Dampak Mendapat Hikmat Dari Allah |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Monday, 29 April 2013 10:43 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Orang yang takut akan Tuhan akan mendapatkan hikmat. Tetapi
kebanyakan orang berpendapat bahwa orang yang telah menyelesaikan
sekolahnya pada jenjang yang paling tinggi, maka orang tersebut dianggap
sebagai orang yang berhikmat. Padahal sebenarnya orang yang sudah lulus
sekolah belum tentu mempunyai hikmat, tetapi memiliki pengetahuan dan
hal ini sudah pasti.Amsal 9:10 Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian Tetapi hikmat itu sendiri dapat diperoleh apabila kita takut akan Tuhan dan melakukan segala perintahNya. Kalau diteliti, bahwa manusia mempunyai otak yang diciptakan oleh Tuhan yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri merupakan rasio, contohnya 2 ditambah 5 sama dengan tujuh. Sedangkan otak kanan merupakan hikmat misalnya 2 ditambah 5 sama dengan 5 ribu orang kenyang. Saudara, seandainya otak kiri diisi dengan ilmu kedokteran maka orang berpendapat bahwa orang yang sudah mati empat hari tidak bisa bangkit. Pendapat tersebut dinyatakan benar karena sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka terima, tetapi otak kanan berpendapat berbeda. Orang yang sudah sudah mati empat hari bisa bangkit. Otak kanan berpendapat demikian atas dasar percaya kepada Tuhan Yesus. Contoh lain, yaitu orang yang buta sejak kecil apabila menurut otak kanan bisa melihat tetapi menurut otak kiri bahwa orang yang buta sejak kecil adalah takdir. Amsal 3:13-16 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas, . . . . . Hikmat yang telah tertera diatas adalah wahyu dari Tuhan. Orang dunia tidak pernah memikirkan wahyu, tetapi hanya skill saja. Tetapi orang yang percaya kepada Yesus maka di hidupnya ada Roh Kudus, sehingga di dalam dirinya muncul hikmat. Akibat orang yang mendapatkan hikmat akan mengalami kesuksesan yang luar biasa. Kerapkali orang merindukan hikmat Tuhan tetapi mereka tidak mendapatkan karena mereka memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam dirinya, padahal Roh Kuduslah yang memberikan hikmat atas kita. Manusia cenderung menggunakan kepandaiannya saja daripada mengandalkan kuasa Tuhan. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menggunakan akal budi kita tetapi hal yang utama kita mengandalkan hikmat dari Tuhan yang ditunjang oleh skill atau kepandaian kita. Daud termasuk orang yang IQ-nya kurang sehingga ia harus dijadikan gembala domba (Mazmur 73:22). Namun kakak-kakak Daud perawakannya tinggi besar dan IQ-nya cukup tinggi. Meskipun Daud IQ-nya rendah tetapi di dalam diri Daud ada Roh Allah yang dahsyat sehingga menjadikan diri Daud sebagai pribadi yang luar biasa. Bukti dari kekuatan Roh Allah yang ada dalam diri Daud yaitu Daud sanggup mengalahkan singa, beruang dan binatang buas lainnya. Kita tidak bisa mengukur kemampuan seseorang hanya secara lahiriah saja karena kita akan tertipu oleh penampilan seseorang. Karena, kadang-kadang orang yang kelihatannya sederhana tetapi di dalamnya ada Roh Allah maka orang tersebut termasuk orang yang luar biasa. Kepandaian memang harus dipakai, tetapi yang terutama adalah wahyu dari Tuhan supaya setiap langkah yang kita kerjakan dalam kekuasaan Tuhan. Apabila kita hanya mengandalkan kepandaian saja, maka yang terjadi dalam diri kita adalah kegagalan bahkan kutuk akan menimpa kita, seperti yang tertulis dalam Yeremia 17:5 . . . . . terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan . . . . Untuk itu janganlah kita mendukakan atau memadamkan Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang mengerti isi hati Allah. Dan apabila Roh Kudus ada dalam diri kita maka kita tahu apa yang menjadi keinginan Allah atas hidup kita (I Korintus 2:10). Saat kita hidup dipenuhi oleh Roh Kudus maka wahyu dari Tuhan akan turun atas kita untuk memimpin setiap langkah-langkah kita guna melakukan pekerjaan yang luar biasa. Tetapi apabila kita sudah mendukakan atau memadamkan Roh Kudus maka langkah-langkah yang kita ambil bukan tuntunan dari Tuhan tetapi kemampuan kita sendiri yang mengakibatkan banyak kesalahan dalam mengambil keputusan. Salah satu contoh yaitu Ahitofel, ia adalah seorang nabi yang diurapi. Pada waktu Daud hendak mengambil keputusan ia mendapatkan nasehat dari Ahitofel, sehingga langkah-langkah yang diambil oleh Daud berada dalam pimpinan Tuhan dan apa yang dilakukannya selalu berhasil. Tetapi suatu saat, Daud melakukan kesalahan yaitu mengambil istri Uria dengan jalan membunuh Uria melalui pertempuran. Waktu itu Uria ditugaskan untuk maju ke medan pertempuran dengan posisi terdepan sehingga Uria mati terbunuh dengan maksud apabila Uria mati maka Daud bisa mengambil istrinya yaitu Batsyeba. Dengan kejadian itu Ahitofel timbul kebencian terhadap Daud karena Batsyeba adalah cucu daripada Ahitofel. Karena kebencianlah Ahitofel melakukan tindakan yang salah, akhirnya bukan Roh Tuhan yang memimpin dia tetapi rasa kecewalah yang menuntun jalan Ahitofel, padahal dia adalah orang yang diurapi secara luar biasa pada awalnya. Demikianlah kita, apabila ada rasa benci, kecewa, kepahitan maka hal itu akan menghambat kita untuk mendapatkan wahyu dari Tuhan. Padahal modal manusia roh adalah : Wahyu Tuhan, mendapat nubuatan, dipimpin Roh Kudus, berjalan dalam iman, berdoa dalam roh. Amin Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |