Gembira dalam Bekerja
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:22
=======================
"Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?"
Terus bergonta-ganti pekerjaan dilakukan oleh banyak orang, termasuk salah seorang yang tinggal tidak jauh dari rumah saya. Ketika sebagian orang kesulitan mencari satu pekerjaan saja, ia terus keluar masuk dari perusahaan yang satu ke yang lain. Ia juga mencoba membuka usaha, mulai dari fotokopi, berjualan pakaian, sepatu dan sebagainya, tetapi lucunya lagi tidak satupun yang bisa membuatnya betah. Seorang teman lainnya juga sama. Ia sudah mempunyai satu anak, sudah menjadi dosen yang mapan, lalu menjadi wartawan juga, tetapi kemudian ia meninggalkan semua itu untuk kembali bersekolah di negara yang rasanya jarang menjadi destinasi banyak pelajar, meninggalkan anak dan karirnya, justru di usianya yang sudah paruh baya. Mengapa mereka demikian? Jawaban keduanya sama: mereka tidak merasa bahagia dengan pekerjaannya. Sementara pengukur bahagia berbeda-beda bagi setiap orang, merekapun memiliki alasan beragam atas ketidak-bahagiaannya. Pendapatannya tidak cukup seperti harapan, bosan, merasa tidak berkembang dan lain-lain, itu bisa menjadi alasan bagi orang untuk tidak bahagia terhadap karir atau usahanya. Sebagian lagi mungkin beranggapan bahwa pekerjaannya terlalu rendah, kurang bonafit atau malah merasa salah profesi. Saya tersenyum melihat seorang tukang bangunan yang bekerja hanya beberapa langkah dari rumah saya. Ia terus tersenyum dalam bekerja, ia sangat ramah dan bersahabat, dan sangat ringan tangan dalam membantu. Apa yang ia katakan pada suatu kali menunjukkan perbedaan pola pikir dan pandangan dari kedua teman saya tadi. "Saya memang cuma tukang bangunan pak, tetapi saya menikmati pekerjaan saya. Badan kotor, tangan kotor, tetapi rumah yang berdiri ini akan menjadi sebuah hasil karya saya yang tetap akan bisa saya banggakan kelak." katanya sambil terus tersenyum. Bagi saya itu mengagumkan, terutama ketika hari-hari ini semakin banyak orang yang sulit untuk bersyukur dan senang terhadap pekerjaannya.Adalah menarik jika melihat bahwa Pengkotbah sudah menyatakan hal seperti ini lewat perenungan, pengalaman dan kesaksiannya sendiri. "Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?" (Pengkotbah 3:22). Mencintai profesi atau tidak, Pengkotbah menyimpulkan bahwa tidak ada yang lebih baik daripada bergembira dalam pekerjaannya. Mengapa? Karena itu adalah bagian kita masing-masing. Jika kita tidak berbahagia dengan pekerjaan, apa yang bisa kita dapatkan? Berkeluh kesah sepanjang hari? Mengasihani diri berlebihan? Emosi? Terus merasa tidak puas dan kehilangan damai sejahtera? Adakah itu membawa manfaat atau malah membuat etos kerja kita menurun, mengganggu orang lain bahkan mendatangkan penyakit bagi diri kita sendiri? Apakah baik apabila kita sulit bersyukur dan hanya bersungut-sungut tidak pernah merasa puas?
Seperti yang sudah saya singgung kemarin, soal bahagia atau tidak bukanlah tergantung dari kondisi atau situasi yang kita hadapi, melainkan tergantung dari seberapa jauh kita mengijinkan Tuhan untuk ambil bagian dalam hidup kita. Kebahagiaan atau kegembiraan berasal dari Tuhan dan bukan dari keadaan. Amsal mengatakan bahwa "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Atau lihatlah ayat lain: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bekerja dengan hati yang lapang, hati yang gembira, itu adalah obat yang manjur dan menjaga kita agar tetap memiliki semangat untuk melakukan yang terbaik. Dan rasa syukur kita dalam menikmati anugerah Tuhan akan membuat itu bisa terjadi. Apakah kita menikmati pekerjaan dengan penuh rasa syukur sebagai sebuah berkat dari Tuhan atau kita terus merasa kurang puas, itu tergantung kita. Tuhan sanggup membuat pekerjaan sekecil apapun menjadi emas. Saya tidak berbicara mengenai kekayaan materi saja karena itu sangatlah sempit, tetapi seperti kata buruh bangunan tadi, ia sangat menikmati karya "monumental"nya sebagai hasi kerja keras dan kesungguhannya. Dan ia akan terus membuat karya-karya monumental lainnya yang pasti juga akan sangat ia nikmati.
Kita bisa belajar dari buruh bangunan ini dalam hal memandang sebuah pekerjaan dari sudut pandang yang baik. Buruh tidaklah dibayar besar. Tenaga yang ia keluarkan setiap hari membangun rumah tidak kecil, dan pendapatannya mungkin jauh dibawah orang-orang kantoran yang relatif mengeluarkan tenaga lebih kecil darinya. Tetapi ia tidak berkecil hati, ia tidak merasa rendah. Sebaliknya ia sangat menikmati pekerjaannya dan merasa bahagia dengan itu. Disaat orang berpendapatan lebih besar masih mengeluh, ia bisa berbahagia dan bersyukur. Alangkah indahnya dunia ini apabila kita bisa menikmati pekerjaan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita sebagai berkatNya yang luar biasa.
Mungkin ada saat ini di antara kita yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23), dan alangkah sulitnya untuk bekerja dengan segenap hati jika kita tidak memiliki hati yang gembira dalam melakukannya. Tinggi rendah pendapatan bukanlah alasan untuk bergembira atau tidak, karena saya sudah menyampaikan langsung bagaimana pandangan dari seorang pekerja yang bagi sebagian orang dianggap rendah, namun ia tetap bahagia dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, tidak jarang kita melihat keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal mereka memiliki kekayaan yang besar. Jika demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan setitik cinta pada pekerjaan kita, apapun itu, mengucap syukur atas pekerjaan itu kepada Tuhan, memberikan yang terbaik dari kita, dan melihat bagaimana luar biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan? Mari belajar dari sang buruh bangunan bagaimana agar kita bisa bersyukur dan menikmati pekerjaan kita bersama Tuhan.
Syukuri pekerjaan yang diberikan Tuhan, muliakan Dia didalamnya
20.01
Vincent utomo
Posted in:
Anak yang berbakti kepada orang tua, jauh dari kejahatan, tahu sopan santun, hidup jujur sejak kecil, serius dalam bekerja dan takut akan Tuhan. Siapa yang tidak ingin mempunyai anak dengan karakter seperti ini? Semua orang tua, siapapun mereka tentu mendambakan anak yang bisa menjadi teladan bagi orang lain. Itulah sebabnya meski orang tuanya mungkin hanya lulusan sekolah tingkat rendah, mereka akan berusaha sedaya upaya mereka untuk menyekolahkan anak setinggi mungkin. Kalau perlu harta benda, sawah atau hewan ternak pun dijual demi masa depan anaknya. Ironisnya ada banyak orang tua yang berpikir bahwa sekolah setinggi mungkin adalah satu-satunya jawaban agar anaknya bisa menjadi orang sukses. Kekayaan secara materi seringkali dijadikan satu-satunya tujuan yang dianggap bisa membawa kebahagiaan. Dan yang juga tidak kalah ironis, ada banyak orang tua yang berpikir bahwa mereka tetap bisa berlaku seenaknya dan dalam waktu yang sama berharap anaknya bisa menjadi anak yang baik. Apa sebenarnya yang bisa membuat seorang anak tumbuh menjadi teladan dalam tingkah lakunya yang bersih? 
Dalam setiap event musik yang saya liput, saya selalu melihat orang-orang dibelakang kontrol panel untuk merekam atau mengatur suara ampli yang keluar dari panggung. Mereka sudah bertugas sebelum acara dimulai, sejak para musisi mengadakan sound check, bertugas sepanjang para musisi beraksi di pentas dan masih harus menggulung kabel-kabel dan membereskan peralatan setelah acara selesai. Penonton biasanya melupakan mereka dan lebih tertarik untuk menyaksikan atraksi para artis yang tampil. Padahal tanpa petugas-petugsa sound man ini acara tidak akan bisa terlaksana, setidaknya tidak akan bisa maksimal. Karena itulah saya selalu menyempatkan diri untuk berbincang-bincang bersama mereka sebelum dan sesudah acara, agar mereka tahu ada yang peduli dan berterimakasih kepada mereka. Salah seorang dari soundman ini pernah dengan rendah hati berkata kepada saya bahwa ia tidak membutuhkan apresiasi dari penonton. "Yang penting acara berjalan sukses, soundnya enak di dengar, itu sudah cukup bagi saya." katanya. Sebuah kerendahan hati yang mengagumkan ini saya peroleh justru di tengah keriuhan pentas musik.
Ada sebuah binatang yang sangat unik hingga dianggap oleh sebagian peneliti sebagai serangga dengan pertahanan paling unik di dunia. Nama serangga ini adalah kumbang pembombardir, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan Bombardier Beetle. Seperti halnya kumbang lainnya, ukurannya relatif kecil jika dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya pada umumnya. Tetapi lihatlah sistem pertahanannya yang luar biasa anehnya. Ketika terancam, kumbang ini akan menyemprotkan musuhnya dengan campuran panas yang mengandung bahan kimia yang mampu membakar kulit. Dua zat kimia, hydroquinone dan hydrogen peroxide diproduksi dan disimpan di dalam kumbang-kumbang ini secara terpisah di ujung perutnya. Ketika kedua bahan kimia ini dicampur maka terjadilah reaksi kimia yang berbahaya. Musuhnya akan mendengar suara letusan bagai meriam di balik awan racun campuran bahan kimia tersebut, dengan suhu yang bisa mencapai 100 derajat Celcius. Dan yang lebih hebat lagi, kumbang ini mampu mengarahkan tembakan cairan beracun ini tepat menuju sasaran. Tembakannya pun punya kecepatan yang luar biasa. Dengan kemampuan ini, kumbang yang kecil terbukti mampu membunuh atau setidaknya melukai predator yang mengancam hidup mereka, bahkan yang berukuran jauh di atasnya. 
