Pola Pikir Seorang Juara
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Roma 8:37
===================
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
Dalam pertandingan olah raga, seringkali yang menentukan bukanlah faktor skill atau keahlian melainkan faktor mental. Anda bisa melihat sebuah tim sepakbola misalnya, yang mentalnya tidak siap, mereka akan terlihat kacau, acak-acakan dan tidak terpola dalam bermain meski secara kualitas sebenarnya mereka cukup mampu bermain baik. Pelatih sepak bola nasional kita pun pada suatu ketika mengakui bahwa apa yang harus ia benahi bukan hanya soal kebugaran dan skill pemain, melainkan juga harus mencakup aspek pembangunan mental dari para pemain tersebut. Pada suatu kali saya pernah bertemu dengan seorang mantan atlit nasional, ia pun mengakui bahwa apa yang kerap menghambat kemenangan berasal dari faktor mental ini. "Begitu pikiran saya mulai ragu, begitu kepercayaan diri saya mulai goyah, maka permainan saya pun menjadi kacau." katanya. Ia pun bercerita bahwa dalam banyak kesempatan ia harus membangkitkan percaya dirinya hanya dalam waktu singkat kalau tidak mau menjadi bulan-bulanan lawannya. Mental seorang juara akan berasal dari pola atau cara berpikir seorang juara. Ini harus kita miliki, karena jika tidak, jangan harap kita bisa berhasil dalam mencapai sesuatu yang besar.
Jika pepatah berkata rumput tetangga lebih hijau dari rumput di halaman sendiri, seperti itulah cara berpikir banyak orang. Mereka hanya memperhatikan kelebihan orang lain dan mengira bahwa mereka tidak akan pernah bisa sukses karena tidak memiliki apa yang dimiliki orang lain. Mereka hanya sibuk memperhatikan kelebihan orang dan kekurangan mereka tanpa mau melihat terlebih dahulu apa yang sebenarnya mereka punya dalam diri mereka. They don't know what they possessed within. Pola pikir negatif ini secara ekstrim akan membuat orang terus mengukur dirinya jauh lebih rendah dari seharusnya, bisa membuat mereka hanya mengisi hidup dengan keluhan-keluhan bahkan mengutuki diri sendiri atau malah menuduh Tuhan yang tidak-tidak. Dan ini bukan hanya menjadi masalah dari orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah. Seperti yang saya katakan kemarin, saya sudah bertemu dengan banyak orang yang punya kesempatan mengenyam pendidikan tinggi tetapi pola pikirnya sama sekali tidak mencerminkan pola pikir seorang juara. Mental mereka lemah, dan akibatnya mereka tidak tahu potensi dirinya sama sekali dan tidak kunjung mampu berdiri sendiri mencapai sukses yang seharusnya bisa mereka peroleh. Sudahkah kita menyadari bahwa apa yang diberikan Tuhan kepada kita sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai melakukan sesuatu dan menuai sukses seperti yang direncanakan Allah sejak semula? Taruhlah pendidikan memang rendah, tetapi dengan tubuh yang sehat dan masih bisa bekerja saja, bukankah itupun bisa menjadi modal buat kita untuk sukses? Di televisi seorang mantan penerjun menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah akibat musibah ketika payungnya telat terbuka pada suatu kali ternyata tidak menyerah dengan kondisinya. Dengan kursi roda ia terus aktif bekerja dan mengingatkan para penerjun akan pengalamannya. Ia masih bisa sukses meski separuh badannya lumpuh. Sudah terlalu banyak orang yang gagal mencapai impian mereka justru karena mereka memandang diri mereka sendiri jauh lebih rendah dari pandangan Tuhan yang sebenarnya tentang diri mereka dan tidak mengetahui apa sebenarnya yang ada pada diri mereka.
Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk menjadi orang-orang yang gagal. Tuhan tidak pernah merencanakan kita untuk memiliki mental pecundang yang mudah menyerah dan hidup tanpa semangat. Apa yang direncanakan Tuhan justru sebaliknya. Alkitab menyebutkan begini "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37). Perhatikanlah bahwa kita seharusnya mengerti bahwa apa yang diinginkan Tuhan bagi kita bukan cuma sekedar pemenang, tetapi dikatakan lebih dari pemenang! Dalam bahasa Inggrisnya lebih dari pemenang disebutkan dengan "More than conquerors and gain surpassing victory", lebih dari seorang penguasa dan memperoleh kemenangan melewati batas yang kita harapkan. Dari mana kita bisa memperolehnya? Ayat ini telah menyebutkan dengan jelas, lewat Kristus yang telah mengasihi kita. Through Him who loved us.
Selanjutnya mari kita lihat janji Tuhan lainnya seperti yang telah saya bahas kemarin "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun." (Ulangan 28:13) Itu yang menjadi kerinduan Allah bagi kita. Menjadi kepala dan bukan ekor, tetap mengalami peningkatan dan bukan penurunan. Perhatikan bahwa kata yang dipakai adalah "TUHAN AKAN", dan bukan "Tuhan bisa" atau "Tuhan mungkin, atau jika Tuhan mau". Kata "akan" disana memberi jaminan kepastian bahwa Dia menginginkan itu untuk terjadi pada anak-anakNya. Bagaimana caranya? lanjutan dari ayat di atas memberi kuncinya ", apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya." (ay 13-14).
Pola pikir seorang juara dan mentalitas juara ini pun disinggung oleh Paulus. "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" (1 Korintus 9:24) Ayat ini secara khusus menunjukkan gambaran bahwa hidup ini pada hakekatnya bagaikan sebuah pertandingan. Larilah begitu rupa hingga kita bisa memenangkan perlombaan, karena tidak semua yang bertanding bisa menjadi juara. Tekad dan usaha harus sungguh-sungguh, dan pola pikir serta mental juara pun sangat diperlukan dalam hal ini. Jika para atlit olah raga jelas membutuhkan itu untuk bisa tampil sebagai pemenang, kita pun demikian pula.
Tuhan sudah memberikan talenta bagi kita untuk sukses, Tuhan sudah merencanakan segala yang indah sejak semula, Tuhan sudah membekali kita dengan kemampuan-kemampuan untuk terus belajar dan mengasah talenta yang Dia berikan, kemudian lihatlah bahwa Tuhan pun berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan kita. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Isilah pikiran kita terus menerus dengan ayat ini: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Lihatlah bahwa untuk mencapai sebuah tingkatan "lebih dari pemenang", "to gain a surpassing victory", kita bukannya dibiarkan berjuang sendirian, tetapi Tuhan sendiri berjanji untuk senantiasa menyertai kita. Bukankah semua yang telah Dia persiapkan ini sesungguhnya lengkap dan lebih dari cukup bagi kita untuk sukses? Jangan lupa pula bahwa Roh Kudus telah dianugerahkan kepada orang-orang percaya. Kehadiran Roh Kudus akan membuat kita mampu melakukan hal-hal yang jauh lebih daripada apa yang kita pikirkan, melebihi apa yang kita anggap sebagai batas kesanggupan kita. Bagaimana jika kita masih juga takut? Bagaimana jika tetap menganggap bahwa kita bukan siapa-siapa, bahkan tidak ada orang yang memperhatikan keberadaan kita sekalipun? Lihatlah apa jawaban Tuhan akan hal ini. "Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau"; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:8-10).
Masalah bukanlah berasal dari kurangnya Tuhan membekali kita, melainkan dari pola pikir kita yang tidak mencerminkan juara. Mental juara akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita. Kita tidak akan punya daya dobrak yang cukup tanpa memiliki mental seorang juara, dan ini tidak akan ada jika kita tidak memiliki pola pikir seorang juara pula. Mengapa kita harus takut, mengapa kita harus ragu, kalau Tuhan sudah memberikan segala bekal dan berjanji akan senantiasa menyertai kita? Daud yang kecil dan masih muda bisa menang menghadapi Goliat, raksasa bersenjatakan dan beratribut perang lengkap hanya dengan ketapel dan batu. Bukan karena hebatnya, bukan karena keahliannya mempergunakan ketapel, melainkan karena penyertaan Tuhan atasnya. Daud tahu bahwa apa yang ada pada dirinya, meski sederhana sekali, itu bisa menjadi sangat luar biasa ketika Tuhan ada bersamanya. Di dalam Tuhan ada kemenangan, kita bahkan dirancangkan lebih dari orang menang. Ini saatnya bagi kita untuk mengubah pola pikir. Kita harus menaklukkan segala pola pikir negatif tentang diri kita sendiri di dalam Kristus dan kemudian memasang pola pikir kita seturut rencana Allah. Berpikirlah seperti seorang juara, dan milikilah mental juara. Dengan cara itulah anda akan mampu mengasah potensi-potensi yang ada pada diri anda dan mempergunakannya secara maksimal.
Have the spirit of a champion by thinking like a champion
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.