| Hormat, Setia dan Rindu Kepada Roh Kudus | | | |
| Written by Multimedia Graha Bethany |
| Friday, 24 February 2012 09:19 |
| Pdt. Abraham Alex Tanuseputra Ayat Bacaan: 2 Petrus 1:5-8 Yesus pernah bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Hal ini ditanya oleh Yesus sebanyak tiga kali agar Petrus mengasihi Tuhan tidak hanya berdasarkan doktrin saja. Semua agama juga mengasihi allahnya. Lebih dari itu, Allah menjadi manusia dan Ia mati dan bangkit, naik ke Sorga dan saat ini Roh Kudus datang sejak hari Pentakosta. Kita percaya saat ini bahwa Roh Kudus hadir di tengah-tengah kita. Tuhan menginginkan bukan hanya kita mengasihi Tuhan, tetapi juga agar kita selalu rindu akan Tuhan. Kasih tanpa kerinduan sama dengan iman tanpa perbuatan atau harap tanpa ketekunan. Petrus mengerti bahwa ia harus tetap rindu kepada Tuhan, untuk itu Petrus mengajarkan dari mana pondasi kita mengasihi Tuhan. Pertama, Menghormati Roh Kudus Pengertian tentang Kerajaan Allah adalah setiap Roh Kudus ada, maka di sana ada Kerajaan Allah. Demikian sekarang, dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, Roh Allah hadir. Mengenai kehadiran Roh Allah tidak cukup sekedar diketahui tetapi kita harus menghormatiNya. Sebagai gambarannya adalah bangsa Israel, dimana saat bangsa Israel menghormati kehadiran Roh Allah maka mereka semua diberkati dan berhasil, tetapi sebaliknya, pada saat mereka tidak menghormati maka mereka mengalami musibah. Daud percaya bahwa dalam Tabut Perjanjian ada Allah, tetapi ketika dia tidak menghormatinya, maka musibah terjadi. Sedangkan Obed Edom tahu menghormati Roh Kudus sehingga hidupnya beserta seluruh isi keluarganya dalam waktu singkat (tiga bulan) diberkati oleh Tuhan. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita mengabaikan kehadiran Roh Allah di tengah-tengah kehidupan kita, tetapi biarlah kita menghormatinya sebab Dia adalah pribadi yang lembut. Kedua, Setia kepada Roh Kudus Selanjutnya, kita menghormati Roh Kudus saja tidak cukup, karena kita mengikut Tuhan bukan satu atau dua hari saja. Untuk itu, kita perlu setia kepada Roh Kudus. Memang terkadang kita labil dan lemah, tetapi kita percaya bahwa walaupun kita tidak setia, Dia tetap setia. Dia tetap mencintai kita. Sebab itu, dalam cengkeraman Roh Kudus kita harus tetap setia kepada Roh Kudus agar kita dapat menguasai diri. Sebab dengan penguasaan diri, harapan kita bisa terpenuhi. Orang berharap adalah untuk waktu jangka panjang, dan ketika seseorang berharap, maka diperlukan kesabaran, ketekunan terlebih itu adalah kesetiaan. Tuhan ingin kita berlaku setia kepadaNya, sebab kesetiaan akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. Firman Tuhanpun menasehatkan, ”Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong” (Amsal 19:22) Memang umur dibatasi oleh akhir hayat kita. Kalau kita setia kepada Dia, maka Dia terus memimpin dan membimbing kita. Namun apabila kita tidak setia, maka harapan kita tidak terpenuhi. Selain itu, dengan pengalaman kesetiaan itu, kita menjadi saleh dan suci. Kita percaya bahwa orang yang suci yang pantas mengatakan “aku cinta Tuhan.” Kalau kita hidup dalam kebenaran, maka kita pasti juga dicintai Tuhan. Ketiga, Selalu Rindu kepada Roh Kudus Orang yang mengasihi Tuhan dan dicintai Tuhan, ia akan menghormati, setia dan selalu rindu kepada Roh Kudus. Dengan ketiga poin di atas akan mewujudkan “kasih.” 1 Korintus 13:13 dan 14:1 berkata, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.” “Iman” adalah menghormati Roh, “harap” adalah setia kepada Roh Kudus dan “kasih” adalah kerinduan kepada Roh Kudus. Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dari Tuhan. 1 Korintus 2:9 berkata, “Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Demikian juga, Amsal berkata, orang yang tidak punya wahyu akan menjadi liar atau terhukum. Pada saat kita tidak bisa berbuat apa-apa, maka Roh Kudus yang kita kasihi dan mengasihi kita akan memberikan kita hikmat. Orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan selalu mendapat pikiran Tuhan. Kalau berbicara tentang pikiran Tuhan, maka kita tidak dapat menilainya dengan logika kita sehingga terlihat aneh. Abraham dalam perjalanan hidupnya menghadapi tantangan dan rintangan, tetapi selalu ada jalan keluar bagi dia. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lain dalam Alkitab. Tanpa pikiran Tuhan, kita tidak mampu menghadapi dunia ini. Mazmur 127:1-2 berkata, “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Tuhan sangat rindu kepada kita (Baca: Mazmur 139:6-12). Roh Kudus sudah manunggal dengan kehidupan kita sehingga kemanapun kita pergi, Dia selalu berada dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita tidak hormat, setia, dan rindu kepada Roh Kudus. (Baca: Kidung Agung 5:2-8). Tuhan datang dengan mengetuk pintu, tetapi sang kekasih tidak menanggapinya. Tiba-tiba dia sadar, lalu membuka pintu, ternyata Tuhan sudah pergi. Kekasih ini lalu mencari Tuhan, tetapi tidak menemuinya. Artinya, kesabaran Tuhan ada batasnya. Kalau Roh Kudus sudah meninggalkan gereja Tuhan, maka sekalipun kita menjerit mencarinya, maka tidak akan menemukannya. Oleh karena itu dalam kidung agung dituliskan “-- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” (Kidung Agung 8:6-7) Amin http://iix.bethanygraha.org |
18.13
Vincent utomo



Posted in:
Hari ini saya masih ingin bercerita mengenai pengalaman saya dalam berlibur ke pulau Penang beberapa waktu lalu. Pada suatu malam saya dan istri pergi ke sebuah gerai pujasera dengan banyak stal makanan berjejer di sekeliling tempat. Setelah kami kenyang makan, ternyata ada sebuah lagi pojok makanan yang kembali menarik perhatian istri saya. Lalu kami pun menuju kesana. Penjualnya adalah seorang bapak tua yang ternyata sangat menyenangi pekerjaannya. Dia dengan bersemangat menerangkan makanan yang dijualnya. Apa saja isinya, bumbunya, sampai rasanya. Ia bahkan memberi kami kesempatan untuk mencicipinya tanpa kami minta terlebih dahulu. Semangatnya menjual membuat kami kemudian memesan satu untuk dibungkus pulang. Kembali dengan bersemangat ia menyarankan kami untuk memakannya ditempat karena menurutnya akan jauh lebih nikmat untuk dimakan langsung ketimbang dibungkus dan dibawa ke hotel. Kami yang sudah kenyang pun kemudian menghabiskan sepiring berdua sambil ditemani oleh si bapak penjual yang terus bercerita macam-macam dengan ramahnya. Setelah selesai ia masih memberi diskon harga tanpa diminta. Untuk teman harga spesial, katanya sambil tertawa. Padahal kami baru saja mengenalnya kurang dari setengah jam. Bapak tua ini menunjukkan sebuah service excellence, going extra mile, yang semakin lama semakin jarang kita temui dalam bisnis modern terutama di negara ini.
Istri saya pernah mendapatkan pelajaran yang cukup keras dari ibunya sewaktu kecil karena suka membuang-buang makanan. Namanya anak-anak, ia mengambil banyak tetapi hanya memakan sedikit, sehingga yang terbuang cukup banyak. Pada suatu kali ibunya menghukumnya dengan menyuruh menghabiskan semua yang ada di piring tanpa sisa. Meski kenyang, dengan menangis ia pun menghabiskan semuanya seperti yang diperintahkan. Sejak saat itu ia tidak lagi mengambil banyak, hanya secukupnya saja. Dan itu masih ia lakukan hingga hari ini, karena pelajaran atau hukuman itu membekas di hatinya. Pelajaran yang cukup keras memang, tetapi itu untuk kebaikan. Bayangkan ada banyak orang yang menderita kelaparan, busung lapar bahkan hingga menemui ajalnya, sementara kita malah membuang-buang makanan karena merasa berhak. Toh uang saya yang keluar, toh saya yang beli, lantas kenapa harus repot? Sesungguhnya perilaku ini tidaklah baik. Meski memang uang kita yang membeli, tetapi kita tidak boleh membuang-buang makanan. Mengapa? Karena makanan merupakan berkat Tuhan, dan membuang makanan itu sama artinya dengan membuang berkat Tuhan.
Bulan Februari adalah salah satu bulan favorit saya. Di bulan ini kita akan merayakan hari kasih sayang, dan seperti banyak orang, saya merasakan bulan yang penuh dengan cinta. Love is in the air. Jika anda pergi ke pusat-pusat perbelanjaan atau restoran, maka anda akan menemukan berbagai hiasan yang melambangkan cinta. Serba merah, serba pink dengan logo hati yang bertebaran. Orang pun akan sibuk menyiapkan hadiah khusus buat orang-orang yang mereka cintai, mempersiapkan makan malam spesial dengan lilin yang akan terasa sangat romantis bersama pasangan masing-masing. Apakah Februari harus dijadikan satu-satunya bulan yang dijadikan bulan sepesial untuk cinta kasih? Tentu saja tidak. Alangkah baiknya jika kita bisa menjadikan setiap bulan seperti halnya bulan Februari, membuat orang-orang di sekitar kita merasakan kasih yang besar dari kita. Tetapi berbagai kesibukan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lain seringkali menyita waktu kita dan membuat kita tidak cukup waktu untuk berbagi kasih dan kebahagiaan dengan orang-orang yang kita kasihi dan juga kepada orang lain. Setidaknya dalam setahun ada sebuah momen khusus yang bisa kita pakai untuk menyatakan kasih kepada orang-orang terdekat kita. 
