Sesama Manusia
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Zakharia 7:9
==================
"Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!"
Betapa mudahnya mendapat teman di kala senang, tetapi begitu sulit mencari seorangpun dikala susah. Itu dialami begitu banyak orang, dan saya pun pernah mengalaminya. Ketika kita sedang sukses, orang pun berdatangan dengan sanjungan-sanjungannya, tidak jarang pula mereka membawa buah tangan dan menunjukkan sikap sangat manis. Tetapi ketika kita terjatuh, perlahan tapi pasti mereka pun mulai menjauh meninggalkan kita. Seorang artis senior pernah bercerita mengenai pengalamannya akan hal ini kepada saya. "Habis manis sepah dibuang", katanya. Jangankan menolong, untuk mengenal saja mereka sudah enggan. Betapa bedanya perilaku mereka dahulu ketika saya masih di atas dengan saat ini ketika saya sudah tidak ada apa-apanya lagi. Miris memang, tetapi begitulah perilaku banyak manusia yang hanya baik ketika ada sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya. Tidak tertutup kemungkinan kita pun pernah atau bahkan masih menunjukkan sikap seperti itu. Ketika telepon seluler berdering, kita akan melihat dahulu siapa yang menghubungi, dan akan memilah-milah yang mana yang mau dijawab, mana yang mau diabaikan, atau dijawab seadanya saja dengan dingin. Maka ada istilah pilih kasih, tergantung standar kita, tergantung ukuran kita.
Mari kita lihat sejenak Lukas 10:25-37. Pada suatu kali datanglah seorang pemimpin agama menantang Yesus dengan pertanyaan mengenai siapa sebenarnya yang disebut dengan sesamanya manusia itu. Siapa yang dapat diterima dan tidak dalam masyarakat yang terkotak-kotak yang masih saja berlaku hingga hari ini. Yesus memberi jawaban tidak atas pertanyaan itu secara langsung, tetapi Dia justru memberikan perumpamaan tentang sesama yang baik melalui kisah orang Samaria yang murah hati. Kisah ini tidaklah asing lagi bagi kita, menceritakan tentang seseorang yang dirampok dan dianiaya dalam perjalanan dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat. Ada imam yang lewat namun tidak berbuat apa-apa malah menyingkir ke seberang jalan, kemudian ada orang Lewi yang berlaku sama. Tetapi selanjutnya lewatlah orang Samaria disana. Sebagai catatan, orang Samaria bukanlah orang yang terhormat bagi bangsa Yahudi ketika itu. Sejarah panjang antara orang Yahudi dan Samaria membuat mereka memandang negatif satu sama lain. Alkitab pun mencatatnya seperti ini: "Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria." (Yohanes 4:9). Tetapi ternyata orang Samaria ini menunjukkan belas kasihan yang tidak memandang etnis dan latar belakang sama sekali. "Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya." (Lukas 10:34). Ia pun kemudian membayar sepenuhnya penginapan dan biaya perawatannya. Saya membayangkan betapa merah muka pemimpin agama yang sok alim itu ketika mendengar sebuah perumpamaan yang menjadikan orang Samaria sebagai pahlawan dan keteladanan akan kebaikan hati. Tetapi itulah gambaran yang begitu indah akan suara hati Tuhan mengenai bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap sesama manusia. Tidak dikatakan bahwa kita hanya wajib membantu yang satu kepercayaan saja, tetapi yang disebut dengan sesama manusia adalah semua manusia lainnya tanpa terkecuali. Bahkan musuh atau orang yang jahat kepada kita sekalipun, mereka juga sesama manusia, dan mereka juga wajib untuk kita kasihi.
Ketika berbagai pengajaran hanya mementingkan kelompok sendiri saja bahkan ada yang merasa berhak untuk menghancurkan yang tidak sepaham dengannya dengan berbagai bentuk legalitas sendiri, Alkitab justru mengajarkan sebaliknya. Ada banyak orang yang memandang kata sesama itu sebagai orang-orang yang sepaham, seide, seideologi atau seiman, sedangkan yang berseberangan tidak perlu dipedulikan, atau kalau bisa malah dihancurkan saja. Kasih dalam Kekristenan tidak pandang bulu. Lihatlah penjabaran kasih dalam sebuah surat Paulus: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Tidak ada satupun gambaran kasih dalam Kekristenan yang menganjurkan kita untuk mengkotak-kotakkan orang. Kita wajib menyatakan kasih kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Lewat Zakharia kita bisa mendapatkan Firman Tuhan yang berkata seperti ini: "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!" (Zakharia 7:9). Laksanakanlah hukum yang benar sesuai Firman Tuhan, tunjukkan kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing, kepada sesama kita, every man to his brother. Ini merupakan kewajiban setiap orang percaya yang harus diwujudkan dalam hidup masing-masing. Lalu lihat pula ayat selanjutnya: "Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing." (ay 10). Kita tidak boleh menindas orang yang lemah, memanfaatkan posisi lemah orang lain, dan jangan pula berbuat kejahatan atau merencanakan dalam hati sekalipun terhadap orang lain. Dunia menunjukkan sikap yang berbeda, tetapi Firman Tuhan jelas menyatakan hal yang sebaliknya. Tunjukkan kesetiaan, kata Tuhan lewat Zakharia, dan seruan itu bisa kita lihat dengan penjabaran lebih panjang dalam Wahyu: "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10). Lalu renungkan pula ayat ini: "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia." (Amsal 3:3-4).
Orang Samaria yang murah hati menunjukkan sebuah sikap mengasihi yang tidak terbatas pada sekat-sekat perbedaan. Untuk apa ia membantu orang yang berbeda darinya, orang yang berasal dari bangsa yang menganggapnya hina, orang yang tidak ia kenal sekalipun? Untuk apa ia membantu orang seperti itu ketika ia bisa menghadapi berbagai resiko apabila memberi pertolongan? Tetapi orang Samaria itu menunjukkan bahwa kasih berlaku bagi siapapun. Tidak masalah jika ia menjadi rugi atau repot dalam menyatakan kasih. Dimata dunia mungkin itu bisa terlihat bodoh, tetapi Tuhan akan sangat menghargai sikap seperti itu. Saatnya bagi kita untuk menunjukkan kasih menurut pandangan Tuhan kepada sesama kita tanpa terkecuali. Tanggalkan sekat-sekat pembeda yang seringkali merintangi kita untuk mengalirkan kasih Tuhan kepada sesama. Ada atau tidak ada apreasiasi dari orang lain bukanlah masalah, karena biar bagaimanapun itu akan sangat berharga di mata Tuhan.
Kasih dalam Kekristenan tidak mengenal sekat dan batas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.