanya menyuruh bujangnya atau berteriak saja kepada istrinya pun kita tentu maklum. Tapi tidaklah demikian halnya dengan Abraham. Meski ia sudah lanjut usia, Abraham ternyata masih berpikir pentingnya bersikap gesit dalam memberikan pelayanan terbaik. Tidak heran jika Abraham menjadi orang yang berhasil dan diberkati dengan memiliki gaya hidup seperti ini.
Apa yang ditunjukkan oleh Abraham sesungguhnya harus kita adopsi hari ini, apalagi di tengah dunia yang semakin mementingkan kecepatan seperti sekarang. Sikap seperti ini perlu dimiliki oleh kita semua, termasuk dalam pekerjaan kita. Dan kita melakukan itu bukan saja untuk memberi sebuah pelayanan yang berbeda kepada konsumen, tetapi terlebih untuk Tuhan. Yesus pun mengingatkan kita akan hal ini. "Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:41). Berikan yang terbaik bukan hanya sebagai kewajiban tetapi terlebih karena kita mengasihi Tuhan dan ingin memuliakan Tuhan lewat segala sesuatu yang kita kerjakan. Konsep seperti ini akan mampu memberi perbedaan signifikan yang mengarah kepada keberhasilan. Jangan pernah puas untuk memberi "performance" standar sesuai kewajiban, tapi mari kita melangkah memasuki mil kedua sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang tidak pernah habis-habisnya memberkati kita.
Berikan service excellence dan muliakan Tuhan didalamnya
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.