Mencari Alasan
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Efesus 5:1
====================
"Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih"
Seorang musisi pernah mengeluh kepada saya karena salah seorang anggota bandnya seringkali mangkir atau datang terlambat. Gara-gara satu orang itu mereka pun terus terkendala dalam latihan mereka. Alasan yang dikemukakan menurutnya selalu saja ada, mulai dari yang klise seperti terjebak macet, sampai yang rasanya konyol seperti ketiduran atau lupa jadwal. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya untuk menumbuhkan band jika ada anggota yang seperti ini di dalamnya. Saya pun berpikir bahwa ada banyak orang yang bersikap seperti itu. Datang terlambat ke kantor, terlambat ke sekolah, terlambat menjemput, itu menjadi ritme banyak orang setiap harinya. Alasan yang dikemukakan pun bisa bermacam ragam. Saking pintarnya mencari alasan, jangan-jangan kita sudah pantas menjadi "profesor alasan". Variatif, kreatif and inovatif, seperti itulah pintarnya kita dalam mereka alasan. Disiplin semakin lama sudah semakin langka. Seandainya kreativitas dalam inovasi itu dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat positif dan baik seharusnya negara kita bisa lebih baik lagi. Tapi itulah sebuah sikap yang nyatanya semakin membudaya di kalangan banyak orang. Mencari alasan bisa pintar, tapi untuk berdisiplin dan patuh terhadap peraturan atau jadwal sulitnya bukan main.
Dengan giatnya "berlatih" dalam soal mencari alasan, kita pun kemudian terbiasa untuk melakukan itu, termasuk dalam hal mematuhi perintah Tuhan. Jika teman saya yang musisi itu saja bisa kesal, dan kita pun akan merasakan hal yang sama jika orang yang berjanji dengan kita "ngaret" seenaknya, tidakkah kita berpikir bahwa Tuhan pun mungkin dibuat kesal dan muak dengan perilaku seperti ini. Kita bisa dengan mudah mengabaikan saat teduh, melupakan berdoa, apalagi meluangkan waktu untuk membaca Alkitab. Alasan bisa sangat banyak dan mudah untuk dikemukakan. Hari ini terlalu capai, banyak pekerjaan, banyak tugas, mengantuk, sibuk dan sebagainya sering menjadi alasan bagi kita untuk mencoret Tuhan dari kegiatan kita sehari-hari. Dalam hal mematuhi perintah Tuhan pun sama. Kita tahu bahwa yang kita lakukan itu salah, tapi kita terus mencari alasan sebagai pembenaran untuk terus melakukannya. Kita berpikir bahwa kita bisa mengelabuhi Tuhan lewat alasan yang kita kemukakan, namun tentu saja itu tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Dia tahu segalaNya, dan jangan lupa bahwa Tuhan pun tegas jika berurusan dengan kepatuhan kita akan firmanNya.
Lihatlah bagaimana contoh manusia berlindung di balik alasan dalam perumpamaan soal talenta. (Matius 25:14-30). Ketika orang yang diberi lima dan dua talenta dengan patuh mengerjakan kewajibannya, hamba dengan satu talenta ternyata begitu malas dan memilih untuk hanya memasukkan uang itu dalam lubang di tanah. (ay 18). Ketika tuannya meminta pertanggungjawaban, lihatlah bagaimana ia berkelit dengan memberi alasan. "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" (ay 24-25). Bukan saja mencari alasan, tapi ia pun berani menyalahkan atau mengkambing hitamkan tuannya sendiri. Tuhan sama sekali tidak berkenan dengan sikap seperti ini. Dan lihatlah reaksi sang tuan dalam perumpamaan ini. Si hamba ini dikatakan sebagai "hamba yang jahat dan malas" (ay 26) dan harus menerima konsekuensi dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, dimana yang ada hanya ada ratap dan kertak gigi. (ay 30). Fatal sekali akibatnya jika bermain-main dengan perintah Tuhan, itu jelas bisa kita lihat lewat perumpamaan ini.
Allah tidak suka dengan kecenderungan kita untuk mengabaikan petunjukNya yang sebenarnya sudah jelas tertulis di dalam Alkitab, apalagi dengan adanya Roh Kudus yang terus mengingatkan kita apabila mulai serong dalam berjalan. Paulus mengingatkan hal ini dalam suratnya kepada jemaat Tesalonika. "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus." (1 Tesalonika 4:1-2). Disini Paulus mengingatkan kita akan bagaimana kita seharusnya hidup berkenan kepada Tuhan dan bahwa petunjuk-petunjuk itu sudah diberikan kepada kita atas nama Tuhan Yesus. Ini tidak main-main. Melanggarnya akan membawa konsekuensi berat atas diri kita. Lebih lanjut lagi Paulus pun mengingatkan kita agar jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus dan mengabaikan pengajaranNya lalu lebih memilih untuk menuruti kehendak kita pribadi saja. "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." (Efesus 4:30).
Oleh sebab itu mari kita dengar dan renungkan nasihat berikut ini. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih" (Efesus 5:1). Ini adalah sebuah nasihat yang sudah sepantasnya menjadi sesuatu yang selalu kita ingat baik-baik dalam meniti kehidupan di dunia ini. Remember God is always serious when it comes to our obedience towards His words. Kemalasan kita dalam membaca Alkitab akan membuat kita tidak tahu apa saja perintah dan larangan Tuhan dengan jelas, dan tidak ada satupun alasan yang bisa kita kemukakan untuk itu. Keengganan membangun hubungan dengan Tuhan jelas akan membuat hubungan kita berjarak sangat jauh dari Tuhan, dan itu akan membuat kita tidak peka akan bahaya dosa. Di saat seperti itu kita sama saja dengan mendukakan Roh Kudus Allah yang sebenarnya telah memeteraikan kita untuk menerima anugerah keselamatan. Menjelang hari Natal dan Tahun Baru, marilah kita berbenah lebih serius dalam membangun hubungan dengan Tuhan dan mendalami firmanNya. Ini saatnya bagi kita untuk memperbaharui tekad untuk membaca petunjuk-petunjuk yang telah Dia nyatakan dan menjalani hidup berdasarkan petunjuk-petunjuk itu dengan ketaatan penuh tanpa banyak alasan.
Tidak ada satupun alasan yang bisa memberi keringanan dalam mengabaikan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.