26 Februari 2015

Menaruh Kepercayaan Hanya Pada Tuhan

Ayat Bacaan: 1 Samuel 17

Dalam 1 Samuel 17 ada suatu peristiwa di mana anak Tuhan menghadapi peperangan yang sebenarnya tidak bisa dimenangkan. Seringkali kita menghadapi suatu persoalan yang sebenarnya tidak bisa dimenangkan. Tetapi dengan Tuhan bisa dimenangkan (1 Samuel 17:4-7). Anak Tuhan itu adalah Daud yang melawan Goliat. Goliat memiliki kelebihan segala-galanya yang sangat jauh dari Daud. Daud adalah seorang muda yang sederhana sekali. Sebenarnya Daud tidak bisa memenangkan peperangan melawan Goliat ini. Tetapi oleh karena Tuhan, Daud bisa mengalahkan Goliat.
Untuk itu mari kita mencontoh sikap Daud. 1 Samuel 17:26 berkata, “Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" Saat Daud menghadapi musuh yang baginya tidak mungkin ini, dia mengaitkan musuh ini dengan Tuhan. Waktu Daud maju, tidak atas nama dirinya sendiri tetapi atas nama Tuhan. Tuhan dilibatkan dalam mengatasi persoalannya. Untuk itu, libatkan Tuhan Yesus dalam persoalan hidup kita. Pada waktu itu Daud mengambil keputusan untuk memerangi Goliat.
Tetapi Saul berkata bahwa Daud tidak mungkin bisa mengalahkan Goliat (1 Samuel 17:33). Orang yang berkata seperti Saul ini sudah biasa diucapkan oleh orang-orang yang tidak percaya sepenuhnya akan Allah. Tetapi Daud tetap memiliki keyakinan yang kokoh untuk dapat mengalahkan Goliat (1 Samuel 17:37). Untuk itu, milikilah keyakinan seperti yang dimiliki Daud. Kalau kita saat ini menghadapi “kegelapan malam” percayalah bahwa “fajar” itu ada. Dan bertahanlah dalam kegelapan malam yang pada akhirnya dapat menemukan fajar menyingsing. Kalau orang berkata “tidak mungkin” tetaplah percaya dengan berkata, “Aku yakin karena Tuhan menolong.” 1 Samuel 17:45-46 merupakan perkataan iman yang diucapkan Daud dengan penuh keyakinan dan bukan merupakan kesombongan. Kesombongan ditandai dengan kata “aku dapat,” dan bukan Tuhan. Tetapi kalau orang itu memiliki keyakinan iman yang kokoh, maka yang ada dalam perkataannya adalah, “Tuhanlah yang menolong.” Akhrinya Daud dapat membunuh Goliat dengan cara yang ajaib (1 Samuel 17:48-50). Melalui peristiwa ini, ada tiga hal yang perlu diingat pada waktu Daud menghadapi Goliat, yaitu:

Pertama, Ingatlah bagaimana Tuhan sudah menolong kita dahulu (1 Samuel 17:34-37)

Kalau menghadapi perkara yang sulit di depan kita, maka ingatlah bagaimana dahulu kita ditolong Tuhan. Daud tidak terpaku kepada musuhnya saat itu. Dengan demikian, seperti halnya Daud, kita akan dibawa keluar dari rasa kuatir dan takut. Orang yang takut dan kuatir adalah orang yang sudah terhukum. Ketakutan ini yang membuat kita menderita. Untuk itu, tidak ada gunanya kita kuatir yang membawa kita pada penderitaan. 1 Yohanes 4:18 berkata, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan. (Baca:Mazmur 138:7-8). Kalau kita percaya Tuhan, maka orang yang berniat buruk kepada kita bisa dipakai untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Mazmur 46:2)

Kedua, Daud hanya mengandalkan Tuhan (1 Samuel 17:38-39)

Jangan menyangka apa yang pernah orang lain lakukan berhasil lalu kita jadikan contoh. Saul mengajari Daud cara berperang, tetapi Daud menanggalkan semua alat perang yang diberikan Saul. Ini berarti, jangan mengandalkan manusia atau hal-hal lain selain dari pada Tuhan. Jangan terjebak kepada cara, alat, atau manusia yang kita andalkan. Waktu kita mengahadapi persoalan yang berat sekalipun kita harus tetap mengandalkan Tuhan. (Yesaya 31:1: mengandalkan alat; Yehezkiel 16:15: mengandalkan paras; Mikha 7:5: mengandalkan manusia) Mari kita andalkan Tuhan, dan Tuhan akan menunjukkan alatnya apa, caranya bagaimana dan seterusnya. Tuhan juga akan memakai manusia untuk menggenapi rencana-Nya. Bahkan yang memusuhi kitapun Tuhan akan ubah untuk mendatangkan kebaikan kepada kita.

Ketiga, Daud tidak pasif, tetapi aktif bergerak maju (1 Samuel 17:48)

Daud memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan. Orang yang tidak memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan, maka tidak akan memperoleh kemenangan. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan. Daud berlari ke barisan musuh. Kalau orang pasif akan berkata, “Baik Tuhan, Engkau yang akan melakukannya, saya akan tinggal tidur saja.” Ini merupakan orang yang pasif. Tuhan ingin agar kita memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan. Amsal 12:27 berkata, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” Demikian juga Amsal 18:9 berkata, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” Daud tidak bermalas-malasan untuk memperoleh kemenangannya. Matius 7:7 berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

19 Februari 2015

Hiduplah Dalam Kasih

Ayat Bacaan: 1 Yohanes 4:7-21

Dunia telah kering akan kasih, untuk itu nyatakanlah “kasih yang murni” yang dari Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Kalau kita tidak mengasihi yang kelihatan apa lagi yang kelihatan. Ini adalah hukum. Kalau tidak bisa mengasihi yang kelihatan maka mustahil bisa mengasihi Allah. Yang kelihatan tersebut adalah orang-orang di sekitar kita. Philosophi dunia berkata bahwa, “Orang tidak bisa mengasihi saudaranya karena mereka tidak bisa mengasihi diri sendiri.” Ini merupakan pendapat yang tidak tepat, karena orang telah teramat sangat mengasihi dirinya sendiri, sehingga ia membenci orang lain. Yang benar adalah. “Orang tidak bisa mengasihi saudara atau sesamanya, karena mereka tidak mengasihi Allah.” Inilah yang benar. Kalau dia memiliki kasih kepada Allah, maka kasih itu akan memotivasi dia untuk mengasihi orang lain. Ada beberapa hal yang Allah berikan tentang kasih kepada kita:

Pertama, Kasih itu adalah perintah yang harus ditaati.

Dalam Injil Lukas 10:27 berkata, “Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Oleh karena itu apabila kita mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan maka kita wajib hidup sama seperti Yesus hidup. Dan biarlah gaya hidup yang penuh kasih mewarnai kehidupan kita terus menerus, sehingga dunia melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Kedua, Kasih adalah pilihan yang harus kita ambil.

Dalam kitab Wahyu 2:4 dikatakan, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.” Jadi bukanlah kasih yang meninggalkan mereka, tetapi merekalah yang meninggalkan kasih itu. Mengapa orang telah meninggalkan kasih itu ? Karena manusia mulai mencintai dirinya sendiri. Manusia mulai lupa bahwa kita diciptakan untuk mewujudkan kasih Allah kepada sesama kita. Bukti dari pernyataan kasih adalah, kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Gambarannya adalah, kereta tidak dapat ditaruh di depan kuda, karena pasti sulit untuk berjalan. Jadi mana yang harus dikedepankan, itu yang harus dilakukan. Jadi, kasih kepada Allah dahulu kemudian kita akan mudah mengasihi orang lain. Bagian yang sukar tentang kasih adalah kasih kepada Allah. Kalau kita berkata bisa mengasihi Allah, tetapi bukti mengasihi saudara tidak ada, sebetulnya kita belum sampai kepada “kasih kepada Allah.” Alangkah baiknya muncul dari antara kita yang memiliki kasih yang khusus kepada Tuhan. Sebetulnya lebih mudah untuk mengasihi Tuhan dengan kasih yang luar biasa. Kesempatan untuk mengasihi Allah lebih besar karena sewaktu-waktu kita bisa bertemu dengan Tuhan. Kita memiliki banyak cara untuk mengekspresikan kasih kita kepada Tuhan secara khusus. Untuk itu jadilah orang yang mengasihi Tuhan secara “khusus” bukan seperti pada umumnya.
Orang-orang khusus ini adalah orang-orang yang sangat mencintai Tuhan. Kalau Dia sewaktu-waktu bisa ditemui, maka dengan berbagai cara kita dapat menyatakan kasih kita kepada Tuhan. Selanjutnya, berkat apa yang Tuhan berikan jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan? Ulangan 11:13-15 berkata, “Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang.” Kalau kita mengasihi Tuhan secara khusus, maka Ia memberikan hujan awal dan hujan akhir secara bersama-sama. Tuhan akan memberikan kepada kita, berkat (gandum), sukacita (anggur), dan urapan (minyak) kepada kita. Hujan awal tidak seberapa, tetapi hujan akhirlah yang lebat. Kalau hujan awal dan hujan akhir diturunkan bersama-sama, maka akan sangat luar biasa lebatnya.
Tuhan sanggup mencurahkan berkat luar biasa dalam hidup kita. Bila hujan awal dan hujan akhir dicurahkan bersama-sama, artinya seperti dalam Yoel 2:23-24, “Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena TUHAN, Allahmu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan hujan pada akhir musim seperti dahulu. Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak.” Kalau kita termotivasi untuk mengasihi Tuhan secara khusus, intim dengan Dia, bercakap-cakap dengan Dia, berkorban, dan yang khusus lainnya, maka berkat Allah tercurah secara luar biasa dalam hidup kita. Selain itu, Tuhan akan memberikan pemulihan kepada kita seperti dalam Yoel 2:25, “Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu.” Ini diberikan kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan secara khusus dan bukan untuk orang-orang pada umumnya. Juga, akan diperlakukan Tuhan secara ajaib seperti dalam Yoel 2:26 “Maka kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.” Lalu, ia tidak akan menjadi malu lagi, Yoel 2:27 “Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya."
Sumber: http://www.bethanygraha.org

6 Februari 2015

Hidup Dalam Iman

“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibrani 11:6)
Pada ayat bacaan di atas telah menyatakan dengan jelas bahwa orang yang tidak memiliki iman maka tidak akan berkenan kepada Allah. Namun berapa banyak orang Kristen yang kurang memahami mengenai iman termasuk unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Lalu, bagaimana kita dapat memahami dengan benar tentang iman termasuk unsur-unsurnya? Dalam Ibrani 11:1 telah memberikan suatu pemahaman tentang iman, yaitu :

1. Percaya walaupun belum melihat

Sebagai contoh adalah kisah daripada kehidupan Nuh. Dimana ketika Tuhan berfirman kepada Nuh supaya membuat suatu bahtera yang besar, sebab bumi akan dilanda air bah. Sedangkan bahtera yang dibuat Nuh ada di atas gunung. Sehingga hal ini menjadi bahan tertawaan orang banyak, tetapi Nuh meyakini bahwa apa yang telah difirmankan Tuhan akan digenapi walaupun sementara itu Nuh tidak melihat tanda-tanda adanya air bah. Dari kisah ini dapat kita lihat bahwa Nuh percaya terlebih dahulu, baru kemudian ia melihat. Namun kenyataannya seringkali iman kita berorientasi pada logika kita, yaitu melihat terlebih dahulu, baru mulai percaya.
Saudara, kita percaya kepada Tuhan jangan sampai kita ukur dengan akal. Iman itu bukanlah perasaan, namun suatu tindakan untuk berani mempercayai. Sebagai contoh, apabila seseorang pergi ke dokter untuk periksa kesehatannya, dan dokter memberi saran atau resep, maka tersebut segera mengambil tindakan untuk mematuhi apa yang telah disarankan; baik itu hal mengkonsumsi makanan atau minum obat, tanpa kita bertanya-tanya, “apakah obat atau makanan itu bisa menyembuhkan.” Tapi yang jelas bahwa kita percaya bahwa obat itu dapat menyembuhkan. Demikian halnya kita terhadap Tuhan, justru kita semakin percaya, sebab Allah berkuasa atas segalanya.

2. Tetap taat walaupun belum mengerti atau memahami

Sebagai contoh adalah kisah Abraham. Pada waktu kehidupan Abraham bersama keluarganya sudah mapan, tiba-tiba Tuhan berfirman kepada Abraham supaya Ia keluar dari lingkungan keluarganya dan pergi ke tempat yang telah ditunjukkan Tuhan. Sementara dia keluar dari rumahnya ia masih belum mengerti kemana ia harus pergi, tetapi yang jelas bahwa Abraham taat terlebih dahulu apa yang dikatakan Tuhan, baru dia melihat buktinya. Inilah yang disebut dengan iman yang sejati. Oleh sebab itu Tuhan rindu supaya kita dari kekristenan teori atau pengetahuan menuju pada kekristenan yang sejati.

3. Rela menabur walaupun dalam kekurangan

Sebagai contoh adalah kisah hidup janda Sarfat. Suatu saat dia mengalami kekeringan dan tidak ada hujan. Sedangkan ia hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak, yang hanya cukup untuk makan satu kali saja, selanjutnya mereka akan mati sebab tidak ada lagi yang dapat dimakannya. Namun tiba-tiba seorang hamba Tuhan, Elia, datang untuk dibuatkan roti. Elia mengatakan bahwa roti yang dibuatnya untuk Elia dulu. Perempuan itu berkata, “Aku tahu engkau hamba Allah.” Lalu perempuan ini membuat roti dan memberikannya kepada Elia walaupun dia dalam kesesakan. Ini dilakukannya bukan karena alasan yang lain tetapi oleh karena imannya kepada Allah. Sebenarnya wanita ini memiliki banyak alasan untuk marah. Tetapi karena imannya, ia memberi walaupun tidak mempunyai. Karena imannya, janda Sarfat ini diselamatkan. Perlu kita pahami bahwa orang yang percaya kepada Allah tidak akan dipermalukan. Yang membedakan seseorang dengan yang lainnya adalah iman. Maksudnya adalah seorang anak Tuhan ada yang memiliki iman dan ada yang tidak. Yang memiliki iman akan tetap hidup dalam Tuhan, tetapi yang tidak memiliki iman maka hidupnya biasa-biasa saja. Memang Allah memiliki berkat secara umum, misalnya matahari, hujan dan lainnya untuk semua orang. Orang yang memiliki iman yang sejati, ia tidak hanya mendapat berkat umum saja, tetapi ia akan mendapatkan berkat yang khusus juga, yaitu hidup yang penuh dengan mukjizat.
Jadi, dari beberapa penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa Tuhan sangat rindu apabila anak-anakNya senantiasa percaya walaupun belum melihat, taat walaupun belum mengerti, berkorban walaupun dalam kesesakan. Dan firman Tuhan mengingatkan : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” (Efesus 2:8). Saudara apabila kita memiliki iman yang demikian ini maka kita akan mendapatkan keselamatan. Bahkan bukan hanya kita selamat, tetapi kita juga akan mendapatkan perisai iman, seperti yang tertulis dalam Efesus 6:16, “dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.” Bukankah iblis seringkali melepaskan panah apinya untuk menyerang kita, yaitu berupa kekuatiran, kecemasan, ketakutan dan lain sebagainya, namun kita memiliki perisai iman maka kita sanggup untuk mematahkan segala serangan iblis. Oleh sebab itu kita perlu memiliki iman yang sejati, supaya kita menjadi priadi yang tangguh dan kokoh, sehingga kita tidak mudah diombang-ambingkan dengan rupa-rupa pengajaran yang justru menyesatkan kita.
Kadang-kadang iman seseorang digerogoti oleh berbagai macam penderitaan, baik itu masalah keluarga, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Tetapi percayalah bahwa apabila Tuhan ada di pihak kita, siapakah lawan kita; pemeliharaanNya senantiasa dinyatakan dalam kehidupan kita supaya iman kita tetap utuh. Dan apabila iman kita tetap terpelihara dengan baik maka Tuhan akan membuat segala sesuatu dalam kehidupan kita indah pada waktunya. Karena dengan imanlah mujizat itu akan terjadi, seperti yang tertulis dalam Matius 17:20, “Ia berkata kepada mereka : Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Amin.
Sumber: http://www.bethanygraha.org

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification