27 Januari 2013

Nasib Yang Diubahkan

Nasib Yang Diubahkan
Written by Multimedia Graha Bethany   
Friday, 25 January 2013 13:39
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
“Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.” (Pengkhotbah 3:14)
Saudara, melalui ayat bacaan di atas kita akan mendapatkan nilai kebenaran yaitu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya bahkan tidak dapat ditambah maupun dikurangi. Dan hal ini pada umumnya disebut takdir atau nasib. Takdir/nasib tidak bisa diubah, karena dengan demikian manusia diharapkan untuk memiliki rasa takut akan Tuhan. Akan tetapi kenyataannya manusia tidak pernah takut kepada Tuhan, kecuali orang yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.
Segala sesuatu yang ditetapkan Tuhan tidak dapat ditambah maupun dikurangi berlaku bagi orang yang belum lahir baru atau percaya kepada Kristus. Dan kali ini kita akan melihat kehidupan seseorang yang menjadi contoh bagi kehidupan setiap orang yang percaya, karena orang ini adalah orang yang percaya. Kita akan membaca dalam Yesaya 38:1-7 ”Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya : Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi. Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.
Ia berkata : Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya : Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan memagari kota ini. Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya”

Seperti yang telah kita baca dalam Pengkhotbah, bahwa takdir atau nasib itu pasti, dan takdir itu juga dialami Hizkia, dimana ia telah ditentukan untuk mati dalam usia tertentu oleh karena penyakitnya. Saat itu Hizkia tidak putus asa dalam menghadapi persoalan, walaupun persoalan ini sangat serius yaitu menyangkut hidup Hizkia yang tidak lama lagi. Hizkia benar-benar memegang janji Tuhan, seperti yang tertulis dalam Matius 7:7-11. Akhirnya Hizkia berdoa “ya Tuhan Engkau telah melihat kesetiaanku dalam beribadah kepadaMu”, maka menangislah ia dengan sangat. Dan dalam waktu yang singkat Tuhan menjawab doa Hizkia, sehingga Tuhan menambahkan umur Hizkia lima belas tahun lagi. Hizkia memerintah pada tahun 716-687 SM. Melalui kisah ini kita diingatkan tentang firman Tuhan yang berkata : “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16b). Jadi, disini kita temukan ada suatu perbedaan antara anak Tuhan dengan orang dunia. Kalau anak Tuhan nasib/takdir itu bisa berubah, sedangkan orang dunia tidak bisa berubah. Kisah daripada Hizkia ini ditulis oleh nabi Yesaya maupun oleh riwayat raja-raja atau para sejarahwan, karena peristiwa ini sangat penting, dimana kisah hidup daripada Hizkia telah menjadi contoh bagi orang lain, termasuk orang yang belum mengenal Tuhan.

Selanjutnya dalam kisah ini kita akan temukan sesuatu yang bertolak belakang dari sebelumnya, dimana pada saat Hizkia mengetahui bahwa penyakit yang dialaminya akan membawa pada kematian, maka ia mulai sungguh-sungguh melekatkan dirinya pada Tuhan, namun setelah ia mendapatkan jawaban doa dan mulai diberkati Tuhan maka dia mulai angkuh. Ia tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang ia dapat berasal dari Tuhan, sehingga sebagai akibatnya Yerusalem dan Yehuda ditimpa murka (II Tawarikh 32:24). Kita semua mengetahui bahwa keangkuhan adalah awal daripada kehancuran. Seperti halnya Lucifer, oleh karena keangkuhannya dan ingin menyamai Tuhan maka segala sesuatu yang ia miliki menjadi hancur.
Saudara, dari sekian rentetan kisah yang telah kita pelajari akan terjadi pula dalam kehidupan saat ini, misalnya : apabila seorang pemimpin daripada suatu bangsa tidak benar dihadapan Tuhan, maka rakyatnya akan menderita; demikian pula dalam keluarga, apabila seorang ayah memiliki sifat yang angkuh maka anggota keluarganya akan menderita.
Tetapi bagaimanapun juga Allah tetap mengasihi umatNya yang kembali kepadaNya untuk bertobat; yaitu tatkala Hizkia menyadari akan kesalahannya maka Tuhan memulihkan keadaaan Hizkia (II Tawarikh 32:26), bahkan pada ayat selanjutnya dikatakan : “Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar. Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah, juga tempat perbekalan untuk hasil gandum, untuk anggur dan minyak, dan kandang-kandang untuk berbagai jenis hewan besar dan kandang-kandang untuk kawanan kambing domba. Ia mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing domba dan lembu sapi, karena Allah mengaruniakan dia harta milik yang amat besar. Hizkia ini juga telah membendung aliran Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud. Hizkia berhasil dalam segala usahanya.” (II Tawarikh 32:27-30)

Ternyata apa yang dialami oleh Hizkia telah membawa dampak yang luar biasa, dimana dari negara luar pun ingin tahu apa yang membuat Hizkia sampai mengalami hal yang demikian (Yesaya 39:1). Namun kenyataannya Hizkia tidak bersaksi atas kuasa Tuhan yang dia alami, justru dia hanya “memamerkan” atau menunjukkan segala harta kekayaannya dengan sikap angkuh, maka terjadilah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, dimana firman Tuhan menegurnya : “Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.” (Yesaya 39:6-7)

Saudara, melalui uraian diatas biarlah boleh menjadi suatu pelajaran atau pemahaman dalam kehidupan kita. Bahwa segala sesuatu dapat berubah, karena bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Selama kita mencari Tuhan maka kasih setia Tuhan akan menyertai kita. Walaupun kita tidak tahu maksud Allah (Pengkhotbah 3:9-10), tetapi Ia berjanji bahwa apabila kita hidup dalam kebenaran maka segala sesuatu yang kita kerjakan pasti akan berhasil karena segala sesuatu indah pada waktunya (waktu Tuhan), dan di dalamnya terkandung kekekalan. Dan sebagai peringatan : janganlah kita menunggu persoalan datang baru kita mulai bertobat, tetapi selama ada kesempatan biarlah kita gunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin.

Sumber: http://iix.bethanygraha.org/

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification