Bintang sebagai Tanda Penyertaan Allah
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Yesaya 40:26
=====================
"Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu..."
Beberapa waktu lalu seorang teman datang berkunjung dan menginap di rumah. Pada malam harinya kami duduk berbincang-bincang di teras rumah, dan di langit terlihat begitu banyak bintang bertaburan. Tiba-tiba ia menunjuk ke arah sekelompok bintang dan berkata "Itu rasi orion!" Saya bukan orang yang mengerti astronomi atau ilmu perbintangan, dan saya tidak pernah tahu sebelumnya kalau teman saya itu bisa mengamati rasi bintang. Ia pun terus menunjuk kesana kemari untuk menunjukkan pola-pola bintang lainnya yang ia kenal. Selagi pandangan saya menatap bintang-bintang di langit dan mengikuti penjelasan teman saya itu, saya pun berpikir, betapa Tuhan telah menghias langit dengan begitu indahnya. Dan saya pun kemudian menyadari bahwa sesungguhnya ada pesan yang disampaikan Tuhan setiap malam lewat keberadaan bintang-bintang itu.Seorang ahli astronomi pernah berkata bahwa apabila kita memiliki mata yang baik maka kita akan bisa melihat 5000 bintang. 5000 rasanya seperti terdengar berlebihan, tapi begitulah katanya. Ada banyak bintang yang tidak terlihat secara kasat mata, dan para ahli pun kemudian mengunakan teleskop untuk bisa menyelidiki dan mengamati lebih jauh lagi tentang bintang-bintang ini. Penelitian para ahli astronomi ini menyimpulkan bahwa ada milyaran galaksi di angkasa raya, dan setiap galaksi ini memiliki milyaran bintang pula. Bisa dibayangkan ada berapa banyak jumlah bintang sebenarnya yang ada di atas sana. Seorang ahli pernah berkata, ada lebih dari 10 bintang di alam semesta ini untuk setiap butir pasir di bumi. Itu sebuah perbandingan yang mencengangkan yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya.
Abraham mungkin tidak tahu kesimpulan ahli ini. Tapi tanpa tahu pun Abraham tentu tercengang ketika mendapatkan janji Tuhan kepadanya yang dihubungkan dengan jumlah bintang. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Perlukah Abraham terlebih dahulu menghitung bintang? Perlukah ia berbantah-bantah dulu karena janji Tuhan itu terdengar aneh dan tidak masuk akal? Tidak. Alkitab mencatat respon Abraham, yang pada masa itu masih bernama Abram. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6). Lalu lihatlah bintang yang menuntun orang-orang Majus dari Timur untuk bertemu dan menyembah bayi Yesus. (Matius 2:1-12). Daud pun berulang kali menuliskan perenungannya sambil melihat ke arah bintang-bintang. Lihatlah salah satunya berbunyi: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Bintang bisa membawa begitu banyak pesan Tuhan kepada kita. Bintang selalu hadir setiap malam, dan kita bisa menyaksikannya ketika langit cerah, berkilauan gemerlap di langit gelap. Di bentangan langit gelap itu Tuhan ternyata berbicara dan menyatakan kehadiranNya kepada kita.
Lihatlah apa bunyi firman Tuhan lewat Yesaya berikut ini. "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat." (Yesaya 40:26). Ayat ini mengingatkan kita akan kebesaran kuasa Tuhan, yang sanggup menyuruh milyaran bintang-bintang itu keluar tanpa terkecuali. Itu menunjukkan keberadaanNya ditengah kita, itu menunjukkan penyertaanNya kepada kita. Lalu ayat selanjutnya berkata: "Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya." (ay 27-29). Seperti halnya Tuhan memperhatikan milyaran bintang di langit, Dia pun memperhatikan milyaran individu yang hidup di bumi. Tidak satupun yang Dia lupakan, tidak satupun yang Dia abaikan. Artinya jelas. Jika Tuhan sanggup menggerakkan segenap penghuni langit untuk keluar satu persatu, Dia pun dapat membawa kita keluar dari gelap menuju kepada terangNya.
Apabila ada di antara anda yang hari ini dicekam kekuatiran menghadapi datangnya tahun yang baru atau tengah ditimpa beban berat, arahkanlah mata ke langit dan lihatlah bahwa di balik bintang-bintang yang anda amati itu ada Tuhan yang bertahta disana. Dia sedang berbicara mengingatkan anda bahwa anda tidaklah sendirian. Dia peduli dan selalu siap untuk membawa anda keluar dari kegelapan menuju kepada terangNya yang damai dan penuh sukacita. Malam ini jika anda melihat bintang-bintang bertaburan dengan gemerlapnya yang indah, bersyukur dan bersukacitalah. Sebab itu tandanya Allah peduli dan mengasihi anda.
"Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya...Bulan dan bintang-bintang untuk menguasai malam! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mazmur 136:3,9)
23.33
Vincent utomo
Posted in:
Seorang musisi pernah mengeluh kepada saya karena salah seorang anggota bandnya seringkali mangkir atau datang terlambat. Gara-gara satu orang itu mereka pun terus terkendala dalam latihan mereka. Alasan yang dikemukakan menurutnya selalu saja ada, mulai dari yang klise seperti terjebak macet, sampai yang rasanya konyol seperti ketiduran atau lupa jadwal. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya untuk menumbuhkan band jika ada anggota yang seperti ini di dalamnya. Saya pun berpikir bahwa ada banyak orang yang bersikap seperti itu. Datang terlambat ke kantor, terlambat ke sekolah, terlambat menjemput, itu menjadi ritme banyak orang setiap harinya. Alasan yang dikemukakan pun bisa bermacam ragam. Saking pintarnya mencari alasan, jangan-jangan kita sudah pantas menjadi "profesor alasan". Variatif, kreatif and inovatif, seperti itulah pintarnya kita dalam mereka alasan. Disiplin semakin lama sudah semakin langka. Seandainya kreativitas dalam inovasi itu dipergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat positif dan baik seharusnya negara kita bisa lebih baik lagi. Tapi itulah sebuah sikap yang nyatanya semakin membudaya di kalangan banyak orang. Mencari alasan bisa pintar, tapi untuk berdisiplin dan patuh terhadap peraturan atau jadwal sulitnya bukan main.
"Ini orang parkir seenak jidatnya saja!" teriak seorang pengemudi yang tidak bisa keluar dari parkiran karena mobilnya terhalang sebuah mobil lain yang parkir seenaknya. Tukang parkir menjadi sasaran empuk karena seharusnya ia melarang mobil itu untuk parkir menutupi mobil lain. Tukang parkir itu pun kemudian kalang kabut mencari pemilik mobil tapi gagal menemukannya. Saya parkir kebetulan tidak jauh dari situ sehingga melihat kejadiannya secara jelas. Sementara si pemilik mobil yang terhalang masih marah-marah sambil membentak tukang parkir, belum juga ada tanda-tanda pengemudi mobil dibelakangnya kembali ke mobilnya. Pernahkah anda melihat hal ini? Rasanya kita sering melihat kejadian seperti ini, atau bahkan mengalaminya sendiri. Tidak hanya soal parkir sembarangan, kitapun kerap kesal melihat orang yang mempergunakan fasilitas umum sesuka hatinya tanpa mempedulikan orang yang mengantri dibelakang mereka. Di saat kita tidak sedang buru-buru saja rasanya sudah kesal, apalagi kalau kita sedang terjepit waktu. Bagaimana dengan orang yang berkendara di jalanan secara ugal-ugalan? Atau orang yang memencet klakson berlebihan di saat macet? Polisi yang menutup jalan seenaknya sehingga kita harus memutar jauh? Ada begitu banyak hal dalam hidup kita yang bisa memancing emosi dengan cepat. Alasan untuk emosi mungkin memang ada, tapi jika kita tidak mengontrolnya cepat maka pada suatu ketika emosi itu menjadi sulit untuk diredam. Akibatnya kita akan mempermalukan diri sendiri, atau yang lebih fatal lagi, melakukan tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain yang pada suatu ketika akan kita sesali.
Buah durian di Medan bukanlah termasuk buah yang terlalu mahal. Tapi cobalah beli durian di Bandung, maka harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal. Ketika saya pergi ke sebuah negara di Skandinavia sekitar 10 tahun lalu, saya pun sempat kaget melihat harga sebutir rambutan (bukan seikat seperti yang dijual di negara kita) bisa mencapai lima puluh ribu rupiah dengan kurs pada waktu itu. Dan rambutan itu sama sekali tidak dalam kondisi baik. Sudah berkerut dan hitam. Tapi tetap saja buah tropis seperti itu bernilai tinggi karena termasuk jenis yang langka untuk diperoleh disana. Harga buah bisa melonjak sangat tinggi karena kelangkaannya di masing-masing daerah atau negara. Kita mungkin tidak terlalu bersemangat ketika melihat rambutan, tapi di luar sana buah itu dianggap berharga karena sulit didapat setiap hari.
Seringkah anda tertipu dalam membeli buah? Saya termasuk orang yang sulit membedakan mana buah yang isinya baik dan mana yang tidak. Kemarin saya membeli jeruk sekilo dan rasanya kesal ketika keseluruhan jeruk itu rasanya sangat masam dan kecut sehingga tidak bisa dimakan. Dari penampakan kasat mata jeruk itu semuanya terlihat berkulit yang mulus tanpa cacat. Begitu pula ketika anda membuka kulit luarnya dan melihat dagingnya. Anda baru mengetahui bagaimana kualitas jeruk yang anda beli setelah anda memakannya. Kalau cuma satu dua buah mungkin tidak apa-apa, tapi bagaimana jika sebagian besar, atau bahkan seluruhnya tidak bisa dinikmati? Yang lebih parah lagi, bagaimana jika bukan hanya masam, tapi juga busuk di dalamnya? Ada banyak orang yang tertipu fisik luar buah yang terlihat mulus tak bercacat, namun ternyata tidak bisa dinikmati sama sekali.
Saya masih sempat merasakan susahnya berkomunikasi orang yang berada di kota berbeda, apalagi di luar negeri. Sarana komunikasi satu-satunya adalah melalui surat yang dikirim lewat pos atau telepon. Belakangan ada pager yang mempermudah kontak antara kita dengan orang lain, lalu handphone atau mobile phone muncul sehingga kita bisa saling berhubungan meski tengah berada di luar rumah, dan text messaging atau sms memungkinkan kita untuk bisa bertukar cerita dengan tarif yang sangat murah. Hari ini para pengguna BlackBerry tentu sudah merasakan keuntungan dengan menggunakan BBM atau BlackBerry Messenger. Surat bisa dikirim via email yang akan sampai di tujuan dalam hitungan detik. Yahoo messenger dan fasilitas chatting lainnya pun membantu kita dalam berkomunikasi. Bahkan kita bisa berkomunikasi sambil melihat lawan bicara kita dengan menggunakan fasilitas internet. Teknologi semakin berkembang membuat komunikasi pun menjadi semakin mudah. Kita tidak perlu bingung lagi untuk menghubungi teman atau keluarga yang berada di belahan dunia lain, karena selain kita bisa dengan mudah menghubungi mereka, biaya yang harus dikeluarkan juga sangat minim bahkan bisa gratis.
Ada beberapa teman saya yang mudah berkata ya atau berjanji, tetapi mereka jarang menepatinya. Misalnya berkata "Ok, besok saya datang..", atau "segera malam ini saya kirim", tapi ternyata tidak. Banyak orang yang begitu mudah memberi janji atau berkata ya dan kita menganggap mereka serius dengan janjinya, padahal itu mereka anggap hanya sebagai basa basi saja. Melihat sifat mereka, saya pun akhirnya tahu menempatkan diri dengan tidak menganggap serius janji-janji mereka, karena apabila saya meletakkan standar yang saya inginkan mengenai menepati janji, saya tentu akan kecewa dan akan sulit berteman dengan mereka.
Salah satu channel tv yang saya sukai adalah Animal Planet. Di sana saya bisa melihat banyak acara tentang orang-orang yang menjalani panggilan hidupnya untuk menjaga kelestarian hewan. Ada acara tentang dokter hewan yang sampai pergi ke Afrika untuk mengobati hewan-hewan disana, ada yang tugasnya menangkap ular yang masuk ke rumah warga untuk dikembalikan ke alamnya, ada polisi satwa yang menangkap orang-orang yang menyiksa atau memperlakukan hewan piaraannya secara buruk dan lain sebagainya. Sementara manusia cenderung bertambah egois atau bahkan kejam terhadap sesamanya, di saluran ini saya melihat sosok-sosok manusia yang menunjukkan kasihnya kepada hewan. Pada kenyataannya di Indonesia saja kita sering melihat orang memperlakukan hewan piaraannya dengan kejam. Ada anjing yang diikat diluar sepanjang hidupnya, terkena panas terik dan hujan begitu saja, ada yang tidak diberi makan, dibiarkan ketika diserang kutu dan sebagainya. Tuhan mengasihi manusia secara istimewa, itu benar. Tetapi bukan berarti bahwa Tuhan tidak mengasihi hewan dan tumbuhan yang notabene merupakan ciptaanNya juga. Manusia merusak lingkungan, menebang pohon sembarangan, merusak habitat hewan bahkan memburu mereka termasuk hewan-hewan langka di dalamnya tanpa merasa bersalah. Padahal ini pun sebenarnya sudah melanggar Firman Tuhan, karena sejak semula Tuhan sudah mengingatkan tugas kita dalam menjaga kelestarian alam beserta isinya.
Kegigihan merupakan sebuah faktor yang sangat menentukan keberhasilan kita dalam menjalani sesuatu. Itu sudah sering terbukti merupakan penentu kesuksesan yang bahkan terkadang lebih dari ilmu atau modal yang kita miliki. Saya selalu kagum melihat kegigihan anak kecil yang meminta sesuatu kepada orang tuanya. Mereka bisa begitu bersemangat tanpa kenal lelah terus berusaha agar permintaan mereka dikabulkan oleh ayah dan ibunya. Benar, belum tentu apa yang mereka minta itu baik, tetapi setidaknya kita bisa belajar dari kegigihan mereka, karena seiring pertumbuhan orang menjadi semakin dewasa, seringkali kegigihan menjadi menurun pula secara signifikan.
Ada banyak orang yang tadinya baik-baik tetapi kemudian terjerumus ke dalam berbagai bentuk kejahatan karena ikut-ikutan temannya. Mereka terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang buruk dan ikut terseret ke dalam kesesatan. Kita sering mendengar orang-orang yang ketika di tangkap mengaku bahwa mereka hanya ikut-ikutan saja. Tetapi sayangnya seringkali justru mereka inilah yang lebih sering tertangkap dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum ketimbang orang-orang yang memang dengan sengaja menjerumuskan atau otak yang merencanakan sejak semula. Maka kita kerap mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, lalu kita pun mulai memberi toleransi. Yang terjadi selanjutnya, orang yang tadinya baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa.
Anda suka punya gigi ompong? Hampir pasti orang akan tertawa minimal tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tetapi hari ini teman saya bercerita bahwa anaknya malah bangga dengan gigi ompongnya. Bagaimana bisa? Itu karena dia mengatakan kepada anaknya bahwa ompong itu tanda menjadi dewasa, semata-mata agar anaknya tidak sedih ketika gigi susunya harus dicabut. Ternyata apa yang ia ajarkan itu membuat anaknya bangga. Si anak pun bercerita dengan bangga kepada teman-temannya bahwa ia sudah ompong, dan kata mamanya itu artinya ia sudah dewasa. Maka keesokan harinya datanglah salah seorang temannya yang tinggal dekat, dengan bangga pula memamerkan gigi ompongnya. Beberapa teman yang belum pun kemudian mereka tertawakan, karena dianggap masih kecil sebab giginya belum ada yang copot. Saya tertawa mendengar ceritanya, membayangkan anak-anak itu sibuk memamerkan keompongannya dan menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa. Dan saya pun berpikir, hal yang sama dalam bentuk berbeda seringkali membuat kita tertipu. Betapa banyaknya tahayul atau kepercayaan-kepercayaan yang kita anggap benar padahal itu malah menjauhkan kita dari ajaran Allah yang sebenarnya.
Masalah bisa menyerang kapan saja dan dimana saja, bahkan bisa hadir pada saat yang tidak disangka-sangka.Reaksi akan hal itu bisa beraneka ragam. Ada yang kehilangan kontrol atas emosinya, kemudian meledak kemana-mana sehingga orang-orang di sekitar kita yang tidak bersalah menjadi korbannya, ada yang meratapi nasib tak kunjung henti, ada yang terus mengisinya dengan keluh kesah dan sebagainya. Ada kalanya pula masalah itu hadir sedemikian sulitnya sehingga membuat kita tidak mampu berkata-kata lagi. Untuk berdoa pun bisa bingung, karena beban berat itu membuat kita sulit merangkainya dalam bentuk perkataan. Seperti yang kita lihat kemarin, ternyata Daud pun pernah mengalaminya. "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat." (Mazmur 39:3).Kita tahu bahwa Tuhan sanggup, kita tahu kuasa Tuhan itu sungguh besar, namun kita tidak tahu bagaimana menyampaikannya karena kita sudah tidak lagi bisa berkata-kata. Atau kita tahu Tuhan itu Maha Tahu, tapi kita merasa kurang lengkap jika kita tidak mengatakannya. Ini seringkali jadi permasalahan banyak orang, terutama yang tengah ditimbuni beberapa persoalan berat sekaligus seperti teman saya tadi. Lidah serasa kelu, kita tidak lagi bisa berpikir jernih dan mulai gelisah bahkan stres. Sesungguhnya Tuhan mengerti mengenai hal ini, dan Dia pun telah menyediakan solusi yang bisa membantu kita dalam menghadapi persoalan, terutama persoalan berat yang membuat kita tidak lagi bisa menyampaikannya.
Rentang waktu perhari sama bagi semua orang, yaitu 24 jam dengan kecepatan berjalannya waktu yang sama pula. Sementara kita yang sibuk sering mengeluhkan kurangnya waktu yang bisa dipakai untuk bekerja, beraktivitas, istirahat dan sebagainya, ada orang-orang yang mampu sukses memimpin beberapa tugas sekaligus atau berdiri di atas beberapa profesi, sembari sukses pula membina rumah tangganya. Bagaimana rahasianya mereka sanggup melakukan itu? Kita kalang kabut dan kelabakan dalam menyelesaikan tugas-tugas kita, sementara sebagian orang itu masih bisa tersenyum bahagia meski tanggung jawab yang mereka jalani jauh lebih banyak dan besar. Seringkali kuncinya terletak pada kemampuan kita memanajemen waktu. Orang-orang yang sukses menjalani beberapa profesi sekaligus dan disamping itu malah masih sanggup melayani rata-rata memberikan kunci yang sama. Kemampuan manajerial waktu tidaklah kalah pentingnya dibanding memanajemen perusahaan atau orang dalam pekerjaan kita sehari-hari. Tentu anda lebih tahu apa yang anda harus lakukan untuk itu, karena ada banyak cara yang bisa dilakukan dan caranya tentu bisa berbeda-beda dalam setiap kasus, tergantung kebutuhan, kapabilitas atau kemampuan masing-masing. Salah satu kesalahan yang sering kita lakukan, kita cenderung ingin menyelesaikan semuanya sendirian. Kita tidak bisa melakukan itu terus menerus dan kemudian mengabaikan tugas-tugas lainnya. Ada banyak orang yang tidak memikirkan keseimbangan dalam menjalani hari, hanya mementingkan satu hal lalu mengabaikan yang lainnya. Keluarga tidak lagi diperhatikan, anak-anak dianggap mengganggu pekerjaan dan akibatnya kita melihat ada banyak anak-anak yang kurang perhatian karena ayah juga ibunya hanya sibuk bekerja. Keluarga menjadi berantakan, jauh dari Tuhan, dan pada suatu ketika nanti situasi sudah sulit untuk diperbaiki. Padahal jika kita mau, mungkin kita bisa mencari jalan dengan mendelegasikan beberapa tugas kepada orang lain.
Melihat istri memasak menjadi sebuah hiburan tersendiri buat saya. Saya melihat bagaimana ia meracik berbagai bahan untuk kemudian tampil menjadi makanan yang lezat. Tidak jarang saya membantunya dalam urusan potong memotong atau iris mengiris, lalu terkagum-kagum melihat hasil potongan atau irisan saya tampil sebagai hidangan nikmat di meja makan. Bayangkan seandainya anda memakan telur mentah, atau memasukkan garam sesendok teh langsung ke mulut, tentu rasanya tidak akan enak. Gula yang manis pun tidak akan enak anda rasa apabila anda memakannya langsung sesendok penuh. Tetapi racikan bahan-bahan dasar itu ketika diolah dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang tidak saja lezat rasanya tetapi juga bermanfaat bagi tubuh kita. 
