29 Mei 2015

Mengutamakan Tuhan

Ayat bacaan:
Matius 6:33 ”Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Inilah ajaran Kristus bagi kita semua. Tuhan Yesus tahu bahwa kita ini memerlukan semua yang diperlukan manusia seperti sandang, pangan dan papan. Kita perlu masa depan yang baik. Baik itu keluarga, usaha, pekerjaan maupun pelayanan. Tuhan memberikan cara untuk mendapatkan itu semua yaitu dengan jalan mengutamakan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang kebal dengan badai hidup tanpa mengandalkan Tuhan. Kalau kita gagal mengutamakan Tuhan, maka akibatnya akan menjadi tidak baik. Yesaya  55:6 juga menasehatkan : ”Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” Selama kita diberi kesempatan untuk mencari Tuhan, maka biarlah kita semakin sungguh-sungguh untuk mencari Dia. Sebab di lain pihak setan membujuk supaya kita tidak mengutamakan Tuhan.
Setan pernah berhasil membujuk Adam dan Hawa untuk tidak mengutamakan Tuhan. Pada akhirnya Adam dan Hawa gagal dalam hal mengutamakan Tuhan sehingga mereka jatuh dalam dosa. Setan memberikan tawaran Adam dan Hawa baik itu hikmat, kekayaan dan kemuliaan bahkan bisa menyerupai Allah asalkan mereka makan buah pengetahuan baik dan buruk. Karena mereka gagal mengutamakan Tuhan dan lebih menuruti bujukan setan maka mereka harus diusir dari taman Eden dan pergi ketempat yang penuh dengan onak dan duri.

Dalam kehidupan Kekristenanpun iblis juga menawarkan hal yang sama, walaupun tidak seperti buah yang dimakan Adam dan Hawa. Hal yang ditawarkan iblis saat ini bisa berwujud jimat, patung, cincin, kain merah dan lain sebagainya. Iblis berkata bahwa semuanya itu akan mendatangkan keberhasilan, kekayaan dan kebahagiaan padahal semuanya itu akan mendatangkan kesengsaraan. Iblis tidak pernah jujur dalam berkata-kata karena ia adalah bapa dari segala pendusta. Tuhan tidak ingin kita mendapat kutuk, kegagalan dan onak duri kehidupan tetapi Tuhan inginkan yang terjadi dalam hidup kita adalah berkat, keberhasilan dan kebahagiaan bagaikan di taman Eden.

Alkitab mencatat ada seorang lagi yang bernama Lot. Ia mendapat bujukan dari iblis untuk mendapatkan fasilitas yang baik yaitu di Sodom dan Gomora, tetapi kota ini diakhiri dengan hujan api. Tuhan mau supaya kita tidak tergoda oleh sesuatu yang tampak indah oleh mata kalau hal itu tidak membuat kita mengutamakan Tuhan lagi.
Contoh lain orang yang tidak mengutamakan Tuhan adalah Yudas. Yudas adalah murid Yesus yang jatuh dalam bujukan iblis. Demi mendapatkan uang 30 keping perak ia menjual gurunya sendiri dan hidupnya diakhiri dengan kebinasaan. Berapa banyak orang ingin mendapatkan uang dengan cara yang mudah tetapi tidak berkenan kepada Tuhan. Tuhan akan memberkati bagi orang yang mengutamakan Tuhan dengan cara mencari kerajaan Allah dahulu dan kebenaranNya sebab Ia adalah Jehovah Jireh yaitu Allah yang mencukupi dan memenuhi kebutuhan hidup kita.

Akibat tidak mengutamakan Tuhan maka akibatnya akan fatal, misalnya Yunus. Yunus 1:11 ”..” Pada waktu Yunus naik kapal yang menuju ke Tarsis, tiba-tiba terjadilah gelombang badai yang dahsyat. Hal ini terjadi karena Yunus lari dari panggilannya dan tidak mengutamakan Tuhan lagi. Pada saat gelombang itu datang mereka berusaha mencari solusi supaya lepas dari persoalannya dengan cara berusaha kembali ke darat, tetapi mereka tidak mampu karena masih ada penyebabnya yaitu Yunus. Demikian kita seringkali berusaha mencari solusi supaya keluar dari persoalan yang sedang dihadapi, tetapi tidak pernah mencari penyebab terjadinya persoalan tersebut. Akhirnya Yunus mengaku bahwa dialah yang menyebabkan badai itu datang. Setelah mereka tahu bahwa penyebab dari bencana itu adalah Yunus maka ia dilempar ke laut maka saat itu juga badai mulai berhenti .
Ada beberapa langkah Yunus untuk kembali mengutamakan Tuhan.

1. Bertobat (Yunus 2:1)

Yunus telah mohon pengampunan dari Tuhan, karena ia telah mencoba lari kehendak Tuhan dan tidak mengutamakan Tuhan. Bagaimanakah dengan kita, ketika sedang menghadapi persoalan; apakah kita berdoa atau semakin berdosa yaitu lari dari hadapan Tuhan ? Janganlah sekali-kali mencoba lari dari hadapan Tuhan, karena di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Berapun besarnya persoalan kita, percayalah bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang mustahil. Dan apabila persoalan itu disebabkan oleh karena pelanggaran kita maka BERTOBATLAH ! karena Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk kembali pada jalanNya.

2. Menyadari keadaannya dan merendah (ayat 5)

Orang yang menyadari keadaannya serta mengaku kelemahannya maka Tuhan akan mencurahkan rahmatNya yang ajaib. Dalam I Yohanes 1:9 telah ditulis bahwa setiap orang yang mengaku dosanya, maka Ia adalah setia dan adil akan mengampuni dosanya dan memulihkan keadaannya. Ia tidak lagi mengingat segala pelanggaran kita sebab kasih setianya setinggi langit dan lebih luas dari samudera.

3. Memberikan korban bagi Tuhan (ayat 8-9)

Saat Yunus berada dalam kesesakan ia tidak telah belajar memberikan persembahan yang terbaik bagi Tuhan. Ia memberikan korban yang telah dinasarkan dan ia mulai memuji-muji Tuhan bukan setelah keluar dari perut ikan tetapi sementara di dalam perut ikan ia lakukan semuanya itu. Akhirnya Yunus dikeluarkan dari perut ikan. Seperti halnya dengan Paulus dan Silas; pada saat dalam penjara mereka memuji-muji Tuhan maka terjadilah sesuatu yang dahsyat. Tetapi pada umumnya, orang mempunyai kecenderungan untuk menggerutu dan mencari “kambing hitam” (menyalahkan orang lain) saat dalam persoalan. Tuhan rindukan supaya kita senantiasa mengucap syukur dalam hal dan tidak menyalahkan orang lain, seperti yang tertulis dalam I Tesalonika  5:18 : ”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Apabila kita sanggup mengucap syukur dalam segala keadaan maka kita akan memperoleh kemenangan demi kemenangan. Amin. Sumber: http://www.bethanygraha.org

Rahasia Dibalik Pencobaan

Dalam surat Yakobus banyak terdapat ayat-ayat penghiburan, khususnya saat kita mengalami berbagai-bagai pencobaan. Dan saat ini kita akan baca di dalam surat Yakobus 1:12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”.

Dari ayat yang telah kita baca, maka kita akan menemukan sesuatu yang tampaknya paradoks sekali, karena di ayat tersebut dituliskan bahwa orang yang bertahan dalam pencobaan dikatakan berbahagia. Dan perlu diketahui bahwa penekanannya bukan dalam kata bahagia, tetapi kata bertahan, karena bahagia itu merupakan dampak dari seseorang yang mau bertahan. Sedangkan pada umumnya orang yang dikatakan berbahagia adalah orang yang sukses baik dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan atau yang bebas dari persoalan. Tetapi kita tidak berhenti sampai disitu, karena masih ada kelanjutannya yaitu “ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yag mengasihi Dia.”

Setiap orang tentunya pernah mengalami pencobaan, tetapi ingatlah bahwa apabila kita bertahan dan tetap mengasihi Tuhan, maka kita akan mendapatkan apa yang telah dijanjikanNya. Bukankah di dalam I Korintus 10:13 telah dikatakan : “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan membeikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Adapun maksud Tuhan mengijinkan pencobaan itu datang adalah :

1. Mengarahkan hidup kita supaya lebih baik

Memang, saat pencobaan itu datang kita merasa seolah-olah gagal dalam menjalani hidup ini, sehingga kita mulai berkata dalam hati :“mengapa hal ini harus menimpa aku, kok bukan orang lain.” Padahal kalau kita amati bahwa setiap orang memiliki persoalannya masing-masing. Tetapi dari semua itu kita akan mengambil hikmahnya yaitu bahwa Tuhan sedang mengarahkan kita dalam kehidupan yang lebih baik. Sebab kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28). Untuk itu marilah kita berusaha sungguh-sungguh untuk mengerti kehendak Tuhan, sehingga ketika pencobaan datang kita dapat menyelesaikannya dengan kekuatan yang Tuhan berikan. Dan saat persoalan diijinkan Tuhan datang atas hidup kita, maka kita harus sadar bahwa Tuhan sedang mengarahkan pandangan kita kepada Dia, karena Dia adalah sumber pertolongan dan kekuatan kita. Dia sekali-kali tidak akan meninggalkan kita, sebab Dia adalah Allah yang setia.

2. Menguji iman kita


Roma 5:3 “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, . . . .”
Perlu kita pahami juga bahwa setiap pencobaan tidak selalu bisa kita selesaikan dengan teori yang ada dalam pikiran kita, atau dengan pengalaman-pengalaman yang sudah kita dapatkan dalam kehidupan kita, maupun menimba dari pengalaman orang lain. Tetapi satu hal yang perlu kita ketahui bahwa kita sanggup menanggung segala sesuatu apabila kita bersandar dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Oleh sebab itu perlu kita ingat, yaitu apabila pencobaan datang atas hidup kita maka kita harus belajar bertahan dan mengucap syukur didalam Tuhan, karena Ia sedang melatih iman kita untuk bertumbuh dan menjadi dewasa. Terlebih itu, saat kita berhasil lepas dalam pencobaan dengan mempertahankan iman percaya kita, maka kita akan timbul bagaikan emas murni. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Allah kita adalah Allah yang hebat, tentunya Dia melatih kita menjadi orang-orang yang hebat pula. Namun seberapa banyak orang yang memiliki kesadaran akan hal ini.

3. Melindungi kita


Yakobus 1:2 “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,  . . . . .”
Berapa banyak orang beranggapan bahwa ketika pencobaan datang, Tuhan sudah tidak sayang lagi terhadap kita atau Dia sudah lalai akan janjiNya, padahal Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (II Petrus 3:9). Oleh karena itu Tuhan menasehatkan supaya kita tetap berhagia, karena Tunan akan menunjukkan kuasa dan mujizat atas hidup kita.

Ilustrasi : Ada seorang pelukis yang sedang membuat lukisan yang begitu indah dan ia mengerjakannya di atas gedung yang tinggi, setelah menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran beberapa hari, ia mulai mengamat-amati lukisannya sambil berjalan mundur perlahan-lahan dan dia tidak sadar bahwa berada di atas bangunan yang tinggi luasnya terbatas, dan waktu kurang satu langkah semua orang mulai panik apa yang harus mereka lakukan, akhirnya orang yang dekat dengan lukisan itu mencoret-coret lukisannya,maka sepontanitas pelukis itu segera mendekat orang yang merusak lukisannya sambil marah besar terhadap orang itu. Dan akhirnya orang itu minta maaf dan menjelaskan bahwa kurang satu langkah orang tersebut akan jatuh, jika seandainya dipanggil atau diingatkan maka waktuya tidak keburu.

Demikian dalam kehidupan kita, seringkali kita merasa kecewa, merasa gagal, merasa tidak beruntung saat mengalami pencobaan. Seolah-oleh gambaran atau rancangan kehidupan kita yang sudah kita bangun telah hancur tanpa alasan karena kita tidak tahu. Tetapi perlu kita yakini bahwa ketika kita mengalami berbagai-bagai pencobaan, Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan kita.

4. Menyempurnakan kita


Proses yang kita alami tidak hanya berlangsung dua atau tiga tahun, tetapi seumur hidup kita. Karena Tuhan rindu untuk menyempurnakan kita. Seperti emas yang sedang dimurnikan. Semakin ia dipanaskan maka kemurniannya semakin tampak dan emas yang murni memiliki nilai yang mahal. Demikian dalam kehidupan kita. Apabila pencobaan itu datang, dan secara akal tidak ada jalan keluar maka kita harus tahu  bahwa kita hidup bukan karena melihat tetapi karena percaya kepada Tuhan dengan sepenuhnya, demikian yang tertulis dalam II Korintus 5:7 “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Tetapi dari semua itu, satu hal yang Tuhan inginkan yaitu supaya hidup kita semakin hari semakin disempurnakan sesuai dengan rencana dan kehendakNya. AminSumber: http://www.bethanygraha.org

16 Mei 2015

Jangan Ada Pikiran Negatif !

Setiap orang pasti merindukan apa yang disebut dengan kebahagiaan. Tetapi kerinduan mereka seringkali tidak terwujud; justru ketidakbahagiaanlah yang mereka dapatkan. Dan ketidakbahagiaan itu terjadi bukan karena kurangnya fasilitas, tetapi disebabkan oleh pikiran yang salah/negatif.
Mari kita mengingat kembali mengenai kisah daripada Yakub. Ketika terjadi kelaparan di Israel, Yakub dan anak-anaknya juga mengalaminya. Sedangkan Yusuf yang telah diperlakukan tidak adil dan dibuang oleh saudara-saudaranya telah hidup dalam kelimpahan, selain itu ia menjadi penguasa di Mesir.

Karena kelaparan sedang melanda Israel, maka anak-anak Yakub disuruh pergi ke Mesir untuk membeli gandum. Pada saat mereka pergi ke Mesir, mereka tidak tahu bahwa yang menjadi penguasa di Mesir adalah Yusuf yaitu saudaranya. Dan ketika mereka sampai di Mesir, Yusuf tahu bahwa mereka adalah saudara-saudaranya. Yusuf menjadi tidak tega meskipun mereka pernah berbuat jahat terhadap dia. Akhirnya mereka dijamu sedemikian rupa, dan uang yang digunakan untuk membeli gandum dikembalikan tanpa sepengetahuan mereka karena uangnya ditaruh pada tumpukan gandum. Lalu Yusuf berpesan supaya adik mereka yang paling bungsu yaitu Benyamin untuk dibawa ke Mesir (kepada Yusuf); jikalau tidak mereka tidak akan menerima apa yang mereka perlukan. Selama itu Yusuf  tidak menyatakan siapa dirinya yang sebenarnya.

Setelah mereka sampai dirumah, mereka menceritakan kepada ayahnya mengenai apa yang sudah dipesankan oleh penguasa Mesir itu (Yusuf). Akhirnya dengan nada gelisah Yakub berkata : “hal ini tidak boleh terjadi, karena aku sudah kehilangan Yusuf dan aku  tidak mau kehilangan anak untuk kedua kalinya” Lalu Yakub berkata kepada anak-anaknya, katanya : “kenapa kamu cerita bahwa kamu punya adik; semua ini adalah salahmu. Coba kalau kamu tidak cerita bahwa kamu mempunyai Benyamin, maka adikmu pasti tidak akan diminta.” Kini Yakub mulai mengalihkan permasalahan kepada orang lain yaitu anak-anaknya.
Sejalan dengan jalannya waktu, maka persediaan makanan mulai menipis dan akhirnya Yakub bersikap apatis dengan keadaan yang sedang terjadi dan ia berkata : “ya sudahlah, apabila Benyamin mati, biarlah ia mati” (Kejadian 42-43).

Ada empat perkara menganai pikiran negatif yang akan membuat seseorang menjadi tidak bahagia :

1. Mengasihi Diri Sendiri

Pada waktu Yakub mengalami peristiwa yang demikian, ia mulai mengasihi diri sendiri. Buktinya ia rela kehilangan Benyamin. Dan perlu kita ketahui bahwa roh mengasihi diri sendiri ini akan membawa seseorang untuk masuk dalam ketidakbahagiaan. Selain Yakub, ada tokoh Alkitab lain yang mengasihi diri sendiri yaitu Musa (Bilangan 11:14-15). Ternyata spirit ini menjalar bukan hanya dikalangan orang-orang yang sederhana, atau kalangan biasa. Tetapi orang yang selevel Musapun dapat disentuh dengan spirit mengasihani diri sendiri. Jadi, kalau Musa saja dapat disentuh, maka kita harus waspada supaya spirit mengasihi diri sendiri tidak masuk dalam kehidupan kita. Karena kalau kita kena sentuh spirit itu, maka kita akan memiliki kecenderungan untuk menjadi tidak bahagia walaupun kita memiliki fasilitas yang mewadahi.

Selain Yakub dan Musa, Elia pun pernah mengalami hal yang sama yaitu mengasihi diri sendiri  (I Raja-raja 19:4). Dan orang yang mengasihi diri sendiri cenderung berkata : “tak seorangpun memperhatikan dan mengasihi aku” atau berkata : “aku adalah orang yang tidak berguna.” Dan pada akhirnya berkata : “lebih baik aku mati saja”
Tuhan ingin kita dibebaskan dari spirit ini, sebab kalau berlarut-larut mengasihani diri sendiri maka ada reaksi atau langkah-langkah yang bisa salah.
Saudara, apabila kita mengalami hal keadaan yang buruk, maka janganlah kita mengasihi diri sendiri, tetapi marilah kita mengingat firman Tuhan. Karena, meskipun semua lenyap tetapi firman Tuhan tinggal tetap, dan semua janji yang tertulis dalam firmanNya akan digenapi dalam kehidupan kita.

2. Keras Kepala

Waktu anak Yakub yang tertua yaitu Ruben, berkata : “biarlah aku bawa Benyamin kepada penguasa Mesir karena kita sudah tidak ada persediaan makanan.” Tetapi Yakub berkata : “tidak, aku tidak akan menyerahkan anakku”. Walaupun telah diadakan pendekatan oleh Ruben, tetapi Yakub tetap keras dengan pendiriannya.
Tuhan ingin supaya kita tidak menjadi orang yang tegar tengkuk. Acapkali Tuhan berbicara melaui firman supaya kita diubahkan atau melalui mimpi supaya kita dapat berubah atau melalui hamba Tuhan yang menegur secara langsung atau melalui suatu peristiwa.  Namun Tuhan mau supaya kita mau dibentuk oleh Tuhan karena Tuhan mempunyai rancangan yang penuh kebahagiaan dalam kehidupan kita. Saudara, seringkali kita menghadapi kehidupan ini diwarnai dengan ketidakadilan. Tetapi ketidakadilan ini jangan membuat kita menjadi tegar tengkuk dan membuat kita bertekuk lutut pada kepahitan. Tetapi biarlah kita menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, sebab Allah kita adalah Allah yang maha adil akan membela segala perkara kita.

3. Menyalahkan Orang Lain.

Ketika itu Yakub menyalahkan orang lain yaitu anak-anaknya. Dan hal ini memang terjadi sejak dari semula yaitu ketika Adam jatuh di dalam dosa. Ia ditegur oleh Allah, tetapi ia berkata : “bukan aku Tuhan tetapi wanita yang Kau tempatkan disisikulah yang memulainya, kemudian Hawa ditegur oleh Allah : “mengapa kamu melakukan dosa ?” Lalu Hawa menjawab : “ularlah yang menipu aku”.
Saudara, kalau kita mau dibuat bahagia oleh Allah maka kita harus berani mengakui kesalahan kita dihadapan Allah, apabila bersalah. Karena jika kita mengaku dosa kita dan bertobat, maka Ia adalah Allah yang setia dan adil akan mengampuni segala dosa kita walaupun dosa kita merah seperti kermisi tetapi Ia akan membuat putih seperti salju.

4. Apatis (Acuh Tak Acuh)

Sikap apatis inilah yang membuat orang tidak memiliki semangat lagi dan akhirnya membawa orang hidup dalam ketidakbahagiaan, seperti yang dikatakan oleh Yakub, katanya : “ya sudahlah, apabila Benyamin mati, biarlah ia mati” (Kejadian 42-43).
Jadi supaya kita tidak memiliki sikap apatis dengan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita, maka kita harus memiliki pikiran yang sesuai dengan firman Tuhan, seperti yang tertulis dalam Filipi 4:8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

8 Mei 2015

Bagaimana Dengan Lidah Anda ?

 "Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.”
Amsal 15:4
Kata “lidah lembut” dalam teks aslinya berarti “lidah sembuh,” dalam hal ini tentunya ada “lidah sakit” yang artinya ada Tuhan Yesus telah menggambarkan “perkataan itu seperti buah, hati seperti pohon.” Jadi pohon yang baik menggeluarkan buah yang baik pula, begitu pula pohon yang jahat mengeluarkan buah yang jahat. Di negara Afrika ada satu suku yang bernama “Marigoli” yang menyebutkan hati dan mulut dengan kata yang sama. Berarti tanpa sengaja, konsep Tuhan Yesus mereka gunakan.
Saat ini, apakah kita memiliki lidah yang sembuh atau sakit? Kalau kita membaca dalam Injil Matius 12:33-35; Matius 7:17-20, kita akan tahu bahwa Tuhan Yesus ingin menyampaikan tentang sifat pohon yang sama dengan sifat buahnya. Kalau hatinya baik, maka perkataannya baik, demikian juga sebaliknya. Kalau kita teliti secara cermat maka kita akan tahun bahwa keadaan lidah seseorang sebenarnya menggambarkan keadaan rohani orang tersebut. Kalau ucapan perkataannya baik, sebenarnya dia memiliki kerohanian yang baik. Dengan ini kita bercermin dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan menyebutkan lidah itu kecil tetapi memiliki peranan yang sangat penting seperti yang tertulis dalam Yakobus 3:1-12. Kalau kita memakai lidah ini untuk perkara-perkara yang negatif, maka seluruh kehidupan kita yang besar akan negatif, demikian juga sebaliknya. Hal ini bisa kita lihat dalam kisah 12 pengintai bangsa Israel yang terdapat Bilangan 14.

Kita akan melihat beberapa ciri orang yang sakit lidah, diantaranya :

1. Terlalu Banyak Bicara.

Amsal 10:19 berkata, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” Pengkhotbah 5:1 berkata, “Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.” Sebuah perkataan atau kalimat sangat mempengaruhi hidup kita. Karena itu mintalah tolong kepada Roh Kudus agar kita bisa menjaga mulut, bibir lidah, dan perkataan kita.

2. Perkataan yang Sia-sia.

Matius 12:36 berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.” Istilah ini bisa dijabarkan sama dengan gosip dan fitnah. Imamat 19: 16 berkata, “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.”
Lalu, Amsal 18:8 berkata, “Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.” Kalau kita mendengar sesuatu yang baik tentang orang lain adalah hal yang biasa, tetapi kalau mendapatkan berita yang kurang baik tentang seseorang kelihatannya sedap. Mungkin kita hanya mendengar saja, tetapi semua kena hukuman. Untuk itu kita mau memakai anggota tubuh kita ini bukan untuk senjata kelaliman, tetapi menjadi senjata kebenaran bagi kemuliaan Tuhan.

3. Berdusta.

Amsal 12:22 berkata, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.” Saat kita memuji Tuhan dengan mengatakan memberi yang terbaik buat Tuhan, tetapi kenyataannya memberikan persembahan yang tidak tulus dan asal-asalan. Penyakit lidah ini “on line” dengan neraka, seperti yang tertulis dalam Wahyu 21:8; Wahyu 22:15. Mari kita pakai perkataan ini untuk mendapatkan surga dan bukan neraka.
Mazmur 8:3 berkata, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” Dalam mulut bayi yang secara jasmani di dalamnya terdapat kekuatan yang besar, dan secara rohani, saat kita lahir baru, lalu kita mendapatkan bahasa yang baru, bahasa Roh, untuk membungkam musuh dan pendendam,j seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 14:14-15) Kalau kita berbahasa Roh maka akal tidak ada gunanya sama sekali. Dengan iman kita mengucapkan bahasa Roh. Ternyata diletakkan dasar oleh Tuhan untuk membungkam kekuatan lawan. Dalam Markus 11:23 ada satu kata penting yang tersembunyi yang harus dimunculkan, yaitu “apa yang dikatannya itu akan terjadi.”  Tanpa sadar kita mengucapkan sesuatu yang sangat besar maknanya.

4. Berkata dengan Manis, tetapi Hati Bercabang.

Mazmur 12:3 berkata, “Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.” Ini merupakan pujian palsuj, seperti yang tertulis dalam Amsal 29:5. Kalau kita dipuji oleh orang, maka orang yang memuji tersebut sedang membuat lobang di depan kita. Biarlah sedikit kata-kata pujian yang kita ucapkan, karena banyak orang memuji dengan tidak tulus. Demikian juga kalau dipuji hendaknya jangan terlalu senang, tetapi biarlah segala pujian hanya bagi Tuhan. Siapapun orangnya, kalau dia masih minta dihargai dan dipuji, maka ia seperti gelas kosong yang masih minta diisi dengan air. Kita adalah orang yang sudah menerima penghargaan dari Tuhan dan sudah menerima kemuliaan Tuhan, dan bukan gelas yang kosong.

5. Berbicara Terburu Nafsu.

Amsal 29:20 berkata, “Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.” Kalau kita berbicara terburu nafsu, maka keadaan kita lebih buruk dari orang yang bodoh. Ayub dalam kesesakan terburu nafsu menyalahkan Tuhan dengan perkataannya. Tetapi setelah Ayub mengerti (Ayub 42), ia mencabut perkatannya. Dan pada waktu itu ia dipulihkan Tuhan. Oleh sebab itu jangan mengutuki diri sendiri dan terburu nafsu. Cabut setiap perkataan yang mengutuki diri sendiri supaya pemulihan terjadi dalam hidup kita. Memang tidak ada orang yang bisa mengendalikan lidahnya, seperti halnya Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali. Tetapi ada Roh Kudus yang menjamah, maka lidah Petrus dikuasai Roh Kudus dan dengan perkataanya 3000 orang bertobat. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

2 Mei 2015

Mejaga Dan Memelihara Pikiran

Ayat bacaan :
“Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.”
(Amsal 23:7a)
Ayat ini berbicara tentang pikiran kita. Kita tahu semua orang punya pikiran. Pikiran ini seringkali memikirkan tentang diri kita sendiri dan “Bagaimana yang kita pikirkan, itulah kita,” kata Firman Tuhan. Jadi, keadaan kita adalah seperti yang kita pikirkan. Pikiran adalah sesuatu yang sangat berpengaruh total dalam kehidupan kita, tetapi seringkali kita tidak menjaganya, tetapi mengabaikannya. Kita harus menjaga dan merawat pikiran kita. Yang menaruh pikiran dalam kehidupan kita adalah kita. Kitalah yang mengontrol pikiran kita. Sedikit sekali orang percaya mau menguasai atau menata pikirannya. Dan Tuhan mau supaya kita menguasai pikiran kita, sebab apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi perasaan kita dan apa yang kita rasakan akan mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Untuk itu kita harus bersyukur kepada Tuhan atas segala pemberian Tuhan dalam hidup kita dan orang seperti inilah yang disebut berbahagia.
Filipi 4:8 berkata, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Dalam ayat ini ada beberapa hal yang harus kita pikirkan. Inilah yang Tuhan kehendaki ada dalam pikiran kita, dan apabila pikiran ada delapan hal seperti yang tersebut pada ayat di atas maka kita menjadi orang-orang yang berpikiran alkitabiah. Secara alami, pikiran kita cenderung untuk berpikir tidak baik. Seringkali kita ingin berpikir di luar ruang delapan hal di atas. Kalau kita ingin memiliki kebebasan, keindahan dan damai sejahtera, jangan biarkan pikiran kita berada di luar delapan hal tersebut. Allah sudah menetapkan batas-batas pikiran kita. Kalau kita sudah ada dalam batas-batas itu, maka kita akan merasakan damai sejahtera. Pikiran adalah tempat melahirkan semua tindakan, baik maupun jahat. Dosa dimulai dari pikiran yang salah.
Tidak ada orang yang berpikir salah kemudian dia berbuat benar. Seorang perampok sebelumnya akan berpikir bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih mudah kecuali dengan merampok. Kalau perampok ini mulai berpikir yang benar, maka dia bisa menjadi orang yang benar. Apalagi ia diajarkan tentang firman Tuhan, maka hasilnya akan lebih baik. Untuk itu kendalikan pikiran kita !. Kita harus tahu cara mengubah dan membatasi pikiran-pikiran yang salah. Sebab kalau kita tidak mengetahui hal ini maka Iblis dapat saja berpijak di dalam diri kita. Kalau iblis menguasai pikiran anak-anak Tuhan maka ini merupakan hal yang sangat berbahaya. Pikiran adalah suatu medan pertempuran. Kalau kita sudah menang dalam pikiran, maka tinggal menunggu kenyataan kemenangan itu sendiri. Alkitab mencatat tentang pertempuran dalam pikiran. Roma 7:21-23 berkata, “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.” 1 Petrus 2:11 berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.” Ada hal-hal di dalam pikiran yang harus diperangi. Alkitab menunjukkan bagaimana caranya memeranginya dalam 2 Korintus 10:5, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.” Kenali, tangkap, dan taklukkan pikiran yang salah itu kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal ini kita harus memiliki tekad yang bulat untuk menawan dan menaklukkannya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Disamping itu, kita harus memiliki Firman Tuhan untuk menaklukkan pikiran yang salah kepada Kristus. Kita juga harus meminta tolong Roh Kudus untuk menolong kita, karena menjaga dan merawat pikiran memang tidak mudah. Yang menawan dan menaklukkan pikiran tidak baik dalam diri kita adalah kita sendiri, bukan orang lain. Beberapa pikiran yang harus kita tawan dan ditaklukkan diantaranya :

Pesimis terhadap masa yang akan datang.

Banyak hal yang manusia takutkan atau kuatirkan padahal belum tentu terjadi, karena 90 % yang mereka takutkan tidak akan terjadi. Bukan berarti kita hidup berhenti membuat rencana. Matius 6:25 & 34 berkata, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Tuhan sudah ada di hari esok, dan kita akan mendapatkan kasih karunia dari Tuhan. Kalau kita cemas, berarti kita berhenti mempercayai Allah. Kalau kita kuatir tentang masa depan berarti kita sudah melukai hati Allah. Kalau kita berharap kepada Tuhan maka akan seperti sauh yang kuat. Karena masa depan kita sungguh ada dan harapan kita tidak hilang. Untuk itu yakinlah bahwa pemeliharaan Tuhan itu sangat sempurna. Dan apabila kita harus menghadapi berbagai pergumulan tetaplah yakin bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan, terutama bagi mereka yang mengasihi Dia.

Pikiran buruk terhadap orang lain.

Pikiran seperti ini harus ditangkap, ditawan dan ditaklukkan kepada Tuhan, karena hal itu akan menghambat pertumbuhan kerohanian kita. Bukankah Tuhan mengajarkan kasihilah musuh-musuhmu. Dan apabila kita memiliki prasangka buruk terhadap orang lain maka hidup kita tidak akan mengalami damai sejahtera, tetapi sebaliknya yang kita alami adalah penderitaan.

Rasa minder.

Tuhan sanggup mengubah yang buruk menjadi baik kembali. Orang yang minder adalah orang yang tidak menghargai sang pencipta, karena yang menciptakan kita adalah Tuhan bukan diri kita sendiri. Selain itu perlu kita ingat bahwa Dia rela mati di atas kayu salib karena kita berharga di mata Tuhan. Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification