Sebuah Wasiat |
|
|
|
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 07 September 2012 11:53 |
Pdt. Dr. Abraham Alex Tanuseputra
Pada ayat bacaan di atas terdapat kata “Wasiat”. Wasiat adalah sebuah
janji; sedangkan yang memberikan wasiat itu adalah Allah. Dan perlu
kita ketahui bahwa wasiat ini baru berlaku kalau yang memberi wasiat ini
telah mati. Memang, Allah tidak pernah mati, karena Dia kekal, tetapi
Dia bisa memberikan warisan kepada kita dengan jalan memberikan Yesus
yang adalah Tuhan telah menjadi manusia. Pada saat Dia mati (walaupun
pada hari yang ketiga Dia telah bangkit) Allah memberikan wasiat kepada
kita, selain itu Allah mengangkat kembali manusia menjadi anak-anak
Allah. Ini berlaku bagi yang percaya kepada-Nya.“Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup.” (Ibrani 9:16-17) Wahyu 5:6-12 menyatakan bahwa Allah itu memiliki segala-galanya, khususnya pada ayat 12 telah dikatakan : "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!". Sejak Yesus mati di atas kayu salib wasiat di atas tersebut diberikan bagi kita selaku anak-anakNya. Hal ini dapat kita ketahui dalam Roma 8:16-17 yang berkata, “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Menderita bersama-sama dengan Tuhan merupakan sesuatu hal yang tidak enak untuk daging. Kata yang lebih tepat untuk kata “menderita” adalah “prihatin.” Ini berarti mau tidak mau kita harus berjalan di jalan yang sempit, menderita bersama dengan Kristus. Namun ujungnya menuju kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Selain itu penderitaan yang kita alami tidak sebanding dengan kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita terima. Wasiat di dalam Yesus dihubungkan dengan pengertian “berkat Allah yang diberikan kepada Abraham.” (Galatia 3:26-29). Apabila kita melihat siklus sebuah kehidupan khususnya dari Abraham, Ishak dan Yakub, maka disana dipenuhi dengan bukti-bukti iman. Yang perlu kita perhatikan adalah bukan hanya berkat yang diterima Abraham saja, tetapi siklusnya. Setelah Abraham, Ishak diberkati, lalu diturunkan kepada Yakub. Memang secara fisik Ishak tidak memberikan apa-apa kepada Yakub, tetapi berkat yang dari Tuhan tetap terjadi dalam kehidupan Yakub. Ini merupakan siklus turun-temurun. Hal ini juga berlaku bagi kehidupan orang yang percaya kepada Kristus, termasuk saudara semua. Berapa banyak orang mengalami masa kejayaan namun setelah meninggal dunia, anak-anaknya hidup penuh penderitaan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak berada dalam sebuah siklus kehidupan seperti yang dilakukan oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Sebagai contoh yang gamblang adalah bangsa Israel. Tatkala orang Israel menyembah Tuhan dengan baik, maka kota Yerusalem mendapatkan damai sejahtera. Klimaksnya pada saat pemerintahan Daud dan Salomo. Tetapi saat orang Israel tidak mengikuti siklus yang dilakukan nenek moyangnya, maka Yerusalem hancur dan dijajah oleh banyak bangsa. Saat mereka bertobat dibangun kembali dan saat mereka tidak taat, maka dijajah kembali. Ini berlangsung terus menerus, hingga Yerusalem memiliki pondasi yang berlapis-lapis. Yerusalem adalah kota yang kekal. Ini merupakan gambaran bagi kita kepada Yerusalem yang kekal. Kalau Yerusalem kita di dunia ini baik, maka Yerusalem yang di sorga pasti juga baik. Hari-hari ini, memang Tuhan sedang mengembalikan Yerusalem, tetapi ibadah mereka belum pulih secara keseluruhan. Tetapi kita adalah keturunan Abraham di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tanpa Yesus, berkat Allah tidak bisa turun kepada kita. Karena Yesus, semua berhak menjadi anak-anak Allah yang menerima wasiat dari-Nya. Untuk itu kita tidak bisa meninggalkan siklus yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh pergerakan Kristen yang berkembang sampai sekarang. Apa yang dilakukan Abraham dilakukan oleh Ishak, seperti yang tertulis dalam Kejadian 26:12-13, ”Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya.” Memang tidak mudah untuk melakukan siklus ini secara turun-temurun, tetapi kalau orang kembali kepada siklusnya, maka berkat Tuhan akan turun dengan luar biasa. Setiap orang memiliki siklus ini. Jangan sampai kita melupakan siklus itu, karena apabila kita melupakannya maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita seperti yang tertulis dalam Pengkhotbah 1:11, ”Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.” Ini merupakan peringatan bagi kita. 2 Korintus 9:10-11 berkata, “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.” Menabur bukan berarti berbicara masalah uang saja. Ini suatu siklus, kenangan yang lama ada dan yang akan datang lebih ada lagi. Hidup kita ini sangat berguna untuk ini. Matius 25:14-30 berbicara tentang seorang tuan yang mempercayakan talenta-talentanya kepada hamba-hambanya. Ada yang menerima 5, 4, 3, 2, 1 talenta. Yang diberi 5 sampai 2 dikembangkan, tetapi yang menerima 1 talenta tidak mengembangkannya. Justru yang diberi 1 talenta menganggap tuannya kejam. Orang tersebut diberi 1 talenta saja tidak bisa mengembangkan, apalagi diberi banyak. Oleh karena itu berapapun talenta yang dipercayakan kepada kita, seharusnya kita kembangkan, supaya hal yang buruk tidak kita alami, seperti yang tertulis dalam Matius 25:30 berkata, “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Untuk itu, marilah kita kembali kepada silklus, menabur dan menuai. Memang terasa berat, tetapi apabila kita mau melakukannya maka kita akan dimuliakan bersama dengan Kristus. Walaupun kita mengalami banyak tantangan, tetapi kita tetap diberkati oleh Tuhan, Amin. Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.