Siapa Yang Menabur Akan Menuai |
Written by Multimedia Graha Bethany |
Thursday, 21 June 2012 15:18 |
Pdt. Abraham Alex Tanuseputra
Saudara, apabila saya me-review (menengok ke belakang), saya sangat
berterima kasih kepada kakek dan ibu saya, dimana mereka telah
mengajarkan bagaimana sebagai orang percaya dapat memahami dan masuk
dalam suatu hukum kerajaan Allah, salah satu diantaranya yaitu menabur
benih yang terbaik. Sebab apabila mereka tidak menabur untuk pekerjaan
Tuhan, maka tidak mungkin saya bisa membangun gereja Manyar, Nginden
maupun Menara Doa Jakarta.Galatia 6:7-10 ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Pada mulanya saya tidak dapat memahami akan pengajaran ini, karena hal ini saya anggap suatu pemborosan. Karena pada saat itu saya bekerja ikut orang tua dengan mendapat upah satu bulan hanya Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah), sedangkan apabila seorang hamba Tuhan datang ke rumah saya, ibu saya memberikan uang lebih dari Rp. 20.000,-. Melihat hal ini saya mulai protes kepada ibu saya; tetapi jawab ibu saya, “kamu diam saja, karena ibu melakukan hal ini untuk masa depanmu. Ibu saat ini sedang menabur, tetapi kamu yang akan menuainya.” Sebagai anak saya tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali mengingat-ingat apa yang dikatakan ibu saya. Setelah saya bertobat, lambat laun saya mulai memahami akan apa yang dikatakan ibu saya. Sehingga saya mulai mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya pada tahun 1965 saya mulai menabur, dan pada tahun 1965-1977 saya menabur begitu banyak, karena apa yang saya punya saya jual untuk membangun gereja yang ada di Mojokerto. Tahun 1980 saya menuai besar, dimana Manyar dapat dibangun, dan tahun 1980 – 1987 kami menabur lagi, dan dari taburan itu selama 7 tahun akhirnya terbangun gereja-gereja di seluruh Indonesia hampir 1000 gereja, yang terbagi dalam tiga wilayah yaitu wilayah Timur, Tengah dan Barat. Berdasarkan siklus yang berlangsung dapat kita lihat bahwa setelah Manyar menabur, maka akibatnya menuai banyak gereja. Tahun 1990-1997, kami menabur lagi sampai tahun 2000, sehingga pembangunan Gereja Nginden dapat diselesaikan. Tahun 2000-2007 kami menabur lagi di beberapa tempat baik di Surabaya, maupun di Jakarta. Dalam hal menabur kita tidak bisa percaya hanya kata orang, tetapi marilah kita melihat lebih jelas lagi apa yang dikatakan firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 11:24-26, ”Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.” Kebenaran mengenai Amsal ini sudah diuji sejak jaman dahulu, bahwa orang yang menabur akan menuai. Hukum tabur tuai itu tidak hanya berlaku pada tanaman saja, melainkan juga berlaku dalam kehidupan ini yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Kalau kita bertentangan dengan hukum ini, maka kita tidak akan menikmati penuaian. Namun sebaliknya, apabila kita masuk dalam hukum ini maka kita akan mengalami seperti yang tertulis dalam II Korintus 9:6-11. Dengan demikian kita akan memahami bahwa selama melayani Tuhan kita akan masuk dalam suatu fase yaitu ada waktu menabur dan ada waktu menuai. Menabur itu harus sabar menunggu, karena memerlukan waktu. Saudara, perlu kita perhatikan baik-baik ketika kita mulai panen; sebab pada waktu panen kita tidak lepas dari tantangan, yaitu belalang yang siap memakan buah yang siap dituai, seperti yang tertulis dalam Yoel 1:2-4. Untuk itu kita perlu waspada terhadap semuanya itu. Kalau kita diberkati sesuai posisi kita, maka belalang pengerip akan berusaha makan buahnya, sehingga hasil panen menjadi habis, sedangkan belalang pindahan akan makan daun dan carangnya, belalang pelompat makan batangnya, dan belalang pelahap akan makan akarnya. Dan kita percaya bahwa suatu saat kita diberkati secara luar biasa. Hal ini pernah saya (Pdt. Alex Tanuseputra) alami, dimana saya dapat menjual 37 buah. Sehingga saya mendapatkan untung yang cukup banyak, kemudian saya belikan emas seberat 4 kg. Dengan berkat yang banyak ini mulai timbul sedikit perselisihan karena masing-masing ingin membeli sesuatu sesuai keinginannya. Akhirnya berkat yang banyak ini saya tabur untuk pembangunan Bethany Manyar. Setelah berkat itu habis maka mulai tenang kembali. Untuk itu kita harus senantiasa tetap pada hukum kerajaan Allah, sebab dengan berkat yang melimpah kalau kita tidak waspada, maka buah-buah roh seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23 akan dimakan oleh belalang (iblis), sehingga pada akhirnya buah roh yang ada dalam kehidupan kita akan habis. Pada umumnya orang yang diberkati punya kecenderungan untuk berbuat macam-macam, termasuk selingkuh atau kawin lagi. Oleh karena itu kita perlu ekstra hati-hati. Dan sebagai gambaran yang sederhana dalam kehiduapan sehari-hari, setelah buah dimakan maka batangnya akan dimakan, misalnya pekerjaan kita. Karena orang yang selingkuh atau kawin lagi maka orang tersebut akan mengalami kebangkrutan, dan rumah tangga menjadi hancur, sampai pada akhirnya akarnya dimakan, dalam pengertian bahwa seluruh kehidupan orang tersebut akan hancur dan diwarnai dengan penderitaan. Dalam kehidupan ini kita tidak dapat memikirkan hal-hal jasmani saja, sebab kita hidup dalam dua dimensi yaitu dimensi rohani dan jasmani. Apabila kita hanya memikirkan hal jasmani saja, maka ketika kita menabur, kita mengharapkan dengan segera apa yang kita tabur dapat kita tuai. Bukankah hal demikian tidak bedanya dengan orang yang sedang gambling (berjudi). Untuk itu marilah kita membaca di dalam Galatia 6:7-10 ”Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Saudara, menabur itu dengan ibadah, kalau kita memberikan persembahan biarlah kita berdoa terlebih dahulu. Sehingga ketika kita memberikan persembahan kepada Tuhan didasari oleh karena kita mencintai Tuhan dan ketulusan hati. Dan apabila dalam kehidupan kita sehari-hari selalu ada kerinduan untuk memberi, maka kita akan senantiasa mendapatkan kemurahan dari Tuhan. Memang, menabur itu tidak selalu uang, mungkin dengan tingkah laku kita yang baik, maka kita akan menuai sesuatu yang baik pula. Jadi, apabila gereja sedang menuai, maka umat Tuhan pun mengalami penuaian. Dan apabila kita menuai maka tak seorangpun dapat menahan, kecuali tidak waspada, karena belalang pengerip, pindahan, pelompat maupun pelahap akan memakan habis dari buah sampai akarnya. Oleh sebab itu siapkan dirimu dan waspadalah terhadap apa yang akan kita tuai, supaya apa yang kita tabur tidak sia-sia. Amin. Sumber:http://iix.bethanygraha.org/ |