Jebakan Hutang
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Amsal 22:7
=======================
"Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi."
Lihatlah sebuah kisah nyata yang di alami oleh salah satu keluarga dekat saya. Ia sudah memiliki pekerjaan yang sangat baik sebagai seorang fotografer. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang menawarkannya untuk membuka warnet. Ia tertarik dan segera berusaha meminjam uang dari saudaranya. Saudaranya pun menyanggupi dan berjanji untuk meminjam uang dari kantornya untuk dipinjamkan kembali kepada sang adik. Entah apa yang ada di pikiran si adik, mungkin tidak sabar, ia melakukan hal yang ceroboh dengan meminjam terlebih dahulu kepada rentenir. Toh uang pinjaman dari abangnya akan ia dapat segera, begitu mungkin pikirnya. Sekian puluh juta pun ia pinjam, dengan bunga yang hampir mencapai 50%, dan langsung ia pakai untuk merenovasi tempat. Apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar perkiraannya. Si abang tiba-tiba membatalkan bantuannya, karena menurutnya ia gagal mendapatkan pinjaman dari kantor. Sementara uang dari rentenir sudah terlanjur dipakai. Akibatnya ia pun kelabakan, terpaksa menjual kamera dan segala miliknya untuk menutupi uang pinjaman dari rentenir, itu pun cuma sanggup untuk melunasi sebagian bunga saja. Hingga hari ini ia masih terlilit masalah hutang ini. Sungguh tragis, ketika ia tadinya memiliki pekerjaan yang sukses, namun karena terburu-buru mengambil keputusan dalam berhutang maka dalam sekejap hidupnya menjadi kacau.
Hutang, apakah itu dosa atau tidak? Sejauh yang saya tahu, tidak ada ayat yang secara tegas mengatakan bahwa berhutang itu adalah dosa. Yesus sendiri pada suatu ketika pernah menasihati kita "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu." (Matius 5:42). Kita diminta untuk memberi, dan jangan menghindar apabila ada orang yang butuh pertolongan kita. Dan memang ada kalanya dalam keadaan tertentu kita butuh meminjam sejumlah uang baik dari kerabat maupun bank dan sebagainya. Namun ketika kita tidak membayar hutang itu kembali, maka itu sudah merupakan dosa. Pemazmur mengatakan "Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah." (Mazmur 37:21). Hutang yang tidak dibayar bukanlah sesuatu yang baik di mata Tuhan. Tidak main-main sehingga orang yang tidak membayar hutang pun dikatakan sebagai orang fasik. Apakah dengan sengaja melarikan diri dari hutang atau tidak, itu tetaplah merupakan pelanggaran di mata Tuhan. Berhati-hatilah terhadap jerat hutang, karena dari sana ada banyak bahaya yang bisa menjerumuskan kita ke dalam permasalahan.
Agar tidak terjebak seperti ini, perencanaan yang matang dari segi keuangan tentu sangat dibutuhkan. Kita harus memastikan terlebih dahulu apakah kita mampu membayarnya kembali atau tidak. Jangan ambil resiko apalagi nekat, karena ada banyak bahaya mengintip di balik sebuah hutang. Ada banyak kejahatan yang bisa timbul sebagai akibat dari berhutang. Kita sering mendengar orang terpaksa mencuri bahkan membunuh karena terlilit hutang, saudara dan teman dekat bisa berubah menjkadi musuh, hubungan kekerabatan menjadi hancur dan sebagainya. Depresi dan ketakutan dikejar-kejar debt collector, hidup sembunyi dan melarikan diri dari orang lain terus menerus, itupun bisa menjadi masalah besar yang timbul akibat berhutang. Tidak lagi ada sukacita, damai dan kebahagiaan, yang ada hanyalah ketakutan. Ada banyak dosa dan masalah yang siap menjerat kita jika kita tidak hati-hati dalam melakukan pinjaman.
Tuhan tidaklah merancang kita untuk menjadi orang-orang yang berhutang. Rencana Tuhan kepada kita seperti apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 5:42 di atas adalah meminjamkan uang, bukan meminjam uang. Lalu lihatlah apa yang dijanjikan Tuhan dalam janji berkatNya seperti yang tertulis dalam Ulangan 28:1-14. "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman." (Ulangan 28:12). Berkat Tuhan seharusnya lebih dari cukup untuk kita, sehingga kita tidak perlu lagi meminjam, bahkan dari berkat-berkat Tuhan itu seharusnya mampu pula dipakai untuk membantu orang lain. Itu seharusnya yang diinginkan Tuhan bagi kita, dan bukan sebaliknya, menjadi orang yang selalu terlilit hutang dimana-mana. Dan janji berkat Tuhan ini akan hadir pada kita apabila kita melakukan hal berikut. "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (ay 1-2).
Apakah berhutang itu dosa atau tidak, mungkin kita punya pendapat masing-masing mengenai hal ini. Dan saya tidak mau berdebat mengenai hal itu. Namun ingatlah bahwa ada banyak dosa yang mengintip dari berhutang, dan ini jelas sesuatu yang berbahaya bagi kita. Satu hal yang jelas, kita akan menjadi budak dari yang menghutangi, seperti yang sudah diingatkan oleh Salomo. "Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi." (Amsal 22:7). Kita tidak pernah dirancang Tuhan untuk menjadi budak siapapun. Kita merupakan anak-anakNya yang Dia ciptakan secara istimewa, dan posisi kita di mata Tuhan pun sungguh istimewa pula. Menjadi budak terhutang, tentu itu tidak pernah masuk dalam rencana Tuhan bagi kita. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap potensi hutang. Mungkin kita tidak meminjam uang dan berhutang kepada siapa-siapa secara langsung, tetapi sudahkah kita berhati-hati terhadap bentuk-bentuk yang lain, seperti credit card misalnya? Saya sendiri hingga hari ini memilih untuk tidak mempergunakan credit card apapun karena saya tidak mau terjebak pada masalah hutang menghutang ini. Tuhan sanggup memberikan berkatNya berkelimpahan kepada kita, dan itu sudah saya alami sendiri. Sebuah rumah indah saat ini hadir tanpa harus melakukan pinjaman KPR, atau pinjaman lain sama sekali, padahal uang tabungan saya hanya cukup membayar seperempatnya saja. Tapi Tuhan sanggup melakukan itu, sehingga saya tidaklah perlu meminjam apa-apa. Itulah luar biasa dan ajaibnya Tuhan yang selalu memegang janjiNya. Tuhan sudah berjanji untuk memelihara hidup kita, karena itu berpeganglah teguh kepadaNya dan jangan tergiur oleh iming-iming yang akan menjadikan kita sebagai budak hutang. Apa yang dialami oleh salah seorang keluarga dekat saya di atas hendaknya bisa menjadi sebuah peringatan bagi kita agar tetap waspada terhadap jebakan hutang ini. Cukupkan diri dengan apa yang ada. Ada perbedaan nyata antara kebutuhan dan keinginan, dan aturlah segala sesuatu sesuai dengan kemampuan kita. Sedapat mungkin, hindarilah berhutang, dan jangan terjebak berbagai tawaran kartu kredit dan lain-lain apabila kita memang tidak membutuhkannya. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, dan Dia siap memberikan itu tanpa kita harus terjebak dalam persoalan hutang ini.
Disiplin dalam hal keuangan mutlak diperlukan agar kita tidak terjatuh pada jebakan hutang
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.