Visi Dari Allah |
|
|
|
Written by Multimedia Graha Bethany |
Friday, 14 September 2012 11:47 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Pada ayat bacaan diatas telah menceritakan mengenai kisah Yakub.
Dimana ia sedang melarikan diri dari kejaran kakaknya yaitu Esau.
Peristiwa ini terjadi bukan tanpa alasan, tetapi yang jelas bahwa Esau
menaruh dendam terhadap Yakub dan ingin membunuhnya, karena berkat yang
seharusnya Esau terima dari ayahnya telah diambil oleh Yakub dengan cara
menipu ayahnya yaitu Ishak (Kajadian 27:41-43). Secara tidak langsung
Yakub telah mengambil hak kesulungan daripada Esau.“Maka Yakub berangkat dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. Maka bermimpilah ia, . . . . . ." (Kejadian 28:10-22) Dan untuk menghindari amarah dari Esau maka Yakub melarikan diri menuju ke Haran, yaitu ke tempat dimana pamannya tinggal. Yakub telah lari dari persoalan yang mengakibatkan maut. Meskipun Yakub lolos dari kejaran kakaknya bukan berarti ia bebas dari masalah yang sedang ia hadapi, karena ia harus membayar atas segala perbuatannya. Bukankah terkadang kita melakukan seperti yang dilakukan oleh Yakub yaitu berusaha lari dari sebuah tanggungjawab atas perbuatan yang telah kita lakukan, untuk itu marilah kita menghadapi/menyelesaikannya dengan rasa tanggungjawab, termasuk menanggung segala konsekuensi dari perbuatan kita, maka Tuhan akan membela kita. Memang pada waktu siang hari Yakub dapat melarikan diri dari kejaran kakaknya (persoalan), tetapi pada malam hari ia tidak dapat melanjutkan perjalanannya, karena ia mengalami kesukaran. Dan kesukaran itu bisa berupa gelapnya malam, sehingga ia tidak dapat sekelilingnya dengan jelas dan juga tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali beristirahat (tidur). Demikianlah dengan kehidupan kita, yang kadang-kadang mengalami persoalan seperti yang dialami oleh Yakub. Tatkala persoalan datang menimpa kita, maka kita berusaha lari dari persoalan itu dengan kekuatan kita sendiri. Kita menganggap bahwa kita mampu menyelesaikannya, tetapi perlu kita ingat bahwa tidak semua persoalan dapat kita atasi dengan kekuatan kita sendiri, karena suatu saat pasti ada persoalan yang benar-benar tidak dapat diselesaikan oleh kekuatan manusia (itulah gambaran daripada datangnya malam, dimana kita tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali kita beristirahat/menenangkan diri untuk mendapatkan wahyu atau visi dari Tuhan). Dan perlu kita sadari pula bahwa kita penuh dengan keterbatasan maupun kelemahan, untuk itu jangan sekali-kali kita mengandalkan kekuatan diri sendiri melainkan kita andalkan Tuhan, sebab firman Tuhan berkata : ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!” (Yeremia 17:5). Selanjunya, dalam kisah Yakub ini telah diceritakan bahwa ia beristirahat, dalam arti kata lain : ia sedang menenangkan diri, maka Yakub mendapatkan wahyu/visi dari Tuhan melalui mimpinya. Wahyu/visi yang diterima oleh Yakub ini bersifat universal, yang artinya bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan visi seperti yang dialami oleh Yakub dan sampai hari ini Tuhan memberikan wahyu yang sama. Apa yang dilihat oleh Yakub sama dengan apa yang kita lihat hari-hari ini. Mungkin kita tidak mimpi seperti Yakub, tetapi saat ini kita mendapatkan visi yang sama. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah : “visi apa yang diterima oleh Yakub melalui mimpinya ?.” Yakub telah mendapat penglihatan bahwa di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampak malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu, dan berdirilah Tuhan di sampingnya. Jadi, melalui peristiwa ini Yakub sadar bahwa ada hubungan antara sorga dan bumi, sehingga apa yang ada di sorga itu bisa turun ke bumi; baik itu kuasa maupun kekayaan. Yakub mendapat kemurahan dari Allah, dan kemurahan itu juga berlaku bagi anak-anaknya yaitu umat Israel, termasuk kita sebagai keturunan Abraham secara rohani, sebab di dalam firman Tuhan telah dikatakan : “ . . . Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Galatia 6:23). Dan perlu kita ketahui bahwa yang menjadi penghubung antara sorga dan bumi adalah Yesus sendiri, karena di dalam Injil Yohanes 1:51 telah dikatakan : “Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” Jadi visi yang diterima oleh Yakub itu sama dengan visi yang diberikan kepada kita. Alasannya yaitu : karena kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan diselamatkan, sehingga kita mendapatkan hubungan antara sorga dan bumi ini dengan tidak terputus. Saudara, pertama kali visi ini dilihat oleh Yakub yaitu bahwa tidak ada halangan lagi antara bumi dan sorga; maka apa yang diikat di bumi akan terikat di sorga dan apa yang dilepas di bumi akan terlepas di sorga. Jadi segala kuasa, kekayaan bisa turun dalam kehidupan kita, karena kita punya hak untuk menarik kuasa dan kekayaan dari sorga. Dan setelah visi itu diterima oleh Yakub, lalu tindakan apa yang diambil oleh dia ?. Yakub mulai mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan didirikan sebuah tugu serta menuangkan minyak ke atasnya. Lalu Yakub menamai tempat itu Betel (rumah Tuhan), dimana yang dahulunya kota tersebut bernama Lus (yang berarti penuh dengan hawa nafsu). Demikianlah halnya dengan kita yang dahulunya hidup penuh dengan hawa nafsu, tetapi setelah kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat maka hidup kita disebut sebagai rumah Tuhan atau bait Roh Kudus. Oleh sebab itu janganlah kita mengotori kehidupan kita dengan tindakan yang didasari oleh hawa nafsu, tetapi biarlah kita tetap menjaga kehidupan ini dengan kekudusan, supaya urapan Allah terus mengalir dalam kehidupan kita dan visi yang telah kita terima, seperti yang Yakub terima dapat terwujud dalam kehidupan kita. Memang untuk dapat memujudkannya tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, tetapi dibutuhkan perjuangan, ada harga yang harus kita bayar yaitu seluruh kehidupan kita. Biarlah Roh Allah saja yang bekerja dalam kehidupan kita, maka segala sesuatu tidak ada yang mustahil, Amin. Sumber: http://iix.bethanygraha.org/ |