Tidak Perlu ke Gereja?
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Ibrani 10:25
==================
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
"Biarpun tidak ke gereja, yang penting hati kita bersih." Itu diucapkan oleh tetangga saya yang sudah begitu lama tidak menginjakkan kakinya di gereja. Ini sebuah "excuse" atau pembenaran yang begitu sering kita dengar dari orang-orang percaya yang tidak merasa perlu untuk beribadah ke gereja. Yang penting hati kita bersih. Itu tidaklah salah. Karena kita memang diminta untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah, dan itu dikatakan sebagai ibadah yang sejati. (Roma 12:1). Tetapi segala sisi kehidupan yang sulit ini cepat atau lambat bisa membuat roh kita lelah. Kita berhadapan dengan berbagai situasi yang bisa membuat daya tahan kita melemah. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita butuh orang lain untuk mengingatkan kita, kita butuh saudara-saudari seiman untuk bertumbuh bersama-sama dan saling support. Kita butuh tempat untuk iman kita agar bertumbuh, dan kita akan kehilangan kesempatan untuk itu apabila kita menghindari beribadah di gereja.
Ada banyak orang yang berusaha mencari pembenaran sebagai alasan untuk tidak menghadiri ibadah di gereja. Ada yang kecewa melihat sikap hamba-hamba Tuhan disana, ada pula yang hanya karena merasa malas, lebih tertarik untuk beristirahat penuh di hari minggu setelah bekerja habis-habisan selama 6 hari penuh. Kalaupun pergi itu karena terpaksa, dan datangnya pun terlambat. Mereka menunjukkan sikap yang seolah menanggap ibadah di gereja bukanlah sesuatu yang penting sehingga bisa diremehkan saja. Padahal untuk pergi kerja kita selalu mati-matian untuk tidak terlambat, dan kita bisa melakukannya. Kita takut melanggar peraturan dan kedisplinan kerja agar tidak dipecat atau setidaknya takut ditegur pimpinan. Bersekolah pun sama saja. Apa kita berani datang terlambat setiap hari? Bukankah kita selalu berusaha untuk mentaati peraturan dan disiplin sekolah, termasuk di dalamnya peraturan mengenai kehadiran dan jam kedatangan? Jika kita bisa menuruti itu, mengapa beribadah yang sesungguhnya jauh lebih penting bisa kita abaikan begitu saja?
Firman Tuhan berkata: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, dan jangan ikuti kebiasaan beberapa orang yang bersikap seperti itu. Kita perlu saling menasihati, bahkan seharusnya terus bertambah giat karena waktu tinggal sebentar lagi. Itu pesan yang disampaikan lewat penulis Ibrani. Sikap seperti ini memang tidak akan bisa datang seketika. Kita harus mengingatkan diri kita dan dengan rajin melatih kedisplinan dan ketaatan kita, seperti halnya kita terus berlatih untuk membiasakan diri dalam berolah raga. Paulus pun menyinggung hal ini. Katanya, "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7). Dan bukan hanya berkata itu, Paulus juga menjelaskan alasannya. "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (ay 8). Ketika kedisplinan dalam bekerja, belajar atau hal-hal lain dalam hidup ini penting, latihan beribadah sesungguhnya jauh lebih penting dari itu, karena di dalamnya terkandung janji yang akan sangat bermanfaat bukan saja dalam hidup saat ini tetapi juga dalam hidup yang akan datang. Begitulah pentingnya melatih diri dalam beribadah yang tidak boleh kita abaikan dalam hidup ini.
Bagi orang yang mengasihi Tuhan, kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan bersama-sama dengan saudara seiman seharusnya tinggi. Yesus berkata: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Jika kita menjadikan Tuhan sebagai harta yang paling berharga, tentu hati kita pun akan melekat kepadaNya sehingga kehadiran di gereja akan menjadi sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Disana kita bisa menunjukkan kasih dan ketaatan kita, bahwa kita menghormati Tuhan lebih dari segalanya. Di dalam jam-jam yang kita pergunakan untuk beribadah kita menyenangkan hati Tuhan dan kita pun akan diberi kekuatan untuk bekerja baik selama 6 hari ke depan.
Hindarilah kemalasan dalam beribadah. Jangan lewatkan waktu-waktu dimana kita bisa saling menguatkan dan bersama-sama menikmati hadirat Tuhan bersama saudara-saudara kita. Ingatlah bahwa Tuhan mengasihi orang yang bersungguh hati kepadaNya, dan terus mengarahkan pandangannya untuk mencari orang-orang seperti ini. "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9). Jangan biarkan mata Tuhan berlalu dari kita. Mulai sekarang, pastikan diri kita untuk tidak menyepelekan waktu-waktu untuk beribadah menyembah dan memuji Tuhan bersama-sama dalam ibadah.
Hindari kemalasan karena ibadah mengandung janji baik di hidup sekarang maupun yang akan datang
1 komentar:
Terima Kasih banyak. Minggu depan Saya ke Gereja
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.