Hati Nurani
Sumber: Renungan harian onlineAyat bacaan: Kisah Para Rasul 23:1
===========================
"Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."
Pernahkah anda berpikir betapa enaknya jika ada alarm yang bisa berbunyi nyaring tepat sebelum kita melakukan sebuah kesalahan? Teman saya kemarin mengatakan hal itu sambil tertawa. Betapa sulit katanya untuk selalu ingat mana yang baik dan tidak, selalu saja ada godaan untuk lupa terhadap garis batas yang telah ditetapkan Tuhan dalam hidup ini. Ketika sesuatu terlihat nikmat, maka sikap memberi toleransi terhadap dosa pun bisa kita berikan dengan luwes. Oleh karena itulah teman saya berkata bahwa hidup pasti jauh lebih mudah apabila ada alarm yang akan berbunyi nyaring apabila kita mulai berpikir untuk berbuat dosa. Apakah memang tidak ada? Sebenarnya ada. Selain Roh Kudus yang akan selalu mengingatkan kita dalam setiap langkah, selain pagar Firman Tuhan yang akan berfungsi banyak untuk membantu kita menjaga batas-batas perjalanan agar tetap berada dalam koridor yang benar, Tuhan pun sebenarnya telah memberikan sesuatu dalam diri kita yang bisa berfungsi sebagai alarm awal untuk menghindari dosa, sesuatu yang Dia beri dalam hati kita. Kita mengenalnya dengan sebutan hati nurani.
Hati nurani dipercaya banyak orang sebagai wujud bisikan Tuhan untuk memperingatkan kita ketika kita mulai berpikir untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.Ada kalanya ketika kita berpikir untuk berbuat sedikit salah itu tidak apa-apa, kita mulai dicekam rasa gelisah, tidak tenang dalam diri kita. Itulah bentuk suara hati nurani yang mengingatkan kita seperti sebuah alarm yang akan membuat kita tersadar akan kesalahan yang hendak atau sudah kita lakukan. Seperti halnya alarm, hati nurani ini pun harus diaktifkan, karena jika kita terus mengabaikannya pada suatu ketika hati nurani akan kehilangan fungsinya. Dan jika ini terjadi, inilah awal dari datangnya dosa-dosa dengan eskalasi meningkat hingga kita tidak lagi merasakan apapun ketika melakukan perbuatan yang salah. Semua dosa menjadi biasa saja, kita menjadi kebal terhadap "cubitan" yang diberikan oleh teguran lewat hati nurani.
Pada suatu ketika Paulus ditangkap dan dihadapkan ke depan Mahkamah Agama karena keberaniannya untuk terus secara frontal mewartakan berita keselamatan dari Kerajaan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 22 kita membaca kisah penangkapan yang hampir saja membuahkan hukuman cambuk atau sesah atas diri Paulus. Ketika ia dihadapkan ke depan Mahkamah Agama, ternyata keberanian Paulus tidak surut sedikitpun. "Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah." (Kisah Para Rasul 23:1). Paulus memilih untuk mendengar , mematuhi dan melakukan apa yang ia dengar dari hati nuraninya yang murni. Ia tahu bahwa Tuhan akan terus berbicara melalui hati nurani di dalam dirinya, dan ia memilih untuk mengikuti bukan mengabaikannya, walau apapun yang terjadi. Dengan tegas pun Paulus menyatakannya di depan para penuduhnya. Apa yang ia katakan membuahkan sebuah tamparan keras ke mulutnya (ay 2), namun Paulus tidak bergeming. Ia malah dengan lantang berkata "Allah akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut hukum Taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat oleh perintahmu untuk menampar aku." (ay 3). Pada akhirnya kita bisa melihat bagaimana hati nurani para orang Farisi dan Saduki disana saling menghakimi diri mereka. Mereka pun mulai bertengkar karena ada yang merasakan suara hati nurani mereka mengatakan bahwa Paulus tidak bersalah tetapi sebagian lagi ternyata mengabaikan seruan itu. Kisah ini memberi gambaran bagaimana hati nurani bekerja, lalu tergantung kita untuk menyikapinya, apakah kita mau mendengar atatu tidak.
Dalam kisah "Perempuan yang berzinah" (Yohanes 8:1-11) yang terkenal kita bisa melihat bagaimana Yesus menegur manusia lewat ketukan pada hati nurani. Pada saat itu para ahli Taurat dan orang Farisi mencobai Yesus dengan membawa seorang wanita yang kedapatan berzinah ke hadapanNya. Hukum Taurat dengan tegas memerintahkan untuk menghukum lewat rajam, sedangkan mereka tahu bahwa Yesus adalah Pribadi yang selalu mengasihi dan mengampuni. Mereka berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan Yesus. (ay 6). Tapi apa reaksi Yesus? "Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ay 7). Yesus memberi sebuah reaksi yang langsung mengetuk pintu hati nurani masing-masing orang hanya dengan satu kalimat saja. Dan yang terjadi setelahnya, semua orang itu akhirnya beranjak pergi meninggalkan wanita yang berzinah itu.
Dalam Kitab Roma Paulus menulis "Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela." (Roma 2:15). Hati nurani sesungguhnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan secara langsung untuk membekali setiap manusia dalam penciptaanNya. Semua manusia memiliki hati nurani, yang kerap dipakai Tuhan untuk berbicara kepada kita. Tidak satupun orang yang hidup tanpa hati nurani, kecuali apabila kita tiba-tiba menjadi robot atau patung tanpa jiwa dan roh. Tuhan akan terus berbicara melalui media hati nurani ini, namun semua tergantung kita, apakah kita mau mendengarkan atau memilih untuk mengabaikannya. Hati nurani bisa menegur dan bahkan membuat kita merasa sebagai tertuduh apabila apa yang kita lakukan memang bertentangan dengan kebenaran.
Hati nurani adalah salah satu media yang kerap dipergunakan Tuhan untuk mengingatkan, menegur dan membimbing kita dalam menjalani hidup. Hati nurani hanya akan memiliki fungsi apabila hati kita mengarah atau memandang kepada Tuhan. Hati nurani hanya akan berfungsi baik apabila dituntun oleh Roh Kudus. Dan jangan lupa pula untuk melatih diri kita agar terus mau mendengar hati nurani yang berjalan dengan kebenaran dan damai sejahtera dengan pimpinan Roh Kudus ini. Ingatlah bahwa pilihan ada di tangan kita. Tuhan tidak pernah pilih-pilih dalam mengingatkan kita, karena apa yang Dia rindukan adalah keselamatan semua manusia ciptaanNya tanpa terkecuali. Jika ada di antara teman-teman yang saat ini sedang mengalami konflik, sedang bertentangan dengan hati nurani anda sendiri akibat sesuatu, sedang merasa gelisah, cemas atau merasa tertuduh, berdoalah dan mintalah Roh Kudus untuk menerangi hati anda. Ingatlah bahwa Firman Tuhan berkata: "Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya." (Amsal 20:27). Ada Tuhan yang mau bertindak sebagai bola lampu atau penerangan yang akan mampu menyinari hati kita melalui roh kita. Dan jangan lupa pula untuk menjaga hati kita agar tetap seturut kehendak Allah, karena dari situlah sebenarnya terpancar kehidupan. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Anda butuh sebuah alarm untuk mengingatkan anda ketika sedang digoda oleh dosa? Anda mendapatkannya lewat hati nurani. Biarkan terang Tuhan memancar terang dalam hati anda, biarkan Roh Kudus menguasai hati anda dan peka-lah terhadap suara Tuhan lewat hati nurani anda.
Hati nurani merupakan bekal dari Tuhan yang akan sangat membantu kita untuk bisa tetap berjalan dalam koridor yang benar
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.