27 September 2016

Pertahankan Keselamatanmu !

Pertahankan Keselamatanmu !

Keselamatan yang telah kita peroleh itu telah dibayar dengan harga yang sangat mahal melalui pengorbanan Kristus. 
Mempertahankan keselamatan bukanlah usaha yang mudah. Perlu perjuangan yang  panjang, berat, dan meletihkan. Saat pencobaan datang, kita harus tabah. Saat badai menerpa, kita harus bertahan. Saat olokan menimpa, kita harus selalu mengucap syukur. Dan semuanya itu bisa terjadi walaupun kita hidup dalam kasih karunia Allah. Tetapi jangan pernah putus asa karena semuanya itu untuk melatih kita menjadi orang-orang yang tangguh dalam menjalani hidup ini. Jangan berusaha lari dari semuanya itu seperti yang dikisahkan dalam perumpamaan tentang "anak yang hilang" (Lukas 15:11-32), memberikan pengertian yang semakin jelas kepada kita bahwa anak bungsu ini hidup dalam lingkungan keluarga dengan seorang ayah sebagai kepala keluarga. Di dalam keluarga ini dilingkupi dengan kasih sayang dan perlindungan.
Tapi apa yang terjadi ketika si bungsu mencoba keluar dari lungkungan keluarga itu, dan hendak mencari pengalaman di luar rumah? Apakah keadaannya semakin baik? Apakah statusnya semakin meningkat? Tidak! Justru kehidupannya menjadi hancur. Kualitas kehidupannya berubah dengan drastis dalam sekejap telah menjadi rusak. Demikian dalam kehidupan kekristenan kita, apabila kita keluar atau lari dari kasih karunia Bapa. Maka yang kita dapatkan bukanlah keadaan yang semakin baik tetapi semakin buruk. Mungkin secara lahiriah kita dapat hidup berkelimpahan, tetapi sebenarnya kita ini melarat, malang, miskin, buta dan telanjang (Wahyu 3:17). 
Kita harus semakin sadar bahwa kita berada dalam lingkungan keluarga Allah. Di dalam keluarga ini, kita menemukan kehangatan kasih sayang. Namun, sayangnya banyak anak Tuhan berlaku seperti si bungsu. Mereka ingin mencoba hal-hal baru yang ditawarkan dunia, di mana iblis sebagai otaknya. Iklan-iklan sorga dunia yang ditawarkan melalui berbagai media semakin menguatkan hasrat banyak anak Tuhan untuk berpetualang di dunia luar. Sebagian kembali lagi, tapi tidak sedikit yang terhilang selamanya, dibinasakan kuasa kegelapan.
Bila kita mulai tertarik mencoba "dunia luar", waspadalah! Keselamatan yang telah kita peroleh itu telah dibayar dengan harga yang sangat mahal melalui pengorbanan Kristus. Tidak ada kata terlambat jika sekarang ini kita telah terlanjur berada di luar lingkungan keluarga Allah. Cepat kembalilah, sebab Bapa merindukan kita! Selama esok matahari masih terbit, tidak ada kata terlambat untuk menyesal. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

17 September 2016

Keadilan Allah

Keadilan Allah

"Sebab seorang anak telah lahir bagi kita……besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud  dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya…."(Yesaya 9:5, 6)
Saudara, apabila kita berbicara tentang keadilan, maka akan muncul berbagai definisi mengenai keadilan sesuai pandangn masing-masing individu. Namun kali ini kita akan belajar mengenai keadilan Allah yang berlangsung dalam kehidupan seluruh umat manusia di bumi. Dimana Daud adalah "prototype" dari seorang raja yang akan memerintah dan menegakkan keadilan dan kebenaran di kemudian hari, dengan pemerintahan yang tidak berakhir dan tahta yang kokoh selama-lamanya. Janji Allah itu digenapi dengan sempurna oleh keturunannya yang akan melahirkan Yesus Kristus secara daging.
Seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya kurang lebih 700 tahun sebelum Yesus dilahirkan, "Sebab seorang anak telah lahir bagi kita……besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud  dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya…."(Yesaya 9:5, 6). Bahkan nabi Yeremia meneguhkan dengan nubuatan, "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja bijaksana  dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri….namanya yang diberikan orang kepadanya : Tuhan keadilan kita. Dialah Allah yang memerintah dalam keadilan dan kebenaran ! 
Apabila melihat penjelasan di atas tentunya timbul pertanyaan dalam setiap hati manusia, “mengapa kita masih melihat banyak ketidakadilan dan kepincangan hukum?” Hal ini juga menjadi pertanyaan dari nabi Habakuk yang pernah mengeluh demikian saat bangsa Kasdim (Babel) menginvasi kerajaan Yehuda, "Mengapaaku memandang kelaliman ? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku…..hukum kehilangan kekuatan….orang fasik mengepung orang benarkeadilan muncul berbalik" (Habakuk 1:2-4). Keadaan seperti ini juga menimpa negeri kita, Indonesia. Penjarahan, pengrusakan, perampokan, pembunuhan, bahkan perkosaan melanda negeri ini! Entah berapa ribu orang yang menderita akibat kebiadaban itu. Kadang kita menjerit, "Mana keadilan dan kebenaran-Mu, ya Allah?" Camkan baik-baik bahwa Allah tidak akan lalai menjalankan keadilan-Nya, sebab keadilan dan hukum adalah tumpuan kaki-Nya seperti yang tertulis dalam Mazmur 89:15. Percayalah, Allah tidak akan berdiam diri ketika orang-orang kudusNya berseru kepadaNya. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

15 September 2016

Merendahkan Diri

Merendahkan Diri

Mereka telah merendahkan diri, oleh sebab itu Aku tidak akan memusnahkan mereka” (2 Tawarikh 12:7)
Istilah "lupa diri" sudah sangat umum dalam kehidupan manusia. Seseorang yang dulunya hidup penuh kekurangan, setelah mengalami perubahan di dalam hidupnya, mulai menganggap bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain, dengan kata lain orang tersebut mulai sombong dan angkuh. Memang, hal ini tidak terjadi disetiap kehidupan manusia, tetapi pada umumnya demikian. Ini juga terjadi pada kehidupan raja Yehuda yaitu Rehabeam. Ketika kerajaannya mulai sukses dan kokoh, ia mulai melupakan Tuhan. Dia bukan hanya tidak setia lagi kepada Tuhan, tetapi juga mulai mengandalkan kekuatannya sendiri. Dia terlena dengan kekayaan negerinya, kekuatan pasukan, dan kejayaan kerajaannya. Ketika ancaman datang dari Kerajaan Mesir, barulah dia sadar bahwa dia telah lupa diri. Lupa bahwa kesuksesan datangnya dari Tuhan, dan tanpa Tuhan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia lalu merendahkan diri dihadapan Allah. Ia menyesali kesalahannya, mengakui, dan kembali setia melayani di rumah Tuhan.
Ketika melihat tindakan Rehabeam, Allah lalu mengurungkan niat-Nya untuk menghajar dan memusnahkan bangsa Israel. Semuanya ini karena Rehabeam merendahkan diri dihadapan Allah. Semua orang pernah membuat kesalahan, namun tidak pernah ada kata terlambat. Untuk itu, selama masih ada kesempatan untuk berubah jangalah ditunda-tunda lagi. Marilah kita belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan. Berbaliklah kepada Tuhan, akuilah keangkuhan yang telah menutupi mata kita, sehingga kita tidak dapat lagi melihat keagungan Tuhan. Nikmati berkat pemulihan-Nya yang diberikan kepada semua orang yang merendahkan diri dan memohon kepada-Nya. 
Allah adalah satu-satunya tempat perlindungan yang teguh. Dia akan melindugi anak-anakNya jika mereka mau merendahkan diri dihadapan Allah. Di zaman yang serba sulit ini, Allah mencari mereka yang mau merendahkan diri dan kembali setia kepada-Nya. Apakah kita orangnya? Bergegaslah untuk membereskan hal-hal yang tidak beres antara kita dengan Allah! sebab firmanNya berkata : “Mereka telah merendahkan diri, oleh sebab itu Aku tidak akan memusnahkan mereka” (2 Tawarikh 12:7), amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

9 September 2016

Berdamai Dengan Allah

Berdamai Dengan Allah

 "…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22).
Sejak kejatuhan manusia pertama, Allah sudah menetapkan bahwa pendamaian hanya dapat terjadi melalui penumpahan darah, sebab: "…tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22). Sebab itulah, ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah sendiri yang mengorbankan binatang serta mengulitinya untuk dijadikan pakaian. Allah mendamaikan mereka dengan cara mengenakan pakaian kulit binatang kepada manusia mula-mula itu (Kejadian 3:21). Korban-korban dalam perjanjian lama telah disempurnakan melalui korban Yesus (Ibrani 10), sebab perjanjian lama merupakan bayangan daripada perjanjian baru. Hal ini berarti kita percaya bahwa Yesus telah ditentukan sebagai korban pendamaian. Sehingga pada masa sekarang ini, pendamaian antara Allah dengan manusia hanya dapat dilakukan dengan pengakuan melalui mulut dan hati yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Roma 10:9, 10).
Seperti halnya yang tertulis dalam 1 Yohanes 1:9, Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Dan tentunya penyesalan atau pertobatan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan pengakuan yang tulus kepada Allah. Maksudnya adalah setiap orang yang percaya kepadaNya harus ada tindakan yang konkrit atau tindakan yang nyata dalam menghasilkan buah pertobatan, tidak hanya dipahami secara akal saja. Karena berapa banyak orang yang mengaku dirinya percaya kepada Tuhan bahkan berkecimpung dalam dunia pelayanan namun memahami secara dangkal mengenai berdamai dengan Allah. 
Orang yang benar-benar berdamai dengan Allah harus berani masuk dalam proses penyangkalan diri dan mematikan keinginan daging. Dan orang  yang menyangkal diri tentunya punya kesadaran tinggi bahwa dirinya bukan miliknya sendiri melainkan milik Allah, karena kita telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar,  tentunya tidak mencintai dunia melainkan hanya mencintai Allah, sebab orang yang mencintai dunia adalah musuh Allah dan kasih karunia Allah tidak ada pada orang itu. Sedangkan mematikan keinginan daging terjadi bagi orang-orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, sebab perbuatan daging bertentangan dengan keinginan Roh. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk hidup berdamai dengan Allah, supaya kita diperkenankan masuk di dalam kerajaanNya, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 September 2016

Peperangan Iman

Peperangan Iman

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara
(Efesus 6:12)

Setiap orang percaya diwajibkan untuk masuk dalam peperangan iman. Pernyataan ini sering kita dengar, dan sudah menjadi hal yang biasa. Sehingga dalam menjalani hidup ini tidak ada sedikitpun usaha untuk berjuang mencapai kemenangan iman. Sementara yang diperjuangankan hanyalah berjuang untuk mencapai pemenuhan kebutuhan hidup. Bukan berarti kita tidak boleh berusaha memenuhi kebutuhan hidup, tetapi perlu ada keseimbangan. Sebab kalau tidak, kita akan terpenjarakan dalam kegiatan hal-hal jasmani saja.
Memang dalam peperangan iman dibutuhkan keberanian dan komitmen untuk mematikan perbuatan daging, karena perbuatan daging akan menghambat kita untuk mencapai kemenangan. Seperti yang kita ketahui bahwa perbuatan daging telah nyata yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.... barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5:19-21).Untukitu dalam memasuki peperangan iman kuatkan dan teguhkanlah hatimu ! demikianlah yang diucapkan oleh Musa terhadap Yosua (Ulangan 31:6), Daud mengucapkan kepada Salomo (1 Tawarikh 28:20), demikian pula Allah juga mengucapkannya (Zakharia 8:9).
Rasul Paulus menasehati orang Kristen agar "…..kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya" (Efesus 6:10). Gereja Tuhan harus menjadi kuat di dalam Tuhan, sebab kita sekarang sedang dalam "peperangan" melawan ".…pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12). Maksudnya kita harus berjuang melawan tipu muslihat iblis, karena tipu dayanya bisa menggoyang iman kita. Memang, setan sudah dikalahkan, dan otoritas-Nya diberikan kepada gereja-Nya, sehingga setanpun takluk kepada kita (Lukas 10:19-20). Namun kalau kita tidak berjaga-jaga kita akan jatuh juga. Oleh sebab itu kita harus menjadi kuat di dalam Tuhan dengan cara kita percaya dan berdiri di atas firman Tuhan, maka kita akan mencapai kemenangan yang gilang-gemilang.Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification