Bertumbuh Menuju Kedewasaan |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 19 April 2013 13:12 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Dalam mencapai suatu kedewasaan tidak datang dengan sendirinya namun
melalui sebuah proses pertumbuhan. Dan masing-masing pertumbahan tidak
selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat dan ada pula
yang betumbuh secara lambat."...selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya...” (Galatia 4:1-2). Dan pertumbuhan itu sendiri diawali dari kelahiran. Tanpa ada kelahiran maka selamanya tidak ada apa yang disebut dengan pertumbuhan. Demikian dalam Kekristenan, tanpa ada kelahiran baru maka tidak mungkin seseorang dapat mengalami pertumbuhan dalam kerohaniannya, apalagi mencapai kedewasaan; hal ini benar-benar tidak mungkin. Lalu bagaimana dengan kita, apakah diantara kita ada yang tidak mengalami pertumbuhan guna mencapai kedewasaan, walaupun sudah menyandang predikat sebagai orang Kristen selama puluhan tahun ? atau jangan-jangan kita belum lahir baru ? untuk dapat menjawab pertanyaan ini marilah kita koreksi diri kita masing-masing, selagi Tuhan memberi kesempatan untuk berbenah diri. Sebab firman Tuhan berkata : ”selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.” (Galatia 4:1-2). Pada ayat bacaan di atas, terdapat kata “akil balig.” (artinya : dewasa). Seseorang yang belum dewasa belum pantas menerima warisan. Tetapi setelah akil balig, hak ahli waris dapat diterimanya. Mengapa hal kedewasaan ini menjadi target utama dalam Kekristenan kita ? karena dengan kedewasaan seseorang layak untuk menjadi seorang mempelai. Selain itu, orang yang sudah dewasa memiliki cara pandang atau pola pikir yang lebih luas dan sanggup mengerjakan pekerjaan yang besar. Untuk itu, mari kita lihat beberapa contoh pribadi yang memiliki pertumbuhan yang baik sampai mencapai kedewasaan, yaitu kehidupan Tuhan Yesus dan Yohanes pembaptis. Dalam Injil Lukas 1:80 dikatakan, “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel.” Sedangkan tentang Yesus Kristus, dalam Injil Lukas 2:52 dikatakan, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Yesus dan Yohanes Pembaptis sama-sama dewasa dalam jasmani, tetapi mereka juga dewasa dalam rohani. Memang kedewasaan jasmani tidak ada hubungannya dengan kedewasaan rohani. Tubuh mereka makin kuat, tetapi juga diimbangi dengan kekuatan rohani. Perlu kita sadari bahwa kita hidup dalam 2 dimensi, yaitu dimensi roh dan jasmani. Yohanes Pembaptis tinggal di padang gurun yang tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan Yesus yang masuk ke padang gurun dan dicobai oleh iblis. Kita teringat juga dengan peristiwa bangsa Israel yang dipimpin Tuhan keluar dari tanah Mesir dan masuk ke padang gurun. Gunanya adalah agar bangsa Israel tidak hanya dewasa dalam jasmani saja, tetapi juga dalam rohani. Kalau sudah dewasa rohani, maka di padang gurun sekalipun, Tuhan sanggup memberkati. Pada waktu Yesus di padang gurun, Yesus mendapatkan pelayanan malaikat. Dengan rohani yang kuat, Yesus bisa mengusir iblis (1 Yohanes 5:18). Demikian juga, dengan 40 hari di padang gurun, Yesus sudah mencapai kedewasaan rohani, walalupun pada usia 12 tahun sudah ada tanda dari kedewasaan rohani-Nya. Yesus bertambah besar hikmat-Nya dan besar-Nya. Tentang hikmat baca: 1 Korintus 2:6-11. Kita percaya bahwa Roh Allah ada dalam diri kita. Roh Allah akan berfungsi kalau kita sudah mengalami kedewasaan rohani. 1 Korintus 2:16 berkata, “Sebab siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia? Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.” Kalau kita masuk padang gurun, maka roh kita menjadi matang, dan pikiran Allah itu, yaitu Roh Allah yang ada dalam diri kita akan muncul. Pada umumnya seseorang yang bertambah dewasa jasmani dan dibekali dengan pendidikan yang tinggi, biasanya memiliki kecenderungan pertumbuhan jasmaninya yang lebih dominan dibanding dengan pertumbuhan rohaninya. Dan apabila kita membaca dalam Roma 8:5-8, maka kita akan temukan nilai kebenaran. Dimana seseorang yang roh-nya tidak mengalami akil balig, maka sudah menjadi ketentuan bahwa hidupnya berseteru dengan Allah. Untuk itu, usahakan diri kita untuk tidak menjadi seteru Allah yaitu dengan cara hidup dipimpin oleh Roh, dengan konsekwensi kita berani menanggalkan keinginan daging kita, karena keinginan daging bertentangan dengan keinginan Roh. Roma 8:9-10 berkata, ”Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.” Kalau seseorang bukan milik Kristus, maka tidak mungkin warisan itu diberikan. Tetapi kita adalah milik Kristus dan hak waris-Nya diberikan pada kita semua. Tetapi ingat perlu ada penguasaan diri. Kerohanian yang dewasa justru membawa Yohanes Pembapits memiliki wibawa ilahi. Dia muncul menuntun banyak orang Israel untuk dibawa kepada keselamatan. Yohanes Pembaptis mengerti bahwa kerohaniannya lebih penting dari pada jasmaninya. Ketika kita mendahulukan Kerajaan Sorga, maka apa yang tidak sempat kita pikirkan itu yang Tuhan sediakan bagi kita. Pemeliharaan Allah kepada orang yang mendahulukan Kerajaan Allah benar-benar terjadi. Yang jelas orang yang hidup berkenan kepada-Nya dan mengalami kedewasaan rohani akan mengalami pelayanan malaikat. Bukan hanya itu, kita juga harus disucikan oleh darah Yesus melalui perjamuan kudus. Orang yang mengalami kedewasaan rohani akan mengalami mujizat dalam dirinya. Untuk itu tinggalkan segala perbuatan duniawi. Yakub gambaran manusia rohani dan Esau gambaran manusia jasmani. Esau dibenci Tuhan karena menganggap ringan tentang hak kesulungan. Untuk itu jangan sampai kita dibenci Tuhan. Yesus dikasihi Allah dan juga dikasihi oleh manusia. Hal ini memberikan tuntunan dalam kehidupan kita, bahwa kita harus menjadi berkat bagi banyak orang, karena ini merupakan kekuatan hubungan antara kita dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang dewasa rohani pasti semakin dicintai Tuhan. Baca: Roma 9:13-14. Orang yang sudah mengalami akil balig, maka dia akan semakin dipercaya Tuhan. Oleh sebab itu tebuslah waktu yang telah kita buang dengan sia-sia dan pergunakan kesempatan yang Tuhan berikan guna mencapai kedewasaan penuh. Amin. Sumber: http://iix.bethanygraha.org |
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.