Kesetiaan Tuhan
Sumber: http://renungan-harian-online.blogspot.com/Ayat bacaan: Ibrani 11:11
======================
"Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia."
Beberapa hari terakhir ini ternyata Tuhan menggerakkan saya untuk terus berbicara mengenai sukacita. Sukacita bisa kita rasakan baik lewat pengalaman-pengalaman pribadi kita bersama Tuhan, lewat kesadaran kita akan kebaikan dan penyertaan Tuhan, dan kemarin kita melihat pula bahwa kita tidak boleh berhenti hanya kepada sukacita atas diri sendiri tetapi juga harus menuju kepada sukacita selanjutnya, yaitu ketika ada jiwa-jiwa yang bertobat. Kacamata iman akan sangat menentukan bagaimana kita menyikapi kehidupan lengkap dengan liku-likunya. Sebuah sukacita yang sejati bukanlah tergantung dari berat ringannya kondisi yang kita hadapi di dunia melainkan berasal dari seberapa jauh kedekatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kacamata seperti inilah yang seharusnya kita miliki, sebuah kacamata yang memampukan kita untuk memperoleh atau melihat bukti dari sesuatu yang tidak/belum kita lihat. Dua hari yang lalu kita sudah melihat bentuk kacamata iman ini lewat apa yang dimiliki Abraham dan Sara. Hari ini mari kita kembali melihat bagaimana mereka bisa memiliki sebentuk kacamata iman seperti itu.Abraham dan Sara menerima janji Tuhan bukan pada usia produktif mereka. Mungkin lebih mudah bagi kita untuk menerima janji akan keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut ketika kita masih dalam usia produktif. Tetapi bagaimana jika janji itu datang justru ketika kita sudah sangat lanjut usia, setelah menjadi kakek dan nenek? Abraham dikatakan sudah "mati pucuk", sedang Sara sudah melewati puluhan tahun setelah memasuki masa menopause. Secara ilmiah tidak ada satupun jalan yang memungkinkan mereka untuk bisa memperoleh keturunan lagi. Satu saja sudah tidak mungkin, apalagi sebanyak bintang atau pasir. Tapi ternyata mereka mampu memegang janji itu, percaya kepada sesuatu yang tidak bisa diterima logika dan menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Apa yang membuat mereka bisa seperti itu? Jawabannya adalah iman. Dalam Ibrani 11 kita bisa melihat uraian panjang lebar mengenai bentuk iman yang dimiliki oleh Abraham dan Sara ini. Sebuah janji yang bahkan masih harus menunggu sekian tahun lagi untuk digenapi. Ayat bacaan hari ini menyebutkan bagaimana Sara bisa memiliki iman sebesar itu. Mari kita baca ayatnya: "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (Ibrani 11:11). Karena iman, Sara bisa memiliki kemampuan untuk memperoleh anak di usia tuanya. Dan ayat ini menyatakan dengan jelas: "Karena ia (Sara) menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." Sara tahu bahwa Tuhan itu setia. She knows that God who had given her the promise is reliable, trustworthy and true to His own words. Perhatikanlah. Betapa sering janji Tuhan terhambat untuk menghampiri kita karena ketidakpercayaan atau ketidakyakinan kita. Maka lihatlah apa kata Yesus berikut. "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Percaya, itu kuncinya. Kepercayaan penuh kepada Tuhan menumbuhkan kekuatan bagi mereka untuk terus menanti janji Tuhan dengan sabar dan tekun. Meski bertahun-tahun menunggu hingga janji itu digenapi, kepercayaan mereka tidak goyah sedikitpun. Apakah mereka tahu kapan tepatnya Tuhan akan menepati janjiNya akan keturunan itu setelah dijanjikan? Tidak. Tetapi iman mereka membuat mereka bisa percaya kepada Tuhan tanpa ragu, dan kepercayaan mereka akan kesetiaan Tuhan itu terus menumbuhkan iman mereka. Pada akhirnya kita melihat bagaimana janji itu digenapi Tuhan dengan ajaib.
Dalam Mazmur kita bisa menemukan ayat yang berseru: "Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Dan ayat ini disebukan berulang-ulang, seperti dalam Mazmur 106:1, 107:1, 118:1, 118:29, 136:1 dan banyak lagi. Ini sebuah seruan yang penting agar kita menyadari bahwa kasih setia Tuhan itu berlaku untuk selama-lamaNya. Bukan hanya pada saat tertentu, bukan hanya kepada orang tertentu, tetapi itu berlaku bagi semua orang sepanjang masa, termasuk kepada anda dan saya hari ini. Lebih lanjut Pemazmur mengatakan "Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Tidak saja kesetiaan itu berlaku selama-lamanya dan turun temurun, tetapi dikatakan pula bahwa kasih setia Tuhan itu besar. Itulah yang disadari dan diserukan Yesaya. "Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar." (Yesaya 63:7).
Betapa indahnya ketika Tuhan meneguhkan pula bahwa Dia tidak pernah berubah. "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.." (Maleakhi 3:6) dan Yesus juga demikian."Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Dahulu Tuhan menunjukkan kasih setiaNya yang turun temurun dan besar, hari ini pun sama. Jika dahulu Tuhan bisa, hari ini pun sama, besok lusa dan sampai kapanpun Dia bisa! Jika dahulu Tuhan menunjukkan kasih setiaNya yang besar, hari ini pun itu berlaku bagi setiap anak-anakNya. Menyadari hal ini, mengapa kita masih sulit untuk bersukacita? Mengapa kita harus cemas menatap hari depan, mengapa kita harus mengeluh ketika tengah berhadapan dengan beban-beban yang berat? Ingatlah selalu dan percayalah sepenuhnya bahwa Tuhan ada bersama kita lengkap dengan kasih setiaNya yang besar selama-lamanya. Kepercayaan seperti itu terbukti mampu membawa janji Tuhan digenapi bagi Abraham dan Sara. Kepercayaan yang terbentuk dari iman dan akan terus memperkuat iman seiring waktu. So let's keep rejoicing!
Kasih setia Tuhan besar dan berlaku selama-lamanya
20.08
Vincent utomo
Posted in:
Sebuah SMS di tengah malam membangunkan saya dari tidur. Ternyata sms berasal dari seorang teman yang tinggal di kota lain yang saat ini aktif melayani. Bunyi smsnya adalah sebagai berikut: "Allah ingin melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita bukan karena kita baik dan layak, tetapi karena Dia baik. Jesus be with you." Di tengah rasa mengantuk saya pun tersenyum dan merasakan sukacita lewat sms yang ia kirimkan. Apa yang ia kirim itu sangatlah benar. Tuhan selalu rindu melakukan perkara-perkara yang baik dalam hidup kita. Lihatlah bunyi Firman Tuhan ini: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Dan Tuhan selalu ingin memberikan segala yang baik bagi kita. Apakah karena kita hebat, baik dan layak? Tidak. Apakah Tuhan berkewajiban untuk membalas budi baik atau jasa-jasa kita? Tidak. Semua itu diberikan Tuhan bukan karena kita yang baik, tetapi karena Dia baik. Di saat ada banyak beban yang berkecamuk dalam pikiran saya beberapa waktu terakhir ini, sms di tengah malam mengingatkan saya kembali bahwa ada kebaikan Tuhan yang senantiasa menyertai anak-anakNya. Dan untuk itu dalam kondisi apapun sudah sepantasnya jika kita bersukacita dengan penuh rasa syukur.
Dalam sebuah acara televisi saya melihat pintarnya para petani di sebuah desa menemukan cara yang murah dan mudah untuk membasmi hama tikus. Caranya cukup unik. Mereka menyalurkan asap dari knalpot sebuah motor ke lubang-lubang persembunyian tikus. Asap yang mengandung CO2 ternyata membuat tikus-tikus itu kemudian pingsan sehingga mereka pun bisa dengan mudah mengumpulkan ratusan tikus dan membakarnya. Hama tikus hanyalah satu dari sekian banyak masalah yang harus diatasi oleh petani. Selain hama-hama tanaman lainnya, mereka juga harus menghadapi iklim yang terkadang sama sekali tidak kondusif, dan tentu saja mereka harus dengan rajin merawat apa yang mereka tanam. Dipupuk, disiram, disiangi, itu menjadi kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Jika tidak maka mereka pun akan gagal memperoleh hasil yang baik untuk hidup sehari-hari, dan kita yang tinggal di kota besar pun akan kesulitan karena tidak bisa memperoleh padi, sayuran dan tanaman lainnya yang kita makan sehari-hari. Salut, hormat dan penghargaan setinggi-tingginya layak kita berikan buat para petani. Mereka bekerja membanting tulang sejak pagi hingga sore hari di ladang mereka. Terik matahari menghitamkan kulit tidak mereka pedulikan agar mereka mampu menghidupi keluarganya, menghasilkan berbagai hasil pertanian yang kita nikmati di atas meja makan setiap hari. Ketika kita sering terganggu dengan hal-hal yang bisa mengotori tangan atau pakaian kita sedikit saja, mereka tidaklah demikian. Mereka terus bekerja walau kaki mereka terendam, tangan mereka berlumur tanah, keringat menetes dimana-mana. Tidak ada petani yang cuma duduk bermalas-malasan tapi bisa menghasilkan panen besar. Jika ingin mendapatkan panen yang besar, mereka tentu harus bekerja keras mulai dari menanam, mengurus, mengairi hingga memanen dan menjual hasil jerih payah mereka. Tanpa itu semua, niscaya tidak ada apapun yang mereka hasilkan.
Bagi anda pengguna browser Firefox, tentu logonya yang berbentuk rubah api melingkar di bola dunia tidak lagi asing bagi anda. Konon katanya logo tersebut menjadi inspirasi dari rambut unik milik pendiri Mozilla, yaitu Mitchell Baker. Benar atau tidak, entahlah. Tapi yang pasti logo Firefox ini memang atraktif dan menarik, sehingga selain enak dilihat juga mudah untuk diingat. Rubah dalam logo ini memang terlihat menarik, begitu juga dalam banyak gambar atau film kartun, tetapi bagi yang memelihara ternak seperti ayam rubah bukanlah hewan yang menarik sama sekali. Rubah ukurannya tidaklah sebesar hewan buas, seperti singa misalnya. Tetapi meski kecil, rubah ini cerdik dan cekatan. Rubah sanggup hidup dimana-mana dan bisa merusak apa saja yang ia lewati. Tidak jarang rubah memangsa bukan karena lapar, tetapi hanya karena ingin mempermainkan mangsanya sampai mati.Seperti itulah karakter rubah, yang meski relatif kecil tetapi bisa sangat merugikan bagi kita.
Mencari orang yang jujur dan tulus hari ini sama dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Tipu menipu, manipulasi dan sejenisnya terdapat hampir di semua lini. Orang tidak lagi malu dalam menipu. Jangan-jangan nanti malah orang yang jujur yang terlihat aneh. Orang semakin tidak takut melakukan kecurangan, orang semakin cenderung berpikir pendek hanya memikirkan kenikmatan sesaat tanpa peduli resiko. Apa yang dikatakan Daud dahulu: "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik" (Mazmur 14:1), kini semakin sering kita lihat. Atau kalaupun tahu bahwa Allah itu ada, tetapi mereka mengira bahwa Tuhan tidak akan menghukum mereka karena toh mereka tetap bisa hidup mewah ditengah kecurangan-kecurangan yang dilakukan itu. Ini pun sudah pernah menjadi pemikiran orang-orang yang terkena "ilusi" rohani di masa lalu. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Bukankah kita menyaksikan banyak orang dengan pola pikir seperti ini sekarang?
