26 Juni 2015

Teladan Yesus

Ayat bacaan : “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Roma 8:29
Saudara dalam ayat bacaan diatas terdapat kata-kata : “sulung diantara banyak saudara.” Maksudnya yaitu : adanya suatu hal yang patut diteladani. Lalu, apakah yang perlu kita teladani pada pribadi Yesus dalam posisi sebagai manusia ?. Sebenarnya banyak hal yang perlu diteladani, tetapi kali ini kita belajar beberapa hal yang harus kita teladani. Untuk itu, kita harus mengerti apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus selama berada di dalam dunia ini. Walaupun Dia adalah Allah yang menjadi manusia 100%, tetapi kuasa ilahi tetap ada di dalam diriNya. Memang, selama di dalam dunia ini, Tuhan Yesus menempatkan diriNya menjadi manusia biasa, namun Dia memiliki sifat kepemimpinan yang luar biasa. Dia tidak sekedar memberikan/mengajar sebuah teori saja, melainkan Dia memberikan teladan yang sempurna sampai pada kematianNya dan kebangkitanNya; dan itu merupakan kemenangan serta kesuksesan hidupNya. Dari beberapa hal yang perlu kita teladani pada pribadi Tuhan Yesus, diantaranya :

Pertama, Penguasaan Diri

Ketika Yesus hendak melakukan pelayananNya, terlebih dahulu Ia mempersiapkan diriNya dengan cara masuk ke padang gurun selama 40 hari 40 malam. Dan selama 40 hari di padang gurun, Yesus masuk dalam proses pembentukan dalam hal penguasaan diri (Matius 4:1-11). Sehingga Ia sanggup mengalahkan pencobaan yang akan Dia hadapi. Pencobaan pertama, Yesus belajar mengenai penguasaan diri, khususnya dalam hal “nafkah/makanan.” Memang dalam posisi keilahianNya tidak ada sesuatu yang sulit untuk mengubah batu menjadi roti, tetapi pada waktu itu Yesus memposisikan dirinya sebagai manusia, dan Dia tidak mau melakukannya. Maka Dia berkata : “Manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah.”
Pencobaan kedua, Yesus disuruh menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Tetapi dalam posisi manusia, Dia berkata : “jangan mencobai Tuhan Allahmu.” Pencobaan ketiga, Yesus diperlihatkan dengan gemerlapnya dunia, dan semuanya akan diberikan kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah kepada iblis sekali saja. Tetapi Yesus belajar menguasai diriNya untuk tidak terjerat dalam hal keserakahan; maka Dia berkata : “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Saudara, berapa banyak orang Kristen yang jatuh dalam berbagai macam pencobaan, dan menyerahkan hidupnya dalam kekuasaan iblis. Dan semua itu dilakukan semata-mata untuk mendapatkan nafkah, kekuasaan maupun kekayaan. Mereka tidak menyadari bahwa akhir dari semuanya itu adalah kebinasaan. Sebab orang yang tidak bisa mengusai diri ibarat membuat lobang/celah bagi iblis untuk masuk dan merusak kehidupannya. Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk masuk dalam proses penguasaan diri, supaya apa yang ditelandankan Yesus kepada kita tidak sia-sia tetapi mengahasilkan buah ilahi. Tetapi perlu kita ingat pula, bahwa ketika kita masuk dalam proses itu kita tidak dapat lepas dari kekuatan Roh Kudus. Maka dari itu jangan sekali-kali kita mendukakan Roh Kudus, tetapi kita senantiasa menghormati, dan memberi keluasaan untuk berkuasa dalam kehidupan kita. Saudara, setelah Yesus mengusir iblis, maka iblis meninggalkan Dia dan malaikat Allah datang melayani Dia (Matius 4:11). Artinya, kita akan dicukupkan dengan segala kebaikan Allah dan kita dilayani oleh malaikat-malaikat Allah.

Kedua, Mempertahankan Indentitas Diri-Nya

Keluaran 3:14 berkata, “Firman Allah kepada Musa: "Aku adalah Aku." Lagi firman-Nya: "Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu: Akulah Aku telah mengutus aku kepadamu." Dalam bahasa Inggris dikatakan “The Real Man” atau “manusia seutuhnya.” Sebagai manusia seutuhnya tentunya tidak ada hal-hal dari luar yang mencemari. Misalnya : apabila seseorang sudah dikuasai oleh hawa nafsu dan dikuasai iblis, maka manusia tersebut tidak lagi menjadi manusia yang utuh karena adanya intervensi (ikut campur) dari pihak luar yang membawa pada penyimpangan dari ketetapan Allah. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menyadari bahwa kita adalah anak-anak Allah (the real man) karena iman di dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26). Salah satu contoh tokoh Alkitab yang sanggup mempertahankan identitas dirinya dan tidak mau dicemari oleh pihak-pihak luar adalah Musa. Musa sungguh-sungguh bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Dia tidak mau melangkah/mengambil keputusan jikalau bukan Tuhan yang menyuruhnya. Maka dari itu, Musa diberi kepercayaan untuk membawa umat Tuhan dalam jumlah yang besar (+ 3.600.000 orang) untuk keluar dari tanah perbudakan. Bahkan Musa disebut sebagai seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi (Bilangan 12:3).

Ketiga, Membangun Hubungan Antara Pribadi Dengan Pribadi

Tatkala kita memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, maka Tuhan akan memberikan pewahyuan dalam diri kita. Sehingga hidup kita benar-benar berada dalam rancangan Allah yang mulia. Lalu, sejauh mana hubungan kita dengan Allah, selain adanya hubungan yang erat ? Kita harus memiliki hubungan dengan Allah yang dimuati dengan kasih karena itu merupakan hukum yang terutama, seperti yang Tuhan Yesus katakan : “ . . . . Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama (Matius 22:36-38). Kekuatan hubungan ini dimulai dari hubungan antar sesama. Misalnya hubungan antara suami-istri.
Apabila hubungan suami-sitri ini tidak benar, maka tidak mungkin diantara mereka dapat membangun hubungan yang kuat dengan Tuhan, sebab terhadap yang kelihatan saja mereka tidak sanggup melakukannya, apalagi yang tidak kelihatan. Dan jikalau ada seseorang berkata : “aku mengasihi Allah”, tetapi tidak bisa mengasihi sesamanya (suami/istri), maka orang tersebut telah mendustai dirinya sendiri. Untuk itu perlu kita ketahui bahwa ketika kita tidak sanggup/mampu membangun hubungan yang benar dengan sesama maka sebenarnya kita sedang membuat celah bagi iblis untuk masuk. Oleh sebab itu, melalui beberapa uraian diatas, biarlah kita semakin sungguh-sungguh dalam meneladani pribadi Yesus, supaya kita tetap layak disebut sebagai anak-anak Allah dan Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

Di Pihak Tuhan

Ayat bacaan : Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita ? Roma 8:31
Seperti yang tertulis pada kalimat terakhir dalam bacaan di atas, dikatakan : “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita ?” jawabannya pasti tidak TIDAK ADA. Dan semua orang yang mengaku dirinya Kristen meyakini bahwa Allah ada di pihaknya. Pengakuan semacam ini tidak salah, namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah kita juga berada di pihak Tuhan ?. Untuk itu dalam kesempatan ini kita akan belajar memahami mengenai dampak ketika Allah berada di pihak kita dan kita berada di pihaknya Tuhan. Karena tidak selalu orang yang mengaku dirinya Kristen atau anak Tuhan itu berada di pihak Tuhan. Sedangkan orang yang berada dipihak Tuhan tentunya mengasihi Tuhan, karena sadar bahwa dirinya adalah milik Tuhan, seperti yang tertulis dalam I Korintus 6:19-20, ” Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu !” dan wujud orang yang mengasihi Tuhan yaitu suka melakukan apa yang menjadi kemauan Tuhan tanpa ada syarat apapun. Karena banyak orang melakukan kehendak Tuhan supaya hidupnya diberkati, jauh dari sakit penyakit, keluarganya harmonis maupun bebas dari segala persoalan hidup.
Saudara, tidakkah kita sadar bahwa kita adalah anak-anak Allah yang pasti dipelihara oleh Bapa kita di sorga, seperti yang tertulis dalam Matius 6:31-32, ”Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan ? Apakah yang akan kami minum ? Apakah yang akan kami pakai ? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Seandainya kita harus mengalami pergumulan hidup, baik itu masalah ekonomi, sakit penyakit, masalah rumah tangga atau persoalan lainnya bukankah itu semua adalah kasih karunia, karena kita diberi kesempatan untuk menyatakan kasih kita yang murni kepadaNya. Jikalau kita mengasihi Tuhan hanya dalam kondisi yang baik-baik saja atau diberkati, maka hal itu tidak ada ubahnya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan. Memang, sementara kita mengalami pergumulan rasanya tidak nyaman buat jiwa kita, tetapi semuanya itu terjadi supaya kita timbul seperti emas yang dimurnikan. Dan orang yang berada dipihak Tuhan adalah orang yang tidak mencintai dunia ini, karena jikalau seseorang mencintai dunia, maka kasih Allah tidak ada pada orang itu. Dan orang yang menjadi sahabat dunia adalah seteru Allah. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia (I Yohanes 2:16). Bukankah kondisi semacam ini masih banyak menguasai anak-anak Tuhan antara lain keinginan daging; maksudnya tindakan-tindakan yang hanya memuaskan hawa nafsu yang mencemarkan manusia rohani kita, dan hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dan keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya (Roma 8:7). Sedangkan keinginan mata adalah hal-hal yang membangkitkan hawa nafsu kita, karena pada dasarnya manusia tidak puas terhadap apa yang mereka lihat; keinginan-keinginan liar manusia itulah yang akan menjerat seseorang, sehingga banyak orang tidak bisa mengucap syukur, misalnya : sudah punya rumah satu, ingin tambah lagi yang lebih besar, dan sudah punya rumah besar ingin yang lebih besar lagi. Atau sudah punya mobil, ingin dua mobil, sudah punya dua ingin tiga mobil dan seterusnya. Dari contoh tersebut tentunya akan timbul pertanyaan : “Apakah salah kita punya semuanya itu ?” jawabannya tidak salah.
Tetapi yang menjadi pertanyaan : ”Apakah hal itu sesuai dengan kebutuhan kita atau hanya memuaskan keinginan kita ?”. Saudara keinginan manusia itu seperti sumur yang tidak ada dasarnya, karena diisi berapapun tidak akan pernah cukup. Untuk itu marilah belajar untuk memuaskan keinginan Tuhan dalam kehidupan kita. Selanjutnya adalah keangkuhan hidup; berapa banyak orang Kristen tidak mencari pujian dari Tuhan, melainkan pujian dari manusia. Sehingga berbagai macam cara dilakukan untuk mendapat perkenanan di hadapan manusia tidak di hadapan Allah. Misalnya, mendandani manusia lahiriahnya dengan berbagai “atribut atau asesoris” supaya mendapat hormat dari manusia. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh mengenakan semuanya itu, tetapi apabila itu hanya untuk mencari penghormatan di hadapan manusia maka hal itu melukai hati Allah. Oleh karena itu marilah kita hidup berpadanan dengan kebenaran firman Tuhan yang membawa kita untuk hidup berkemenangan, bukankah kita orang yang terpanggil ditetapkan sebagai umat lebih dari pemenang.
Saudara, berikutnya adalah orang yang berada di pihak Tuhan, hidupnya berorientasi terhadap perkara-perkara yang di atas bukan di bumi, maksudnya adalah perkara-perkara yang bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan, karena segala apa yang ada di bumi akan dibinasakan. Dan saat ini kita harus menyelaraskan pikiran kita dengan pikiran Allah melalui kebenaran firman Tuhan yang kita selidiki maupun penyampaian firman Tuhan yang kita terima di gereja. Walaupun demikian bukan berarti kita mengabaikan tanggungjawab di bumi ini. Karena setiap manusia; baik orang yang mengenal Tuhan atau tidak, tentunya punya tanggungjawab yang sama atas diri mereka masing-masing. Namun bedanya adalah kita yang percaya kepada Tuhan Yesus berada dalam proses untuk dikembalikan kepada rancangan Allah semula yaitu hidup sama seperti Kristus, karena pada mulanya manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Akibat pelanggaran manusia maka terpisah dan keluar dari rancangan Allah. Untuk itu Allah mempunyai inisiatif untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan dengan memberikan putraNya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai korban penebusan. Dan kita yang sudah diselamatkan punya tanggungjawab terhadap orang-orang yang belum mengenal Tuhan untuk kita bawa kepada Kristus supaya mereka juga diselamatkan, seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”. Perjalanan hidup kita tidak hanya sebatas di bumi saja, tetapi berlanjut pada kekekalan. Jadi, selama masih ada kesempatan marilah kita mendandani manusia batiniah kita dan berani menyatakan bahwa kita ada dipihak Tuhan agar layak menyambut kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

22 Juni 2015

Masih Ada Harapan

Ayat bacaan : Rut 1 : 1 - 22

Melalui kisah di atas kita mendapat pembelajaran dalam menjalani kehidupan pada saat ini. Karena di luar dugaan manusia segala sesuatu bisa terjadi, tetapi bukan berarti kita hanya pasrah terhadap keadaan, melainkan kita harus tetap bertahan dan berjuang, sebab di dalamnya kita dapat melihat karya Allah yang luar biasa dinyatakan dalam kehidupan kita. Seperti yang kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Manusia merencanakan tetapi Tuhanlah yang menentukan setiap jalan kehidupan manusia, hal ini bukan berarti kita hanya menerima nasib, karena nasib itu kita yang menentukan, dan tentunya apa yang kita lakukan sejalan dengan kehendak Tuhan. Kembali pada kisah di atas; dimana Naomi telah putus asa terhadap keadaan hidupnya, karena apa yang telah diharapkan telah tiada, baik itu suaminya maupun kedua anaknya laki-laki. Sehingga yang dia rasakan hanya sebuah kesedihan yang menemani hidupnya. Hal ini bisa kita lihat ketika ia kembali ke Bethlehem, saat dia ditegur sapa oleh teman-temannya, Naomi menjawab : ”Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku.” (Rut 1:20-21).
Saudara, setiap orang tentunya tidak menginginkan keadaan seperti yang Naomi alami. Tetapi hal itu bisa saja terjadi kepada setiap orang tanpa memandang bulu. Lalu, bagaimana jikalau kita yang mengalami ?, apakah kita juga mencurigai atau bahkan menuduh bahwa Tuhanlah yang menyebabkan semuanya itu terjadi ?. Memang, untuk menerima kenyataan seperti itu tidak mudah bahkan terasa sangat berat. Tetapi perlu kita ketahui bahwa setiap pergumulan yang kita alami atas seijin Tuhan, tentunya bukan tanpa alasan Tuhan mengijinkan semuanya itu terjadi. Allah tahu persis keadaan kita dan Dia tidak tinggal diam ketika kita mengalaminya, firmanNya berkata :”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”(I Korintus 10:13). Untuk itu kuatkan dan teguhkanlah hatimu ketika engkau menghadapi pergumulan, jangan tawar hati karena ketika kita tawar hati maka kecillah kekuatan kita.
Seperti yang kita ketahui bahwa Allah kita adalah Bapa yang hebat; sebagai bapa yang hebat tidak akan membiarkan anak-anaknya menjadi anak yang kolokan atau manja. Karena anak yang suka dimanja, ketika dewasa akan menjadi manusia yang rapuh dalam menjalani roda kehidupan. Dengan demikian bagaimana dapat menjadi terang atau garam dunia, karena dunia kehilangan figur yang dapat menjadi teladan mereka. FirmanNya berkata : ”Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” Yang pasti Allah mempunyai rancangan yang luar biasa atas kehidupan kita karena masa depan kita sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang. RancanganNya yang besar disini bukan berbicara hidup berkelimpahan secara materi atau hidup tanpa pergumulan melainkan mengembalikan kita pada rancanganNya yang semula yaitu hidup sama seperti Kristus, dengan kata lain hidup yang berkualitas atau bernilai.
Berapa banyak orang memberikan nilai terhadap dirinya sendiri atau bahkan orang lain atas dasar apa yang mereka lihat yaitu fasilitas yang dikenakan, hal ini bukan berarti kita tidak boleh mengenakan fasilitas yang bagus. Tetapi kalau hal itu menjadi ukurannya dan dianggap memberikan nilai dirinya, maka sebenarnya kita sedang tersesat atau jauh dari rancangan Tuhan. Karena perlu kita ketahui bahwa apapun kondisi atau keadaan kita, Dia tetap mengasihi kita karena kita sungguh berharga di mataNya. Sebagai bukti kasihNya yang besar ialah Dia rela memberikan nyawaNya untuk menebus kita dari kebinasaan. Oleh sebab itu jangan anggap rendah kasih dan pengorbananNya. Apabila kita menghargai dan meresponi akan kasih karunia Tuhan maka segala perkara dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita. Yang dimaksud menghargai dan meresponi disini yaitu ketika kita menerapkan kehidupan Kristus di dalam kehidupan kita. Hal itu memang kelihatannya mustahil, tetapi bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil selama kita mau untuk berusaha mencapainya. Saudara, terbatasnya pengenalan kita terhadap Allah akan membuat kita tidak berpengharapan. Dan pengharapan disini tentunya bukan sekedar pengharapan di bumi, terlebih itu pengharapan kita di masa yang akan datang yaitu dalam kekekalan, karena itu merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Bukankah hidup dalam dunia ini hanya sementara, seperti yang tertulis dalam Yakobus 4:14, ”kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Maksud dari ayat ini adalah bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara dan waktunya cukup singkat. Jadi, tidak ada sesuatu yang dapat kita banggakan; baik itu harta kekayaan, kedudukan, pangkat, jabatan dan lain sebagainya karena pada akhirnya semuanya itu akan kita tinggalkan namun bukan berarti kita gegabah terhadap semuanya itu.
Seandainya semuanya itu dipercayakan kepada kita semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan dan bukan kebanggaan diri kita sendiri. Karena ada sesuatu yang kita banggakan yaitu ketika kita masih diberi kesempatan untuk berbenah diri dalam mempersiapkan kedatangan Anak Manusia yang kedua kali. Segala apa yang kita miliki di bumi ini bisa dalam sekejap lenyap tetapi harta surgawi kekal selama-lamanya. Memang hal ini kurang atau tidak menarik bagi orang-orang yang mencintai dunia ini. Dan perlu diingat orang yang mencintai dunia maka di dalam dirinya tidak ada kasih Bapa. Untuk itu marilah kita menaruh harapan kita hanya kepada Yesus, karena Dia telah menyediakan suatu negeri yang tidak berjaman dan tidak dibangun oleh tangan manusia tetapi oleh tangan Allah sendiri. Oleh sebab itu jangan kecil hati atau putus asa sebab masih ada harapan dalam kehidupan ini dan kita tidak dibiarkan sendiri, sebab yang maha agung dan maha mulia yaitu Allah pencipta langit dan bumi besarta dengan kita, amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

18 Juni 2015

Kunci Kemenangan

Ayat Bacaan: 1 Samuel 17


Hari-hari ini kita telah dihebohkan dengan berbagai macam bencana; baik bencana di laut, udara maupun darat. Dengan berlangsungnya peristiwa-peristiwa yang ada, diakui atau tidak, semuanya harus menyadari bahwa di depan kita, ada hal-hal yang banyak tidak kita ketahui. Kalau ada orang yang berkata, “Aku tidak perlu Tuhan.” Maka orang itu adalah orang yang sangat bodoh. Tetapi kita adalah orang-orang yang selalu mencari wajah Tuhan, dan pertolongan Tuhan akan tetap ada pada kita, seperti janjiNya yang tertulis dalam Mazmur 91.

Saudara, mungkin saat ini kita sedang menghadapi peristiwa atau tantangan dalam kehidupan sehari-hari seperti menghadapi peperangan yang tidak mungkin dapat dimenangkan. Tetapi apabila kita mempergunakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita yaitu mengandalkan Dia sepenuhnya, maka sesuatu yang mustahil bagi manusia akan dapat kita lewati bersama Dia. Mari kita melihat peristiwa yang menghebohkan yaitu mengenai pertarungan antara seorang tentara yang gagah perkasa disertai dengan banyak pengalaman dalam berperang tetapi dapat dikalahkan oleh seorang anak yang muda belia tanpa ada pengalaman berperang. Dia adalah Daud (1 Samuel 17:40-58).
Sebenarnya Daud tidak mungkin dapat mengalahkan Goliat; jangankan Daud puluhan tentara yang sudah terlatih saja dapat dibabat habis oleh Goliat, apalagi Daud yang tidak punya pengalaman apa-apa dalam hal berperang. Tetapi oleh karena Tuhan beserta dengan Dia maka kemenangan ada di pihak Daud
Untuk itu mari kita mencontoh sikap Daud. Dalam I Samuel 17:26, dikatakan : Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya : ”Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?”Saat Daud menghadapi musuhnya, dia menyangkut pautkan/melibatkan Tuhan di dalamnya; hal ini dapat kita lihat pada kata-kata “barisan daripada Allah yang hidup”. Walaupun pada saat itu banyak sanggahan dari para tentara Israel bahwa Daud tidak mungkin mengalahkan Goliat, termasuk raja Saul (I Samuel 17:33). Tetapi Daud tetap memiliki keyakinan yang kokoh untuk dapat mengalahkan Goliat (I Samuel 17:37).
Oleh sebab itu, milikilah keyakinan seperti yang dimiliki oleh Daud. Janganlah kita kecil hati atau putus asa sementara kita berada dalam gelapnya malam karena pada akhirnya kita akan menemukan fajar yang menyingsing. Jikalau banyak orang berkata ”tidak mungkin”, maka tetaplah percaya dan berkata, “aku percaya bahwa Tuhan menolong tepat pada waktunya.” 
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari pengalaman atau kehidupan Daud, sehingga kemenangan demi kemenangan dapat diperolehnya :

1. Mengingat bagaimana Allah telah menolong Daud sebelumnya (1 Samuel 17:34-37).

Kalau menghadapi perkara yang sulit di depan kita, maka ingatlah bagaimana dahulu kita ditolong Tuhan. Daud tidak terpaku kepada musuhnya saat itu. Tetapi dia mengingat bagaimana Allah telah menolongnya dari berbagai mara bahaya, diantaranya : dia terlepas dari cakar singa maupun cakar beruang saat menggembalakan domba-dombanya yang hanya beberapa ekor. Dengan demikian maka Daud telah dibawa keluar dari rasa takut dan kuatir terhadap segala sesuatu yang dia hadapi. Dan perlu kita ketahui bahwa orang yang takut dan kuatir adalah orang yang sudah terhukum. Ketakutan ini yang membuat kita menderita. Oleh karena itu, tidak ada gunanya kita kuatir, karena justru akan membawa kita pada penderitaan. I Yohanes 4:18 berkata, ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan, maka dia akan bertindak, seperti pemazmur berkata ”Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!” (Mazmur 138:7-8). Tuhan adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita (Mazmur 46:2).

2. Daud hanya mengandalkan Tuhan (1 Samuel 17:38-39).

Jangan menyangka apa yang pernah orang lain lakukan berhasil, kemudian kita jadikan sebagai patokan kita untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada saat itu Saul mengajari Daud cara berperang, tetapi Daud menanggalkan semua alat perang yang diberikan Saul. Ini berarti, jangan mengandalkan manusia atau hal-hal lain selain dari pada Tuhan. Jangan terjebak kepada cara, alat, atau manusia untuk kita andalkan. Waktu kita mengahadapi persoalan yang berat sekalipun kita harus tetap mengandalkan Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada yang sulit, sebab Dia sanggup mengatasi segalanya. Dia berkuasa baik di bumi maupun di surga. Kita tidak bisa mengukur kuasa, kekuatan maupun kasih Tuhan. Dan firman Tuhan menasehatkan : ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yeremia 17:7-8). Tetapi sebaliknya, orang yang tidak mengandalkan Tuhan akan terkutuk, seperti yang tertulis dalam Yeremia 17:5.

3. Daud bergerak aktif selama ada kesempatan (1 Samuel 17:48)

Daud memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan. Orang yang tidak memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan, maka tidak akan memperoleh kemenangan. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, dan tidak ada keberhasilan tanpa ada pengorbanan.
Pada saat Daud menghadapi peperangan, ia berlari ke barisan musuh untuk melakukan perlawanan. Tetapi bagi orang yang pasif atau malas, maka orang tersebut akan berkata, “baik Tuhan, biarlah Engkau yang melakukannya, saya berdiam diri saja atau saya tinggal tidur saja. Padahal Kekristenan bukanlah suatu monumen yang tampak gagah dan megah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa (pasif), namun Kekristenan adalah movement yaitu suatu kegerakan yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan menasehatkan, ”Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga” (Amsal 12:27). Dan nasehat bagi orang yang malas berbunyi, ”Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak” (Amsal 6:6). Amin.Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification