Di Belakang Layar
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Matius 6:6b
=====================
"...Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Dalam setiap event musik yang saya liput, saya selalu melihat orang-orang dibelakang kontrol panel untuk merekam atau mengatur suara ampli yang keluar dari panggung. Mereka sudah bertugas sebelum acara dimulai, sejak para musisi mengadakan sound check, bertugas sepanjang para musisi beraksi di pentas dan masih harus menggulung kabel-kabel dan membereskan peralatan setelah acara selesai. Penonton biasanya melupakan mereka dan lebih tertarik untuk menyaksikan atraksi para artis yang tampil. Padahal tanpa petugas-petugsa sound man ini acara tidak akan bisa terlaksana, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Karena itulah saya selalu menyempatkan diri untuk berbincang-bincang bersama mereka sebelum dan sesudah acara, agar mereka tahu ada yang peduli dan berterimakasih kepada mereka. Salah seorang dari soundman ini pernah dengan rendah hati berkata kepada saya bahwa ia tidak membutuhkan apresiasi dari penonton. "Yang penting acara berjalan sukses, soundnya enak di dengar, itu sudah cukup bagi saya." katanya. Sebuah kerendahan hati yang mengagumkan ini saya peroleh justru di tengah keriuhan pentas musik.
Ada banyak orang-orang di belakang layar yang pekerjaannya sangat penting demi kesuksesan sebuah acara. Pekerjaan terbaik mereka seringkali tidak diperhatikan orang, bahkan justru orang lain yang mendapat kredit atas usaha mereka. Jarang sekali ada orang yang menghargai atau mengucapkan terimakasih kepada mereka. Bahkan artis di panggung pun jarang menyapa mereka dari depan, kecuali jika mike atau hal-hal lain mengalami gangguan. Dalam banyak hal di kehidupan ini pun kita kerap menemukan hal yang sama. Mungkin kita pun berada pada posisi seperti soundman yang kering pujian, tidak dilihat orang, sementara kita sudah melakukan yang terbaik semampu kita. Ada banyak orang yang kemudian jadi kehilangan gairah atau semangat karena merasa tidak dihargai sepantasnya, tetapi meski sedikit jumlahnya, ada pribadi-pribadi rendah hati seperti soundman yang saya ajak berbincang-bincang tadi. Kerendahan hatinya yang mengagumkan inilah sebenarnya yang harus kita teladani. Bukannya kita tidak diperbolehkan mendapat penghormatan atau apresiasi dari orang lain, tetapi janganlah kita menjadi gila hormat dan mendasarkan segala-galanya demi memperoleh pujian dari orang lain. Pada kenyataannya kebanyakan orang bahkan berusaha untuk menonjolkan dirinya setinggi mungkin, kalau perlu show off atau over reacting untuk memperoleh itu semua. Tuhan tidak menginginkan kita menjadi seperti itu. Bekerja sungguh-sungguh atau sebaik-baiknya dengan kerendahan hati tanpa menuntut pujian dari manusia, itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan.
Saya ingin mengangkat serangkaian pesan Kristus dalam Matius 6 untuk hari ini. Dalam pasal ke 6 ini tercatat bagaimana pesan Kristus untuk diamalkan para murid-muridNya, termasuk kita hari ini. Yesus berkata bahwa kita harus mau memberi (ay 1-4), berdoa (5-6) dan berpuasa (16-18). Perhatikanlah bahwa semua ini bukanlah bertujuan untuk memperoleh pujian dan pengharagaan dari manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Dalam hal memberi sedekah, Yesus berkata: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 1-2). Tetapi, "Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4). Lalu dalam hal berdoa, Yesus berkata: "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 5) Apa yang harus kita lakukan adalah seperti ini: "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 6). Selanjutnya dalam hal berpuasa, dikatakan: "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 16). Apa yang harus kita lakukan? "Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 17-18). Perhatikanlah bahwa dalam ketiga hal ini kita diajarkan untuk melakukannya tanpa perlu diketahui orang lain, dan ketiganya berkata sama, "Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4,6 dan 18).
Sifat dasar manusia memang menginginkan penghargaan, pujian dan ucapan terimakasih atas usaha baik, jerih payah atau kerja keras yang kita keluarkan. Tidak ada yang salah dengan kata-kata yang menguatkan, memberi semangat atau penghargaan memang, selama itu tidak berlebihan dan tidak menjadi dasar kita untuk melakukan yang terbaik. Ingatlah ada atau tidak ada penghargaan dari manusia, Tuhan tetap memperhatikan itu. Kita harus mulai mengganti arah tujuan kita bukan untuk diri sendiri lagi tetapi untuk orang lain, dan ketika kita melayani Tuhan di belakang layar, tanpa perlu ditunjukkan kepada orang lain, maka Tuhan akan melihat dan membalasNya dengan berlimpah-limpah.
Tuhan akan selalu melihat dan membalas ketulusan anak-anakNya dalam memberi yang terbaik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.